"Halo kak.... apa kakak membuat mama menangis?"
Rean meletakkan spatula nya dan mendatangi mamanya.
"Mama tidak apa sayang, ayo lanjut memasak."
"Ah! William bantu... ma."
William cukup canggung dengan mamanya apalagi setelah melihat mamanya menangis.
"Kakak diam saja di meja atau sambil menonton tv, biar mama dan adek yang lanjutin masaknya. Barang-barang kakak masukin di kamar adek dulu ya."
William mengangguk dan memasukkan barangnya menuju kamar yang terbuka. Kamar adiknya di rumah mamanya.
"Apa nanti aku bisa mendapat kamar di sini juga?"
William dan saudara-saudaranya menganggap bahwa rumah ini adalah perasaan mama mereka, kosong dan tidak boleh ada yang menempati. Rean pernah dikunci oleh mamanya di ruang ini selama nyaris satu hari dan berakhir si bungsu demam, begitu juga dengan si kembar tiga yang dikunci di kamar seberang. Selain dua kamar itu tiga kamar lainnya selalu mamanya kunci.
Saat Rean mengatakan mamanya berubah, William berharap mamanya akan datang pertama kali ke pesta ulang tahunnya. Namun sampai hari berganti mamanya tidak mengucapkan bertambahnya usia William. Bahkan saat mereka bertemu hari ini.
William merebahkan badanya. Pandangan william teralihkan oleh sebuah buku dengan sebuah foto terselip. William mengambil buku tersebut sebelum tanpa sengaja menjatuhkan foto tersebut ke lantai."Mama sayang rean ♡"
Sebuah tulisan yang tertulis di balik foto itu membuat William gemetar. Jika dibandingkan dirinya yang selalu mengalami kekerasan verbal, si kembar yang bahkan mengalami kekerasan fisik, memang Rean hanya diabaikan dan dikatain mungkin hanya dua tiga kali. Sekarang william tahu alasannya.
"Mama menyayangi Rean, bukan kami."
.
.
.
"Kakak mama manggil kakak dari tadi ga didengerin. Ayo ke ruang keluarga."
Mendengar kata 'keluarga' dari adiknya yang dicintai mamanya, dimanja oleh kakek dan neneknya, dilindungi oleh saudara-saudaranya dan selalu digandeng oleh ayahnya membuat william merasa miris. Apa suatu hari mamanya juga bisa menyayanginya?
Adiknya sudah terlebih dulu berlari ke ruang keluarga meninggalkan William yang masih di kamar. Dengan kecewa William keluar dari kamar. Seluruh jendela ditutup oleh kelambu dan seluruh lampu dimatikan. Apa mamanya lupa membayar listrik? Sangat gelap.
Duar....
duar....
"Surprise...."
"Kejutan"
"Loh Rean tadi janjiannya bilang kejutan loh."
"Hehehe... Rean lupa. Kejutan Kak Will."
Kejuan mama dan adiknya berhasil, William sangat terkejut sekarang. Lampu kecil yang tiba tiba menyala, ditambah balon dan topi kerucut yang digunakan adiknya seperti kemarin.
"Kak Will tiup lilinnya."
Kue coklat dan stroberi sama seperti yang dia makan kemarin tersaji di meja. Kejutan ulang tahun yang paling berhasil untuk Wiliam. Setelah meniup lilinnya, William ditarik untuk duduk oleh Rean. Adiknya itu menarik William untuk duduk di sisinya, berhadapan dengan mamanya.
"Kak maaf ya mama lupa, hadiahnya masih diproses. Mungkin nanti hadiahnya telat 2-3 minggu."
"Iya ma."
Hanya itu yang dikatakan william, beberapa menit yang lalu dirinya merutuki nasibnya yang tidak disayangi oleh mamanya. Namun melihat mamanya dan Rean menyiapkan ini membuat william sangat bahagia.
"Terima kasih ma."