Oi..oi...oii... Scienceee... Oneee... hoooo aaaaa....
Yel yel tidak jelas atas kemenangan kelas William hanya bisa dia tatap dengan tatapan aneh. Ketua kelasnya yang memimpin sorakkan itu jelas tidak memiliki ide kreatif dalam membuat yel yel.
William meneguk air minumnya saat di sampingnya ada seorang perempuan duduk.
Perempuan itu membawa kotak bekal dan membukanya di samping William. Seluruh siswa dapat mengakui bahwa semakin Renatta dibully, semakin dekat juga perempuan itu dengan William.
"Kakak ga mau makan?"
"Ini yang dari Alinea?"
"Iya."
"Buatmu saja, tapi aku tidak mau bertanggung jawab kalau kau sakit perut."
WIlliam mengatakan itu tetap dengan wajah datarnya sambil melihat tingkah konyol tim pemandu sorak di kelasnya.
Sedangkan Alinea, Sasha, dan Andrea melihat pemandangan itu dengan kesal. Gadis tercantik di antara seluruh siswi itu memicingkan matanya, melihat apa yang adik kelasnya itu bawa.
'Tempat bekal itu.'
Menghiraukan panggilan kedua sahabatnya, Alinea berjalan cepat menuju sepasang remaja yang duduk di pinggir lapangan itu.
Siswa dan siswi lainnya menghentikan kegiatan dan menunggu pertunjukan harian mereka, pertunjukkan amarah Alinea saat melabrak Renatta demi William. Apa mereka bisa melihat hal yang lebih menakjubkan dibandingkan bulan lalu?
"Kenapa kau yang memakannya? Itu untuk William."
Alinea masih berusaha menguatkan hatinya sejak kejadian tadi pagi. Matanya tidak bisa tidak melihat bibir adik kelasnya itu. Bibir yang tadi pagi dicium oleh William.
"Ah.. tidak kak-"
William segera bangkit, dia merebut bekal makan siang itu dari Renatta dan melemparkannya di kaki Alinea.
"Aku ga butuh ini Ne, cukup kau ga usik aku. Ayo Re."
"Tapi kak bekalnya."
"Kira makan di kantin."
Pertunjukkan yang berakhir itu juga membuat pandangan ke arah tiga aktor itu menghilang. Para siswa kembali ke aktivitas mereka, tentu sambil membicarakan ketiganya. Kisah mereka seperti kisah cinta gadis kaya, anak laki laki kaya, dan gadis sederhana yang biasa mereka lihat di televisi.
"Astaga Lin, kan udah bilang kan jangan deketin tuh bocah lagi."
Sasha yang begitu datang segera memungut bekal yang mengotori sepatu dan kaki sahabatnya itu, Andrea? Dia sedang meminta plastik kresek untuk membuang bekal yang sudah menjadi sampah itu di kantin. Tentu saja dia disodori makan siang sejoli yang membuat temannya dipermalukan di lapangan sekolah.
"Aku udah jauhin dia Sha, udah sejak bulan lalu, sejak dia permaluin aku di lapangan. Tapi dia lakuin lagi Sha hari ini."
Tes,