Gedith Woman

Anglint
Chapter #29

Ch 43-45

Ch 43: Istri baru


Setelah menceritakan semuanya pada Elleon, Alessia merasa sangat lega. Dirinya masih takut kalau tiba-tiba akan menghilang. Tetapi benar apa yang dikatakan Elloen, merasa takut seperti itu hanya seperti seseorang yang takut akan kematain yang tidak tahu kapan akan datang tapi pasti akan datang.


Dirinya hanya harus berusaha hidup sebaik mungkin untuk tetap bahagia bersama Elleon dan putra-putranya.


Kemarin dirinya tidur sangat nyenyak, dirinya bahkan tidak sadar bahwa Elleon sudah terlebih dulu bangun dan meningglkan kamar mereka.


Tok…tok…


“Sayang kau sudah bangun?”


“Aku baru saja bangun”


“Aku sudah memesan makanan, ayo sarapan.”


Alessia turun dari kasur dan kepanya sedikit pusing. Bagaiman tidak, dirinya telah menangis selama satu jam dan tidur terlalu lama dengan perut kosong. Dua lasan yang cukup untuk membuat dirinya pusing.


Namun bukannya membantu dengan tenang, Elleon justru membantunya berjalan dan kembali melontarkan kalimat yang membuat Alessia ragu tentang bagaimana bisa dirinya jatuh cinta kepada pria seperti Elleon.


“Padahal semalam aku hanya tidur saja di sebelahmu, bagaimana kalau-”


Alessia memukul pelan lengan Elleon.


“Aku hanya bercanda.”


Mereka makan sambil sesekali membicarakan tentang cuaca atau sekadar mengkritik makanan, meskipun hanya Elloen yang mengkritik.


Sudah pernah dikatakan bukan, hotel ini adalah salah satu saingan bisnis Elleon. Untuk apa Elleon memuji, dia menginap hanya utuk membandingkan kualitas pelayanan hotel saja.


“Satu jam lagi kita akan berangkat. Apa waktunya cukup?”


“Kita kan kemana?”


“Apa kau sedang berpura-pura lupa?”


Alessia menggelang sambil tetap memakan salad buah miliknya.


“Bukankah kemarin ada yang menolakku karena dia bukan istriku? Jadi sekarang aku ingin menjadikannya istriku?”


Alessia merasa bahwa dirinya sedikit tersedak, dirinya kira bahwa Elleon bercanda. Tapi meskipun pria itu mengatakannya dengan nada usil, tapi tatapannya sangat serius.


.


.


.


Dan benar sja, setelah sampai di kedutaan mereka segera disambut oleh pria paruh baya yang tersenyum sopan sambil menyerahkan sebuah doumen.


Bahkan mereka tidak perlu masuk ke gedung untuk mengurus dokumen pernikahan dan dokumen tersebut sudah jadi.


“Inilah kenapa aku suka di luar negeri. Mereka sangat efisien. Jadi bagaimana istriku, apa kita harus mengunci diri di kamar?”


Wajah Alessia memanas. Dasar pria ini.


Tapi berkebalikan dengan candaannya, Elleon tetap mengikuti kemana langkah kaki Alessia berjalan. Mereka membeli coklat hangat, menonton film, hingga berjalan-jalan di museum.


Bagi Elleon dia akan menghargai apapun yang dia lakukan bersama dengan istrinya. Elleon telah memikirkan perkataan Alessia semalaman dani dirinya tetap yakin bahwa yang terbaik adalah mnenikmati waktu yang mereka punya.


“Ah!” Pekik Alesia


Elleon menghentikan jalannya karena Alessia tiba-tiba berhenti.


“Ada apa sayang?”


”Kurasa kita bermain di terlalu banyak tempat, lusa jika Orion dan yang lain kembali mereka akan kecewa kalau aku sudah pernah datang.”


“Benar juga, apalagi kau datang bersamaku.”


Alessia sedikit takjub dengan kepercayaan diri Elleon, tapi saat ini dirinya ingin kembali ke hotel dan hanya bersantai. Putra kembarnya itu jelas akan marah karena telah dipaksa pulang da hanya kembali untuk jalan-jalan di waktu yang singkat di tempat yang sudah menjadi tempat kencan orang tua mereka dua hari sebelumnya.  


“Bukankah tadi aku sudah bilang kalau lebih baik kita berdiam saja di kamar?””


“Baik ayo kembali.”


“Dan melakukan itu?”


“Elleon!!”


“Aku hanya bercanda.”


.


.


.


Saat mereka kembali ke kamar, mereka melihat wajah yang tidak asing. Trisha Gedith sedang menunggu mereka di dalam kamar mereka.


“Apa kalian sudah selesai bersenang-senang?”


“Kami sudah bersenang-senang dan akan lebih bersenang-senang jika mama tidak kemari.”


“Mama hanya datang dan mengecek istri barumu.”


Jeda yang diberikan oleh Trisha jelas membuat Alessia menatap Elleon sedangkan yang ditatap hanya menggelang cepat.


“Apa maksud mama, istriku hanya Alessia. Aku sudah menolak semua perempuan yang mama bawa. Apa mama memaksaku lagi, kalau begitu aku hanya tinggal menceraikannya”


Disini Alessia tahu bahwa Elleon pernah menikah dengan perempuan lain.


“Sayang percaya padaku, bahwa hubunganku dengan istri yang mama pilihkan hanya bertahan 12 menit. Bahkan berkas pernikahannya belum dicetak.”


“Berhenti bertingkah konyol Leon, mama menerima tagihan dari butik dengan kartu yang mama pinjamkan ke dirimu, selain itu papamu menerima pesan dari kedutaan besar kalau kau menikah. Tentu saja mama datang kemari.”


Kurasa sekarang Alessia paham bagaimana bisa pernikahan Elleon bertahan 12 menit, itu karena jaringan informasi Gedith ada di mana-mana.


“Mama tidak tahu kalau ternyata kalian pernah bercerai? Bukankah itu bagus, lalu kenapa kalian kembali lagi?”


Elleon menatap mamanya tajam.


“Aku tidak pernh menceraikan Alessia.”


“Tapi kalian baru saja menikah?”


Alessia yang bingung memikirkan jawabannya justru Elleon tersenyum meremehkan ibunya sendiri.


“Kami hanya mengganti berkas pernikahan ma, dulu nama Alessia tertulis sebagai Alessia saja. Sekarang Alessia benar-benar bersedia menggunakan nama Gedith.”


Trisha tidak menjawab pembelaan putranya dan hanya menyesap teh yang dibuat pelayan pribadinya. Dan Alessia bertanya-tanya, sejak kapan dirinya menyetujui hal itu.


“Jadi selanjutnya apa rencana kalian? Memulai hubungan dari awal? Atau menambah anggota keluarga baru?”


Alessia nyaris saja terkena serangan jantung. Bukankah ibu dan anak ini terlalu mirip. Elleon menjawab pertanyaan mamanya dengan santai.


“Kami berencana melakukan keduanya. Aku belum mnediskusikannya dengan Alessia, tapi aku menginginkan seorang putri.”


Kali ini bukan hanya Alessia ynag sedikit terkejut, tapi Trisha sang role model istri di para elite pun tersedak.


“El…”


Alessia memanggil Elleon dengan pelah. Apa pria itu tidak bisa menghargai jantung istrinya dan pikiran ibunya? Bagaimana bisa bercanda seperti itu?


“Ah, apa mama ingin kami program anak kemabr? Jika kami memiliki putra lagi mama bisa memberikannya nama. Bagaimana?”


Alessia tidak bisa tidak terkejut, bagaimana bisa pria yang kini benar-benar menjadi suaminya itu memperdagangkan kesempatam memberi nama anak mereka ke mamanya? Apa tidak bisa memutuskan nama dengan berdiskusi?


Tapi masalah terbesar adalah apakah dirinya masih bisa hamil? Selain tubuh Alessia sudah berusia lebih dari tiga puluh tahun, jiwanya masih seorang gadis berusia sembilan belas tahun.


Trisha tersenyum.


“Asalkan Alessia tidak mengulangi kesalahan yang sama, mama menerima tawaranmu.”


Setelah itu Trisha berdiri meninggalkan sepasang pengantin yang entah lama atau baru itu sendiri.


“Hubungi mama jika waktunya mama memenuhi kesepakatan”


Belum sempat Alessia bernapas lega karena mertuanya meninggalkan ruangan, perempuan peruh baya itu berbalik.


“Apa kau juga kan mengajukan kesepakatan dengan papamu?”


“Eksklusif untuk mama.”


Setelah Trsiha benar-benar pergi dan Elleon masuk ke dalam untuk beristrirahat, Alessia hanya bisa menatap punggung Elleon yang menjauh.


“Apa-apaan pria itu.”


.


.


.


“Saat ini keduanya sudah berbaring di kamar meskipun belum terlalu malam, tentu saja ini karena sudah tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Ayolah, mereka sudah menghabisakn banyak waktu bermain hari ini.


Namun keduanya masih beluma ada yang menutup matanya.


“Sayang, boleh aku bertanya padamu?”


“Apa yangi ingin kau tanyakan.”


“Bisakah kau menceritakan kehidupanmu sebelum kau berada di sini.”


“Itu bukan kehidupan yang menyenangkan El.”


“Kalau begitu, setidaknya bisa kau memberi tahu namamu?”


“Apa kau belum mengatakannya?”


Elleon hanya terdiam, dan menatap Alessia.


“Aku sudah mengatakannya tahu. ”


Alessia beralhih posisi berbaring dan menghadap Elleon.


“Sama seperti istrimu, namaku Alessia.

Lihat selengkapnya