“Udah berapa lama Mas Sugeng dan keluarga tinggal dan ngekos di kota ini?” sambung Ryan.
“Sudah hampir 4 tahun, dulunya kami bertani waktu tinggal di desa daerah Jawa Timur. Karena hasilnya tidak mencukupi untuk keperluan keluarga, kami mencoba merantau ke kota ini dan alhamdulilah kehidupan kami sudah sedikit lebih baik,” jawab Sugeng.
“Ya Mas, orang tuaku pun di desa bertani. Ibuku berkebun sementara Ayah bekerja menyadap karet di perkebunan temannya, sebenarnya pendapatan Ayah sangat pas-pasan namun dia nekad untuk menyuruhku melanjutkan sekolah ke kota ini.” ujar Ryan.
“Wah, kamu beruntung Ryan memiliki orang tua seperti itu. Meskipun mereka susah, namun demi putranya mereka selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Jangan pernah kecewakan mereka, kamu harus bisa membuat mereka bangga suatu saat nanti!” tutur Sugeng menepuk pundak Ryan.
“Iya Mas.”
“Ayo, dicicipi satenya! Sebentar aku ambilkan kuahnya.”
“Makasih Mas, aku baru aja makan. Tadi siang aku ketiduran sepulang dari sekolah, jadi makannya udah sorean.” ucap Ryan menolak.
Daging-daging sate telah selesai semuanya ditusuk, hari pun sudah semakin sore, sinar kemerah-merahan nampak membias awan di langit, tak lama lagi malam pun menjelang, Ryan pamit untuk masuk ke kosnya, merapikan ranjang dan segala barang yang letaknya tidak teratur.