Setelah kembali ke rumah semua anggota keluarga sibuk dengan kepentingan mereka sendiri.
Elleon harus mengurus perusahaan dan melakukan interview sekretaris barunya. Dengan kriteria yang menjadi poin adalah pria dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dalam pekerjaan sekretaris atau pekerjaan lain yang terkait.
William sibuk untuk memulai mengikuti perlombaan Voli dan harus pasrah diseret Sasha untuk mencalonkan diri sebagai wakil ketua OSIS. Karena bagi Sasha menjadi osis di SMA bisa memuluskan jalannya di kehidupan kampus dan berlanjut di kehidupan dewasanya. Bukankah kepakan sayap kupu-kupu bisa menciptakan badai?
Si kembar saat ini harus mengikuti kursus sepulang sekolah karena dipaksa oleh kakek dan nenek mereka. Bagaimanapun juga hasil ujian percobaan mereka menunjukkan nilai yang tidak terlalu memuaskan membuat kakek dan nenek mereka terpaksa memaksa mereka untuk kursus. Gideon juga ikut terseret karena hasutan Orion dan Caldion.
Sedangkan Rean, anak laki-laki itu sering diminta Bertha untuk datang ke rumahnya. Entah rahasia apa yang dimiliki kedua anak SD itu.
Dan saat ini hanya Alessia yang menganggur.
Dia telah menyelesaikan semua komisi ilustrasi dan revisi yang harus dia kerjakan. Dia juga telah membeli hadiah untuk si kembar tetapi tetap saja dia menganggur.
saat sedang sendiri dan tidak memikirkan apapun dirinya teringat akan dua hal. yang pertama adalah hadiahnya untuk Elleon yang entah dia masukkan ke mana dan pria yang dia temui di Arthessia.
“Bagaimana bisa kakak ada di sini.”
Pria yang disebut paman oleh Gideon dan Caldion adalah kakak Alessia. Yang jadi permasalahannya adalah pria itu adalah satu-satunya orang yang dia temui di kehidupan sebelumnya dan di kehidupan saat ini. Selain pria itu orang yang sama di dua dunia adalah Alessia sendiri.
Alessia melihat ke arah cermin yang terletak di kamarnya dikelilingi oleh pakaian dan barang-barang yang berserakan saat dia mencari hadiahnya untuk Elleon.
Alessia yang saat ini dan Alessia yang terpotret dalam album, keduanya memiliki wajah yang sama dengan dirinya sebelumnya.
Pikiran ini sedikit mengusiknya sejak kembali.
Apa dirinya memang terlempar ke masa depan bukannya ke dunia lain.
Semakin lama Alessia berpikir dan semakin rumit pikirannya.
Dirinya menjadi sedikit takut saat melihat cermin, karena hasil dari memikirkan ini semua adalah… dia tidak tahu ini dimana.
Jika dirinya berpindah dunia maka ini dimana? Karena setelah menggali semua memori dia tidak pernah menemukan apa judul dari kisah ini, tetapi dia mengetahui sekelebat kisah dari tubuh Alessia. seperti betapa yakinnya dia bahwa Elleon adalah seseorang yang memicu tragedi. Tapi tragedi apa?
“Ini.. membuatku takut.”
Di dunia yang hanya dirinya dan kakaknya yang memiliki wajah yang sama dan hubungan yang sama, selain dirinya dan kakaknya, Alessia tidak bisa mengenali siapapun. Bangunan-bangunan memang terlihat akrab tapi tidak semuanya akrab.
“Hoek..”
Dirinya merasa mual, perasaan menjijikan seperti beberapa bulan yang lalu. Alessia berlari menuju kamar mandi, jika diingat-ingat dirinya mengetahui seluk beluk dari perpustakaan saat di Italia.
Dirinya memang mengira itu adalah ingatan dari Alessia yang asli. Tapi saat dirinya sampai ke tubuh ini dia tidak mengetahui tentang ruangan-ruangan yang berada di rumah ini. Berarti jawabannya ada satu, ingatan itu milik jiwanya bukan tubuh ini. Ingatan itu milik dirinya sendiri.
Jika ini bukan dunia dalam fiksi, dan bukan masa depan, maka ini adalah dunia paralel yang sempurna. Dunia yang tidak mengizinkan ada dua Alessia bersama. Tapi manapun dari ketiga hal tersebut membuat dirinya goyah. Terlebih jika ini hanya sebatas masa depan, karena itu berarti yang menyakiti keluarga ini adalah dirinya sendiri di ruang ingatan yang hilang.
“Aku butuh petunjuk.”
Alessia segera membersihkan diri dan merenung di ruang keluarga. Perasaan tidak bisa melakukan apapun ini menyedihkan dan meresahkan.
Satu-satunya petunjuknya mungkin ponsel milik Alessia, tapi ponsel itu telah dicuri. Alessia yang bukan dirinya tidak menyimpan back up apapun.
“Surat itu…”
Alessia berlari kembali ke kamarnya. Perempuan itu membuka laci yang berada di sebelah kasur miliknya dan Elleon.
Surat kepemilikan apartemen.
Alessia membawa surat itu dan menuju ke mobilnya…
Lokasi apartemen itu cukup jauh dan harus menempuh satu jam perjalanan. Jika ini memang miliki Alessia dia merasa aneh dengan lokasinya. Dia memang tidak menghafal seluruh lokasi tetapi dia tahu posisinya saat ini.
Lokasi apartemen yang berada di antara rumah milik Kendrick dan rumah utama yang sebelumnya ditinggali Elleon dan putra-putranya serta perusahaan Elleon. Lokasi apartemen ini berada di tengah ketiganya.
Dia sempat salah mengira lokasi ini berada di pinggir kota karena memiliki pengembang yang sama dengan kompleks apartemen yang lain.
Jantungnya sejak tadi tidak berhenti berdebar. Dia menekan tombol di lift untuk menuju lantai tempat unitnya berada.
Perasaannya bertambah buruk karena satpam apartemen ini menyapanya dengan sangat ramah seolah benar bahwa ini adalah tempat Alessia.
Akhirnya dirinya sampai di unit miliknya, tapi perasaan tergesa-gesa memang tidak baik.
Dirinya tidak membawa kunci ataupun mengetahui kode dari unit miliknya.
Tapi selain konfirmasi berupa kode, dirinya melihat layar persegi di atas tombol-tombol angka.
“Biometrik.”
Alessia bisa melihat bahwa tangannya bergetar saat berusaha meletakkan jarinya.
Tit–
Pintu itu terbuka setelah mengkonfirmasi sidik jari Alessia. Karena bagaimanapun tubuh ini memang milik Alessia yang asli.
Apapun skenarionya, ternyata Alessia memang membencinya, hanya satu skenario yang bisa membuatnya tetap waras dan skenario lainnya mungkin akan membuat Alessia gila.
Skenario bahwa ini adalah masa depannya akan membuatnya gila.
Isi dari apartemen sangat berbeda dengan bagian luar apartemen ini.
Langkah kakinya menyalakan semua lampu yang menyala karena sensor gerak. Sepanjang matanya menjelajah dia hanya menemukan satu kamar yang dalam keadaan tertutup.
Dia melangkah masuk, namun berbeda dengan lampu lain yang menggunakan sensor, ruangan ini gelap. Alessia berusaha mencari saklar di kegelapan
“Aku meninggalkan ponselku di rumah.” Alessia menyadari bahwa dia meninggalkan ponselnya di rumah saat merogoh sakunya.
Dia segera kemari di tengah-tengah mencari hadiah Elleon kan?
Ceklek!
Bruk~
Alessia tidak bisa lagi menopang tubuhnya. Tubuh perempuan itu ambruk terduduk sambil menjaga kesadarannya.
“Hal gila apa lagi ini.”
.
.
.
Ting~
Sebuah pesan dari bot layanan keamanan membuat seorang pria meninggalkan pekerjaannya dengan segera. Dia segera berlari menuju ke parkiran dan memacu mobilnya dengan mengebut. Mungkin saja akhir bulan surat tilang akan dikirim ke rumahnya, tapi masa bodoh dengan semua itu. Ada hal yang lebih penting dari itu.
Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir, seperti biasanya dia menyapa satpam dan resepsionis dan menaiki lift. Meskipun terkesan tergesa-gesa, dirinya jauh lebih tergesa-gesa dari itu. Dia rasanya menjadi gila.
Dia memasukkan pin untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka pertahanan sedikit runtuh, ruangan itu akhirnya terbuka lagi.
.
.
.
Di sisi lain seseorang yang sedang memimpin rapat mendapatkan dua pesan dalam keheningan rapat yang nyaris selesai.
Setelah menutup diskusi dirinya segera berlari menuju mobilnya. Para pegawai segera menepi untuk memberikan jalan kepada Elleon.
Dua pesan yang sangat singkat dari James bertuliskan.
[Nyonya kembali ke apartemen]
dan lima belas menit kemudian dia terdapat pesan susulan.
[Pria itu juga mendatangi apartemen.]
Dia merasa bahwa semua sudah baik-baik saja dan menganggap semuanya selesai. Dia juga yakin bahwa Alessia tidak akan berhubungan kembali dengan Kendrick, tapi rasa bahwa dirinya akan kembali ditinggalkan ini menakutkan.
Terakhir kali Alessia pergi ke tempat itu dia kembali dan mencoba untuk mengakhiri hidupnya di depan Rean. Elleon tidak pernah tahu bagaimana keadaan di dalam apartemen itu karena dirinya tidak pernah berhasil masuk. Yang memiliki kunci akses dan mengetahui kode hanya Kendrick dan apartemen itu hanya didaftarkan dengan biometrik Alessia. Seakan Alessia hanya mengizinkan Kendrick untuk masuk ke apartemen itu.
“Sialan”
.
.
.
Elleon berusaha untuk menghubungi ponsel Alessia namun nihil. Kendrick membaringkan tubuh Alessia di kasur. Saat ini dirinya harus bersiap untuk menyambut Elleon.
Kendrick hanya punya satu janji dengan Alessia, yaitu tidak mengizinkan Elleon masuk ke apartemen ini meskipun sekali. Kendrick mengetahui semua permasalahan Alessia, namun hanya dari sudut pandang Alessia.
Dirinya Mengira bahwa masalah Alessia telah usai karena bulan-bulan terakhir ini Alessia sudah menemukan kebahagiaannya.
Tapi bagi Kendrick kebahagiaan itu mungkin tidak bertahan lama dan itu benar. Pada akhirnya Alessia kembali ke tempat ini.
Jika Kendrick ingin berharap, dia ingin Alessia tetap hidup tanpa pernah kembali ke tempat ini.
Ting… ting… ting…
Kendrick menghela napas, dia sudah menitipkan Bertha ke saudara mantan istrinya melalui pesan singkat. Dia melakukan itu karena dia sadar bahwa hari ini akan menjadi hari yang melelahkan karena ulah Elleon, bisa saja dirinya baru bisa kembali pulang besok.
Ting… ting… ting…
Suara bel yang ditekan dengan tidak sabar, itu jelas ulah Elleon. Pria itu pasti memasang kamera pengintai atau bahkan menyewa seseorang untuk mengawasi Alessia atau bahkan dirinya.
“Berurusan dengan keluarga kaya memang menyusahkan.”
Cklek!
Bruk~
belum sempat Kendrick membuka mulutnya untuk menyambut sang tamu, pukulan keras sudah mendarat di rahangnya.
Kedua pria dewasa itu tidak mengatakan apapun, cukup tatapan tajam penuh amarah Elleon dan tatapan datar Kendrick sudah bisa saling menjelaskan perasaan lawan bicara mereka.
Tanpa permisi Elleon melewati Kendrick yang tersungkur. Dia tidak memiliki waktu, dia ingin berbicara dengan Alessia.
Alessia sudah berjanji, jika dia akan pergi dia harus mengatakannya. Elleon akan mendengarkan apapun perkataan Alessia. Bahkan jika perempuan itu mengumpatinya agar pergi menjauh.
“Jika kau melangkah lebih jauh, kau bisa membuatnya marah.”
Elleon terdiam, dan menatap saingannya itu.
“Lalu apa urusannya denganmu, kau hanya orang luar.” Kendrick duduk dan membenarkan posisinya.