Gedith Woman

Anglint
Chapter #32

Ch: 52-54

Alessia kembali duduk di tempat duduknya, tatapan matanya tajam ke arah Elleon. Dia dengan percaya diri tetap duduk di hadapan pria itu meskipun menerima tatapan tajam.

“Kurasa aku akan mengembalikan ini.”

Alessia meletakkan barang yang dulu dia pikir akan dia jaga sampai dia mati. Perempuan itu meletakkan cincin pernikahan yang hanya kembali kepadanya kurang dari satu minggu.

Alessia saat ini berbeda dengan Alessia yang selalu marah, tetapi juga berbeda dengan Alessia yang ramah. Perempuan itu hanya seseorang yang kembali merasakan kebebasan.

“Kurasa aku bisa sedikit tenang karena apa yang kuinginkan sudah aku dapatkan.”

Alessia menyilangkan kakinya dan menatap putra sulungnya yang membuatnya tinggal di rumah ini lebih lama.

“Aku akan menceritakan kepada kalian berempat-”

Alessia menjeda kalimatnya dan mengalihkan kembali pandangannya ke Elleon.

“Tentang bagaimana aku bisa terjebak di tempat ini.”

“Dulu ada seorang gadis yang dia dengan bodohnya menentang ayahnya dan kabur dari rumah, dia menikmati hidup susahnya di suatu tempat yang tidak seharusnya dia berada. Dia bekerja dengan baik sampai suatu malam perempuan itu terjebak dengan sesuatu yang merepotkan. Dia dengan sialnya terjebak dengan seorang pria yang kalian panggil papa. Singkatnya dia memiliki anak laki-laki dan menikah dengan pria itu.”

Alessia melihat bahwa semua orang terdiam mendengarkan cerita yang keluar dari mulutnya. Meskipun sudah berlalu, tetapi ingatan itu masih ada di dalam benak Alessia.

“Perempuan itu sebenarnya sudah cukup puas, meskipun suaminya tidak pernah kembali. Dia merasa bahagia dengan tinggal bersama putra dan dua orang pelayan yang menemaninya.”

“Kau yang tidak mengizinkan aku datang.” Elleon memotong kalimat Alessia. Baru pertama kali laki-laki itu mendengar tentang hal itu.

Alessia mengangkat alisnya.

“Tuan Gedith, kau. yang. tidak. pernah. berusaha. Tidak sekalipun kau berusaha untuk menemui Aly.”

“Kau-” Kalimat Elleon terpotong kalimat Alessia dan karena tatapan tajam perempuan itu kembali.

“Kurasa anak-anakmu lebih ingin mendengarkan ceritaku daripada pertengkaran kita. Kau baik-baik saja jika aku akan melanjutkannya kan.”

Tanpa menunggu jawaban Elleon, Alessia melanjutkan cerita yang selama ini hanya dirinya ketahui.

“Perempuan itu bahagia sampai dia mengetahui bahwa suaminya bermain dengan perempuan lain.”

Alessia melihat dengan jelas bahwa Elleon terlihat ingin menyangkal pernyataannya. 

Alessia membalas tatapan itu dengan tatapan yang dapat diartikan ‘Diamlah, atau aku akan pergi.’

“Tidak hanya itu, suaminya memecat dua pelayan yang membantu gadis itu waras dari semua hal yang tiba-tiba terjadi di hidupnya. Membiarkan seorang gadis berusia sembilan belas tahun merawat seorang bayi seorang diri? Bukankah dia bajingan? Bagiku dia lebih buruk dari sekadar bajingan.”

William mengepalkan tangannya erat, dia sudah tahu bahwa semua masalah mamanya pasti ada hubungannya dengan papanya. Tapi mendengarnya sendiri membuatnya sangat marah. Dia sangat mengerti bahwa bayi laki-laki yang dimaksud adalah dirinya.

Tindakan William itu tidak lepas dari pandangan Alessia. Alessia menyandarkan punggungnya ke sofa dan melipat tangannya.

“Kalian harus menahan diri atau cerita berhenti di sini.”

William melihat ke arah Alessia dan tatapan mata mereka bertemu. William tahu bahwa peringatan itu ditujukan kepadanya.

Setelah memperingati William, Alessia melanjutkan ceritanya.

“Tapi manusia adalah makhluk yang hebat, perempuan itu beradaptasi dengan itu semua. Suami yang kehadirannya hanya berupa kiriman uang bulanan itu datang di pesta ulang tahun pertama putra mereka. Meskipun canggung hari itu menjadi hari yang membahagiakan bagi perempuan itu. Bagaimanapun dia adalah perempuan muda yang bodoh karena jatuh cinta pada pria tidak yang tidak menjadikannya prioritas.”

Pupil Elleon melebar, sebelum Alessia yang lain mengambil alih, istrinya tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintainya.

“Kau tidak pernah mengatakan itu.”

“Apa aku harus kembali bertanya Tuan Gedith? Apa kau pernah mengatakan kau mencintai Aly? Apa kau pernah mengatakan kau menyayangi Aly? Atau setidaknya kau berterima kasih perempuan itu mau berada di sisimu? Mengikuti semua drama gila yang kau ciptakan? Dia bahkan melahirkan putramu?... Jika kau tidak pernah mengatakannya, jangan berharap Aly mengatakannya. Dia hanya perempuan di bawah dua puluh tahun saat itu. Terlalu muda untuk menjadi mainanmu. Lebih baik kau tetap diam.”

Setelah Alessia meluapkan amarahnya, dia melanjutkan ceritanya.

“Setelah hari itu, suami perempuan itu tidak pernah datang. Pria itu beberapa kali mengabarkan akan datang, tapi dia tidak pernah datang. Apa kalian bisa membayangkannya? perempuan itu sudah berharap, sudah menyiapkan semua hal, makanan, rumah, bahkan perasaannya. Tapi hanya untuk menunggu dan disakiti.” 

Kali ini tatapan Alessia lebih tajam dibandingkan sebelumnya. Satu-satunya yang berbicara adalah Alessia. Saat perempuan itu berhenti berbicara, hanya kesunyian yang ada di antara mereka.

“Tapi pria itu datang di saat perempuan itu tidak siap, Apa kalian tahu kapan itu?”

Keempat putra gedith yang tersisa tetap diam dan sahutan keras berasal dari Elleon.

“Jangan katakan.”

Kali ini Alessia merespon jawaban Elleon dengan senyuman sarkas.

“Ternyata kau juga tahu rasa malu ya? kukira kau hanya bisa bersikap menjijikan. Tapi aku sudah berjanji kepada mereka untuk mengatakan semua kepada mereka. Setidaknya biarkan aku memberikan satu hal untuk pertama dan terakhirnya bagi mereka, bukankah begitu?”

Sebelum disela lagi oleh Elleon, Alessia membuka mulutnya.

“Malam itu sama seperti malam mereka bertemu, hanya saja malam itu, sang suami dengan kesadaran penuh melakukannya?”

Alessia tersenyum tipis dengan wajah mengejeknya menatap Elleon.

“Jika kalian mengenal perempuan itu? bukankah kalian ingin membunuh pria itu dan anak yang lahir dari kejadian malam itu?”

“Bukankah begitu Orion?”

Semua pandangan teralihkan ke Orion.

“Hanya kau yang tidak terkejut. Itu karena kau sudah membacanya bukan? Diary milik Aly, bagaimana perasaanmu mengetahui bahwa mamamu menyayangi kakak dan sangat menyayangi adikmu? tapi justru ingin membunuhmu dan saudara kembarmu?”

Caldion dan Gideon terkejut mendengar itu karena Orion tidak pernah mengatakannya.

“Lanjutkan saja ceritamu.” Orion menjawab Alessia dengan dingin. Perihal dia pernah membaca buku diary milik mamanya saat berada di kamar Rean memang tidak ada siapapun yang mengetahuinya. Cukup hanya dirinya saja yang terluka akan kenyataan. Tapi setelah ini Gideon dan Caldion akan mengetahui semuanya.

“Astaga, padahal kemarin kau sangat manja kepada mamamu. Tapi akan aku lanjutkan kisah menyedihkan dari perempuan bodoh ini.”

Alessia berkata sambil memegang dadanya dengan ujung jarinya.

“Perlakuan yang diterima oleh perempuan itu saat hamil dan melahirkan ketiga bayinya sangat berbeda dengan saat mengandung dan melahirkan putra pertamanya. Saat itu suaminya membawa putra pertama mereka dengan alasan tidak ingin membuat perempuan itu terlalu lelah karena harus mengurus anak-anak di saat hamil. Tapi bodohnya dia tidak mempekerjakan pelayan seperti saat kehamilan pertama. Aku memiliki pertanyaan kepada Gideon, bagaimana kondisi mental seorang perempuan hamil yang tinggal di rumah besar ini sendirian, dipisahkan dari putra yang dia sayangi, dan itu semua karena keadaan yang tidak diinginkan?”

Alessia menatap lurus ke arah Gideon yang sejak tadi menunduk karena tidak kuat untuk menerima kenyataan. Bagaimanapun trauma itu menakutkan, bahkan dirinya takut untuk menangis saat ini.

“Menurutmu berapa kali perempuan itu ingin membunuh bayi-bayi itu? Tapi tenang saja, karena pada akhirnya kalian selamat bukan? Jadi berhenti menatapku seperti aku seorang pembunuh Orion. Jadi apa jawabanmu Gideon? Ini adalah pertanyaan yang mudah untuk putra Gedith yang paling cerdas bukan?”

Lihat selengkapnya