Hari ini selain final tim voli, juga ada final tim cheerleader. Sekolah William berhasil membawa baik tim voli dan tim cheerleader menuju final. Pukul 11.00-11.30 ada penampilan cheerleader dari tim sekolah William dan pukul 12 final voli dimulai. Sehingga tim voli sendiri tidak bisa ikut mendukung tim cheerleader karena narus meeting.
21-15, 21-18 tim William berhasil memenangkan babak pertama dan kedua. Tim mereka harus memenangkan tiga dari lima babak.
Tim cheers yang memenangkan final ikut bergabung di ruang tunggu. Mereka membantu manager untuk menyiapkan air, handuk, dan pakaian ganti jika diperlukan.
"Ini kak Will minumnya."
"Terima kasih Re."
Renatta, satu-satunya anak kelas satu yang berhasil menjadi line up tim cheerleader di lomba kali ini. Dia perempuan yang baik dan peduli dengan siswa yang lain. Sedangkan perempuan yang terlihat menahan amarah sambil memberikan minum dengan tidak sopan ke rekan voli William adalah Alinea, perempuan yang sejak SMP mengekori william.
"Nea kalau ga mau bantu ga usah bantu, kalau kamu kasar sama anggota timku kamu bisa pergi."
William berbicara tetapi tidak melihat Alinea. Dia berfokus mencari Stella's choconya. Meskipun William mengeluarkan seluruh ini tasnya dia tetap tidak bisa menemukan coklat dari mamanya.
"Re dari tadi kalian di sini kan?"
"Iya kak."
"Apa kau melihat coklatku?"
"Tidak kak."
Mendengar percakapan itu Alinea mendekati mereka. Dirinya tidak suka William terlalu dekat dengan Renatta. Dirinya yang lebih dulu suka pada William, dirinya yang lebih dulu dekat dengan William, tapi Renatta selalu lebih menarik perhatian william.
"Aku membuangnya."
"Kau apa?"
"Aku membuangnya Am, kau tidak pantas mendapat coklat murahan dari perempuan tidak tau-"
Plak...
Suara keras itu mengalihkan pandangan seluruh rekan tim voli dan cheerleader. Meskipun selama ini William risih dengan Alinea tapi baru kali ini William berani main tangan dengan Alinea. Bahkan dengan para pembuli dan preman pun William lebih memilih menggunakan cara damai namun menyiksa dibanding mengotori tangannya. Jika bisa menggunakan orang lain kenapa harus dirinya?
"Temukan atau jangan pernah muncul di depanku lagi Alinea, tidak sebelum kau menemukannya."
Pelatih yang baru masuk ke ruang ganti meminta seluruh tim kembali ke lapangan. Tidak ada instruksi lebih lanjut, karena ada yang lebih penting bagi pelatih untuk hari ini.
Prittt....
Begitu service dimulai dari tim lawan, William yang seorang penyerang setelah menerima bola langsung mengembalikan bola dengan sangat keras.
Brak...
Brakkk...
Brakkkk...
Seluruh serangan dari tim William William yang melakukan, dengan kekuatan ekstra. Bahkan tim lawan tidak ada yang berani menghentikan serangan itu. Tidak ada yang mau bunuh diri dengan menahan serangan William.
Diego, kapten tim lawan membulatkan tekadnya, timnya sudah kalah di dua babak sebelumnya. Dan Jika mereka kalah di babak ini juga dia tidak ingin kalah dengan 21-0. Dia dan timnya masih ingin mempertahankan harga diri mereka.
Saat ini giliran william yang melakukan service dan Diego adalah seorang libero. Ini kesempatan bagi Diego untuk membalikan keadaan atau sekadar menghilangkan skor 0 dari papan skor timnya.
Plak..
Arghh...
Tidak lama setelah bola masuk ke sisi lapangan sekolahnya, sang kapten, Diego memang berhasil menerima bola william, namun bola yang sangat kencang itu justru keluar lapangan dan tangannya terasa sangat sakit.
Pritt....
Tim medis masuk ke lapangan dan membawa Diego. Permainan dihentikan selama 14 menit untuk memeriksa keadaan tim lawan.
"Kapten, tenanglah. Kapten terlalu berlebihan saat ini."
Semua anggota timnya tahu bahwa saat ini William mengalirkan amarahnya ke arah bola voli tidak bersalah itu. Pelatih mereka yang sudah diare sejak tadi pagi, yang bahkan tidak tahu kejadian saat di ruang ganti, bahkan juga tidak ada untuk mengganti pemain. William terlalu berbahaya untuk berada di lapangan.
"Aku hanya sedikit kesal."
Semua anggota timnya bahkan tim cheerleader yang menonton tanpa Alinea dan antek Alinea pun merasa bahwa William sangat kesal.
Sedangkan pelatih yang baru datang dari kamar mandi jelas terlihat diprotes oleh pelatih tim lawan. Tanpa tahu apa-apa dirinya dimaki oleh pelatih tim lawan yang adalah seniornya dulu saat di kampus. Sangat menjengkelkan jika bertemu dengan senior di kampus dan dimarahi di usia seperti ini.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi William tenangkan dirimu. Aku menggantimu dengan yang lain."
"Sialan."
William mengumpat setelah melempar handuknya ke lantai dan meninggalkan lapangan.Semua orang termasuk pelatih terkejut. Beberapa rekan tim yang berasal dari SMP yang sama atau mengenal pria yang saat ini duduk di kelas dua itu baru pertama kali ini mendengar William mengumpat. Sungguh mereka ingin tahu apa kesalahan Alinea hingga William semarah ini. Pertandingan pun kembali dimulai tanpa kehadiran kapten dari dua tim yang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Prit....
Begitu keluar dari stadion Wiliam melihat antek Alinea yang mendatangi petugas kebersihan. Entah kenapa william mengikuti antek tersebut."
Bapak yakin sampahnya belum diangkut."