Sore hari setelah pembicaraan itu, Elleon dan Alessia mengantarkan William dan yang lain ke rumah utama. Hanya saja, Alessia menunggu di mobil. Dia masih belum berani menunjukkan wajahnya jika saja ada mertuanya di rumah Elleon dan yang lain. Meskipun orang tua Elleon memiliki rumah sendiri tapi mereka lebih sering berada di rumah Elleon karena menjaga anak-anak.
"Sampai lusa ma,"
Dion mengatakannya dan segera menuju saudara lainnya.
Alessia menunggu Elleon kembali mengantar anak-anak di mobil.Dia memainkan ponselnya yang sekarang sudah tersimpan nomor keluarganya. Ah, sudah lama Alessia memiliki seseorang yang bisa disebut keluarga.
Setelah menunggu cukup lama, Elleon akhirnya kembali ke mobil.
"Apa kau menunggu lama? Harusnya tadi kau masuk Al. Orang tuaku tidak ada di rumah."
Alessia menggeleng.
"Aku lebih nyaman seperti ini El."
"Baiklah."
Keduanya kembali terdiam dalam mobil yang melaju di jalan.
Keduanya akhirnya sampai di hotel tempat mereka akan menginap. Hotel yang tergolong mewah. Kemewahan yang hanya bisa didapatkan oleh Alessia sebelum dia di dunianya yang dulu bertengkar dengan orang tuanya.
"Al, apa kau keberatan kalau aku tinggal bersama denganmu malam ini?"
Alessia yang masih terpaku dengan pikirannya sendiri tidak sadar bahwa dirinya diajak bicara. Sikap Alessia itu salah ditanggapi oleh Elleon sebagai penolakan.
"Tapi kalau kau keberatan, aku akan memesan kamar di dekat kamarmu."
"Ah maaf El, aku melamun. Lagipula kenapa kau meminta izin? Meskipun sekali, tapi kita juga tidur bersama. Em, maksudku setelah aku amnesia."
Elleon tersenyum mendengar jawaban Alessia.
"Ayo masuk."
Alessia mengikuti Elleon masuk ke hotel yang terpampang jelas bernama Estrella hotel. Melihat tatapan Alessia terhadap hotel tempat mereka akan menginap membuat Elleon gatal untuk menjelaskan.
"Ini hotel kerja sama keluarga kita dengan temanku. Bisa dibilang ini juga milikku, karena saat ini aku yang bertanggung jawab."
Alessia melihat Elleon lekat.
"Kalau begitu kenapa tidak biarkan anak-anak untuk ikut menginap?"
Apa istrinya ini menjadi sedikit bodoh karena amnesia? Sudah jelaskan bahwa alasan Elleon menginap berdua dengan Alessia adalah karena dia ingin menghabiskan waktu dengan istrinya. Elleon menjadi gemas dengan tingkah istrinya.
"Yah, anggap saja bulan madu."
Jantung Alessia berpacu cepat, pipinya terasa memanas. Bukankah sedikit konyol jika dirinya yang tiba-tiba masuk ke sebuah cerita dan jatuh cinta dengan tokoh antagonisnya? Yah, mau tidak mau Alessia mengakui bahwa dirinya mulai jatuh dalam pesona Elleon.
.
.
.
Kamar nomor 1107.
Kamar hotel atas permintaan Alessia, kamar pilihan Elleon adalah definisi membuang uang berlebih. Bisa-bisa hotel ini rugi karena ruangan VVIP justru digunakan untuk kepentingan pribadi.
"Apa kau cukup dengan ini Al?"
Kan, suaminya ini standarnya agak-agak. Kamar semewah ini masih diragukan. Memangnya mereka butuh kamar seluas dan semewah apa lagi?
"El, kau yakin ini hotelmu? Kenapa kau seakan tidak puas dengannya."
"Ya sudah kalau kau puas."
Elleon menghindari pertanyaan Alessia dengan melenggang masuk terlebih dahulu.
Mereka meletakkan koper di ujung kamar dan kembali bersantai di sofa depan televisi.
"Apa ada yang ingin kau tonton?"
"Tidak ada."