Gedith Woman

Anglint
Chapter #33

Ch: 55-57

Alessia atau lebih tepatnya Essia saat ini berdiri di depan salah satu sisi dinding di kamar apartemen milikinya.

Dari pintu yang dia biarkan tetap terbuka, seorang pria masuk sambil membawakan sarapan untuk perempuan itu. 

“Kau sudah bisa membawa Rean, tapi kenapa kau tetap memandangi dinding itu?”

“Apa saat ini kau bertanya pada pasienmu Mr Kendrick?“

Kendrick meletakkan nampan berisi sarapan dan berdiri di sisi Alessia.


 

“Itu karena pasienku memiliki banyak rahasia. Kau harusnya mengatakan semuanya ke psikiatermu ini.” Pria itu menjawab sambil tetap memperhatikan dinding di depannya.


 

Dinding yang membuat Essia harus kembali melindungi Alessia. Puluhan foto yang saling terhubung dengan benang merah. Itu memicu perasaan tidak aman dari Alessia.


 

Satu sisi dari ruangan ini merupakan jurnal penyelidikan yang telah dilakukan Essia selama enam tahun terakhir. Hingga satu setengah tahun yang lalu dia berhasil menyimpulkan bahwa pria itu adalah dalang dari rusaknya komunikasi Alessia dan Elleon, tentu saja selain Elleon yang tidak pernah melakukan apapun.


 

“Haha…Itu karena psikiaterku terlalu mudah khawatir.” Alessia menjawab sambal melihat ke arah Kendrick.

“Jika kau sudah tahu, bisa kau katakan padaku apa yang kau katakan dengan Aly?”

Pertanyaan itu membuat Essia kembali melihat dinding di depannya.

“Kau tahu kan kalau alter yang sudah diciptakan tidak bisa mati. Pada akhirnya aku akan hidup dan mati dengan Aly. Tapi ketika Aly sebagai host tertidur selama delapan tahun, itu membuatku takut. Aly berpikir integrasi kita memungkinkan, tapi bagiku mustahil. Aku tidak bisa meninggalkan Aly sendiri. Yah, meskipun Aly bersikeras bahwa kali ini Elleon akan menjaganya. Aku tidak percaya itu.”

“Akan lebih mudah jika kau mengatakan semuanya kepada Elleon.”

Essia dengan cepat kembali melihat Kendrick.

“Apa kau tidak ingin melihat pria itu berusaha? Dia terlalu mempercayai asistennya sampai dia tidak sadar bahwa hidupnya hancur karena bawahannya.”

Kendrick menghela napas, akan lebih mudah jika keduanya saling jujur tentang apa yang sebenarnya mereka pikirkan, setidaknya itu tidak akan membuat Kendrick sakit kepala selama tujuh tahun.

“Habiskan sarapanmu, aku akan mengantar Bertha dan Rean ke sekolah.”

Setelah mengatakan itu Kendrick keluar dari kamar itu, bagaimanapun juga Bertha dan Rean harus tetap pergi ke sekolah.

Meskipun sejak pulang dari rumahnya Rean belum bertemu Alessia sekalipun.

.

.

.

Elleon saat ini sedang mengemudikan mobilnya membelah ramainya jalanan di sore hari. Dia sudah meminta anak-anaknya untuk menginap di rumah kakek dan nenek mereka sampai Elleon bisa menyelesaikan ini semua, sampai Elleon bisa membawa Alessia kembali ke rumah mereka.

“Sial.”


 

Elleon hanya bisa mengumpat. Baik papa dan mamanya dan juga Alessia sudah mengetahui ini semua dan hanya dirinya yang tidak. Selama ini dia selalu menyerahkan apapun keperluan Alessia kepada pria itu. Tidak pernah sekalipun Elleon menaruh curiga kepada pria itu.

Ini seolah hidupnya, keluarganya, telah dikendalikan selama tujuh belas tahun.

Jika pria itu memang pelakunya, Elleon tahu seberapa tersiksanya Alessia selama ini. Bukan hanya karena dipermainkan oleh pria itu, tapi karena menikah dengan pria tidak berguna seperti dirinya.

Tapi Elleon juga orang yang egois, dia tidak akan melepaskan Alessia. Tidak setelah ini semua.

.

.

.

Setelah memarkirkan mobilnya, Elleon mendatangi ruangan yang sangat dia kenali. Di ruang kerjanya di perusahaan, Elleon dapat menemui pria paruh baya yang sangat tidak asing. Elleon tahu bahwa pria itu pasti berada di sini.


 

Elleon menghentikan kedua kakinya saat matanya bertatapan dengan mata pria itu. Elleon melihat dengan kecewa pria paruh baya yang sudah dia anggap seperti ayah keduanya.

“Apa itu memang benar ulahmu James?”

“Saya senang akhirnya tuan menyadarinya. Anda benar, ini semua adalah perbuatan saya.”

Dengan sangat tenang James duduk di kursi. Pria itu seolah mengisyaratkan untuk duduk dan mengobrol dengan santai.

“Kenapa kau melakukan ini semua? Kau tentu tahu bahwa itu akan membuat keluargaku hancur kan?”

“Tentu saja saya tahu tuan, jika tuan menanyakan alasannya mungkin karena balas dendam.”

Elleon berpikir keras, usianya dan James terpaut sangat jauh dan tidak ada tindakannya yang membuat James membalas dendam.


 

Meskipun Elleon sudah menjelajahi seluruh ingatannya, tapi dia tidak berhasil menemukan alasan yang mungkin digunakan pria itu.

Abraham memang sempat menyinggung anak James, tapi Elleon bahkan tidak pernah bertemu dengan anak James. Tidak ada alasan pria paruh baya itu memiliki dendam terhadap dirinya.

Hal lain yang mungkin menjadi penyebab adalah luka memanjang di tangan pria itu.

“Apa karena luka yang kau terima saat menyelamatkan kami dulu? Jika karena itu seharusnya kau tidak menyelamatkan aku dan Delion saat itu.”

Pria tua itu menggeleng.

“Tentu saja bukan, tuan dan tuan Delion, saya melindungi kalian karena keinginan saya sendiri.”

“Lalu karena apa?”

“Saya kira tuan sudah mendengar dari tuan besar?”

“Apa itu benar? Tapi bagaimana kau tahu?” Elleon bertanya dengan nada serius meskipun di dalam dirinya, dia sedang merasa panik dan sangat ingin menghajar pria itu.

“Aku memiliki seorang putri yang telah meninggal.”


 

James tahu bahwa bukan Elleon tidak paham maksudnya, pewaris Gedith itu hanya menolak kenyataan.

“Tuan muda sangat percaya dengan saya, begitu juga dengan tuan besar. Tapi kalian tidak pernah tertarik dengan kehidupan saya. Apa bisa saya mengenalkan diri ulang karena tuan tidak mengenal saya?”

Tanpa menunggu jawaban Elleon, James membungkuk sambil meletakkan tangan di dadanya.

“Saya James Damian ayah dari Isabella, mantan tunangan anda.”

Mata Elleon membulat.

Nama mantan tunangannya kembali muncul dalam percakapan. Dia tidak mengira bahwa James adalah ayah dari Isabella, jika itu alasannya maka semuanya menjadi jelas.

Dia bisa memahami kenapa pria itu ingin menghancurkan hidupnya. Hal itu karena dirinya sudah bersikap sangat buruk terhadap Isabella.

Elleon hanya membawa kesedihan dan ketidakadilan bagi Isabella, perempuan pertama yang dia cintai.

“Saya senang anda bisa mencintai Nyonya Alessia dengan mudah, tapi sebagian dari diri saya menolak hal tersebut-”

James tersenyum dengan wajah yang baru kali ini Elleon lihat, senyum yang menjijikan. Pria itu melanjutkan kalimatnya sambil tetap mempertahankan senyum menjijikannya.

“Jadi saya menghancurkan hidup kalian.”

James Damian bisa dibilang dia adalah pria yang cerdas namun tidak berasal dari keluarga yang baik. Ibunya adalah pelacur dari kawasan pelacuran di Amerika. Selama tinggal bersama dengan ibunya, James tidak pernah mengalami yang namanya kelaparan karena ibunya bisa dengan mudah mendapatkan uang. 

Meskipun tidak menuntut apapun, ibunya hanya memiliki satu pesan sejak James muda.

“Jangan pernah jatuh cinta dengan pelacur.”

Hal itu karena ibunya tidak ingin putranya jatuh ke dunia yang sama dengannya. James bisa hidup karena pilihan yang dilakukan ibunya.

Ibu James sudah berkali-kali melakukan aborsi hanya karena ayah bayinya tidak sesuai dengan keinginannya. Pilihan untuk melahirkan James adalah karena ayah biologis dari James memiliki wajah dan otak yang bisa diandalkan. Meskipun tidak pintar, ibu James bukan orang bodoh. Dia tahu Jika James akan menjadi pria sukses dimanapun dan akan membawa kebahagian dalam hidupnya. 

Dia tumbuh dengan baik, bahkan ibunya menyewa apartemen di kota jauh dari tempatnya bekerja dan membiayai James yang cerdas untuk berkuliah di universitas terbaik.

Di tempat itu James menemui tembok pertama dalam hidupnya Abraham Gedith dan Trisha Odette, presiden dan wakil presiden dari kampusnya yang kebetulan selalu satu kelas dengannya. 

Rasa iri itu tidak berlangsung sebentar, Abraham dan Trisha yang selalu bersinar membuat James semakin gelap, hingga dia mendekati satu-satunya larangan dari ibunya.

James jatuh cinta dengan Arcella. Meskipun James tahu bahwa perasaannya hanya sebuah lelucon bari Arcella. Perempuan itu jelas memiliki pengalaman dengan banyak pria, berbeda dengan James yang baru kali ini jatuh cinta dengan seorang perempuan.

.

.

.

Di tahun terakhirnya dia menjadi panitia kelulusan bersama dengan Abraham dan Trisha, dari sana James kembali menemukan cahayanya.

Dia kembali menjadi James yang dibanggakan oleh ibunya. Setelah lulus dia bekerja sebagai asisten Abraham. Dia tidak lagi memandang Abraham sebagai orang yang ingin dia singkirkan, tetapi sebagai sosok panutan sekaligus keluarga. Sejak kematian ibunya, Abraham sudah seperti kakak baginya.

James melihat Abraham dengan sudut yang berbeda setelah mengenal pria itu, Abraham adalah pria yang sangat baik dan lurus tapi sangat bodoh jika harus menyampaikan perasaannya ke Trisha.

James yang lembur pun tetap harus mendengarkan curahan hati atasannya.

Lihat selengkapnya