Setelah kedua orang tua Elleon pergi, dirinya dan Alessia masih betah tinggal di penginapan mereka. Lebih tepatnya Elleon, karena Alessia ingin pergi untuk membeli oleh-oleh agar lusa dirinya bisa fokus dengan Orion, Gideon, dan Caldion.
“El, bukankah kita harus pergi sekarang? Kita harus membeli oleh-oleh.”
Alessia sudah siap dengan pakaiannya ditambah perlindungan untuk menghindari suhu dingin.
“Oleh-oleh untuk siapa memangnya? Semua orang yang kita kenal juga disini. Kamu mau mengirim untuk siapa? Suamimu, anak-anak kita, mertuamu, keluargamu. Semuanya ada disini. Apa kau ingin memberikan pada dokter itu?”
Elleon berkata dengan sedikit kesal dan menghampiri Alessia sambil membuka jaket tebal milik perempuan itu. Hari ini dirinya ingin mengurung diri di kamar, bukan menikmati suhu dingin di luar kamar hotel. Ayolah, setelah menyingkirkan semua pengganggu, istrinya justru ingin membuang waktu dengan membeli oleh-oleh.
Mereka tidak perlu oleh-oleh, mereka bisa kemari kapanpun. Setidaknya tanpa Elleon atau menunggu Elleon selesai dengan pekerjaannya.
Di sisi lain Alessia yang mendengar pernyataan itu sedikit merasa tersinggung dan juga bingung. Bagaimanapun juga dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Kendrick.
“El, kukira pembahasan tentang Kendrick sudah selesai. Kenapa kau mengungkitnya lagi?“
“Belum selesai sayang, kau melupakannya. Kita hanya memaksa untuk menyelesaikan masalah tentang pria itu.”
Alessia menghela napas. Suaminya itu tetap tidak ingin menjauh dan tetap berdiri dihadapannya dengan tubuh menjulang dan dengan jarak yang sangat dekat.
“Bagiku sudah selesai El, aku tidak tahu tentang diriku yang dulu. Tapi aku yang saat ini hanya memikirkan kalian. Apa itu masih belum cukup untukmu?”
Alessia sedikit, hanya sedikit merasa kecewa.
Alessia saat ini sudah benar-benar telah jatuh cinta pada Elleon, dirinya telah mencintai anak-anaknya. Dia tidak ingin membuat baik Elleon atau anak-anaknya kecewa.
Tapi dirinya masih belum siap untuk menerima penolakan dari mereka. Dia masih merasa takut bahwa suatu saat dirinya akan kehilangan ini semua. Kehilangan Elleon dan kehilangan putra-putranya, saat mereka tahu dirinya bukan Alessia yang asli. Alessia sangat takut untuk itu.
Alessia memang berusaha menjadi mama yang baik bagi putra-putranya, tapi dirinya yakin dia belum bisa menjadi istri yang baik bagi Elleon.
Dan ternyata memang menyakitkan masih mendengar bahwa Elleon masih menaruh rasa curiga padanya. Mengenai hubungan Alessia asli dengan Kendrick.
Mau tidak mau hanya keheningan yang berada di tengah mereka. Bagi Elleon, pembicaraan ini hanya mengalir saja. Dirinya tidak berniat mengungkitnya dan hanya ingin istrinya itu fokus dengan dirinya hari ini. Tapi mungkin tubuhnya masih belum bisa menerima segala kecurigaan mengenai hubungan Alessia dengan Kendrick membuatnya tanpa sadar mengucapkan hal itu.
Dirinya ingin segera meminta maaf dan mencairkan suasana, tetapi suasana yang ada tidak mendukung. Alessia menatapnya dengan tatapan yang Elleon tidak suka, tatapan sedih itu, Elleon tidak suka.
Argg… bagaimana cara untuk menghajar diri sendiri?
Alessia menundukkan kepalanya. Dia tidak ingin Elleon melihatnya menangis. Dia menarik ujung kemeja milik Elleon untuk mendapat perhatian pria itu.
“Jadi seperti ini perasaanmu saat aku dan anak-anak menuduhmu berhubungan dengan Ara.”
Elleon menggenggam tangan Alessia yang saat ini meraih ujung bajunya. Ini mungkin kesempatannya untuk menghapus air mata Alessia. Dirinya bodoh karena sudah berjanji tidak akan melukai Alessia, tapi dia membuat istrinya itu menangis.
“Maafkan aku sayang, aku menyakitimu lagi. Mengenai perasaanmu saat ini, tentu saja jelas berbeda dengan diriku. Bukannya aku ingin membandingkan atau apa.”
Elleon menjeda kalimatnya, dirinya mengadahkan kepala Alessia untuk memandangnya. Berbicara dengan tidak memandang mata lawan bicara bukan gaya Elleon.
“Perasaan kita berbeda, kau mungkin saat ini takut membuat anak-anak kecewa dan takut aku tidak mempercayaimu. Tapi bagiku… dulu, aku tidak peduli dengan pendapat anak-anak, aku hanya peduli saat kau kecewa denganku. Aku hanya takut kehilanganmu. Aku tahu perasaan ini hanya perasaan sepihak, aku-”
Alessia mendengar itu sambil menggeleng pelan.
“Perasaanmu bukan sepihak El, saat kau meragukanku rasanya sama seperti saat anak-anak meragukan kasih sayangku. Sama seperti aku mencintai mereka, aku juga mencintaimu, El-”
Elleon memeluk istrinya itu dengan erat. Karena baginya ini adalah akhir dari penantian selama tujuh belas tahun berbuah manis.
“Terima kasih.”
Pada akhirnya kedua manusia itu bisa jujur dengan perasaan mereka.
Elleon merasa sangat senang, saking senangnya dia ingin memberitahu semua orang bahwa akhirnya perasaannya terbalas.
Tidak hanya Elleon, Alessia juga merasa senang dan lega. Tetapi dirinya tetap saja tidak bisa melenyapkan pikiran bahwa, tempat ini bukan miliknya.
Mungkin, mungkin saja saat semuanya sudah baik-baik saja, Alessia yang asli akan kembali. Alessia benci memikirkan itu.
.
.
.
Setelah acara berpelukan itu selesai. Elleon kembali mengenakan jaket tebal untuk Alessia. Pria itu bahkan bersiap dengan pakaiannya.
“Ayo kita membeli oleh-oleh, kau hanya ingin agar saat pergi dengan anak-anak kau tidak perlu memikirkan hal yang lain kan?”
Alessia mengangguk.
“Apa masalah kita dengan Kendrick sudah selesai?”
Elleon mengangguk.
“Aku tidak peduli dengan siapapun jika kau mengatakan kau mencintaiku. Bagiku itu sudah cukup. Setidaknya untuk saat ini. Kau harus tahu sayang kalau suamimu ini adalah orang yang sangat suka merasa cemburu. Jadi kedepannya jangan membuat aku cemburu lagi.”
Wajah Alessia sedikit memanas, dirinya kira dia sudah terbiasa dengan Elleon yang mengumbar romansanya. Tapi ternyata tidak.
“Kau ingin membeli apa?” Tanya Elleon.
“Aku belum memikirkannya.”
“Jadi kita akan keluar tanpa tujuan yang jelas?”
“Maaf.”
Alessia melihat takut-takut ke Elleon, namun perasaan takut Alessia tidak ditangkap oleh Elleon. Justru pria itu merasa bahwa Alessia terlihat sangat menggemaskan.
Bukankah sudah dikatakan, meskipun keduanya sudah berusia lebih dari tiga puluh tahun wajah mereka masih terlihat seperti awal dua puluhan.
“Kurasa tidak buruk, berjalan kemanapun denganmu. Ah tunggu!”
Elleon masuk ke dalam kamar dan membuat Alessia menunggu beberapa saat.
Pria itu membawa dua penghangat tangan dan memberikannya untuk Alessia.
“Bagaimana denganmu?”
“Aku akan melakukan ini.”
Elleon membuat tangan kanan Alessia menggenggam penghangat dan menakutkannya dengan tangan kirinya.
“Bukankah dengan begini kita berdua akan tetap hangat?”
“Tapi akan tetap dingin El, punggung tangan kita bisa membeku. Kau bisa membawa satu, aku akan memasukkan tanganku ke saku saja.”
Srett…
“Jika begini tidak apa kan?”
Elleon memasukkan tangannya yang masih menggenggam tangan Alessia ke saku jaketnya. Posisi sakunya tidak mengganggu pergerakan Alessia.
“Jika kita sudah di luar aku akan mencari penghangat yang lain. Aku tidak ingin kau kedinginan. Sudah lama kau tidak datang ke negara bersalju sayang.”
Mendengar itu Alessia sedikit menekuk wajahnya.
“Ada apa sayang?”
“Tidak apa-apa…”
Alessia menarik paksa tangannya dan memasukkan tangannya ke saku jaket miliknya sendiri.
“Aku memang sudah lama tidak melihat salju, berbeda dengan seseorang yang tetap sehat saat badai salju berlangsung. Ah, itu karena ada seseorang yang merawatnya. Tidak seperti aku yang membuat dirinya sakit karena tidur di luar kamar.”
Elleon tersenyum.
Dia memasukkan penghangat ke saku milik Alessia. Dan tangannya mengacak rambut istrinya itu.
“Aku tidak suka kau salah paham denganku, tapi aku menyukai ketika kau cemburu denganku.”
Setelah pasangan suami istri itu meluruskan kesalahpahaman mengenai kendrick meski belum usai sepenuhnya, keduanya berjalan-jalan di sekitar hotel tempat mereka menginap untuk sekadar mencicipi makanan lokal dan mencari oleh-oleh jika ada yang cocok.
“Sayang bukankah harusnya kita masuk ke toko seperti ini?”
Elleon bertanya sambil menunjuk toko pakaian lokal.
“Bukankah isinya akan sama saja El? Sekarang musim dingin jika mereka menjual sesuatu itu pasti pakaian musim dingin. Akan sayang jika membeli pakaian seperti itu. Ingat? Kita tinggal di negara tropis.”
Elleon berjalan menuju Alessia sambil menggenggam tangan perempuan itu.
“Apa kita harus pindah kembali kesini?”
Alessia menaikkan sebelah alisnya.
“Apa maksudmu?”
“Kurasa akan lebih menyenangkan melihatmu menggunakan gaya pakaian yang berbeda setiap musim.”
“Bukan itu El, apa maksudmu kita pernah tinggal di sini.”
Elleon mencubit gemas hidung Alessia.
“Bukankah sudah kukatakan bahwa orang tuamu juga di sini? Aku juga menawarimu untuk mampir kan, di malam sebelum kita berangkat.”
Pandangan Alessia teralihkan dengan sebuah event salah satu butik lokal. Hari-hari dimana setiap orang memilih menggunakan pakaian hangat tentu saja akan berdampak pada beberapa toko yang produk utamanya bukan pakaian hangat.
Seperti toko yang berada di depan Alessia.
Kedua kakinya tanpa sadar berhenti di depan toko gaun pernikahan.
Elleon melihat itu dengan senyum simpul dan menautkan jarinya dan menggenggam tangan Alessia.
“Ingin coba masuk?”
“Ah, aku tidak.”