Hujan yang dalam beberapa hari ini selalu mengguyur desa tempat Ryan dilahirkan, membuat Pak Ardi Ayahnya Ryan terlihat murung karena sudah beberapa hari ini tidak bisa melakukan pekerjaan rutinnya menyadap karet, setelah kedua putranya yang merupakan adik Ryan itu berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki memakai payung, Bu Hesti menghampiri Pak Ardi yang duduk di ruang depan sambil membawa secangkir kopi hangat.
“Ada apa Pak? Sepertinya Bapak melamun?” sapa Bu Hesti.
“Sudah beberapa hari ini di desa kita ini selalu turun hujan, dan itu membuat aku tak bisa bekerja menyadap karet seperti biasanya. Jika untuk keperluan kita sehari-hari di sini, aku tidak akan terlalu pusing memikirkannya kita masih bisa makan walaupun dengan lauk seadanya. Yang membuat aku berfikir keras, bagaimana nantinya mengirimkan uang untuk Ryan di kota sejumlah biasanya? Uang itu tentu sangat ia butuhkan untuk membayar SPP bulan besok, dan ongkos angkot ke sekolah serta keperluan lainnya,” ujar Pak Ardi kemudian menyeruput kopi yang disuguhkan Bu Hesti.
“Kita berdo’a saja, Pak. Moga besok, hari sudah mulai cerah kembali dan Bapak bisa bekerja lagi.” ucap Bu Hesti memberi semangat pada suaminya.
“Ya, moga saja, Bu. Oh ya, uang yang terkumpul bulan ini untuk Ryan udah berapa Bu? tanya Pak Ardi.
“Baru Rp. 20.000,- Pak.”
“Huuf, kalau pun mulai besok aku bisa bekerja kembali paling hanya bisa menambah sekitar Rp. 10.000,- Bu. Dan itu artinya kita hanya akan bisa mengirim uang untuk Ryan, awal bulan besok sekitar Rp. 30.000,- saja.” keluh Pak Ardi.
“Ya, tidak apa-apa Pak. Jika pertengahan bulan besok dapat uang, kita kan bisa mengirimnya lagi.” ujar Bu Hesti.
“Ya Ibu benar, aku juga segan meminjam uang pada Syamsul karena hutang-hutang kita sudah lumayan banyak padanya dan itu selalu diangsur setiap kali pembagian hasil karet yang aku sadap.” tutur Pak Ardi sedikit tenang karena telah menemui solusi dari keresahan hatinya pada putra mereka yang tengah menuntut ilmu di kota.
“Bagaimana dengan persediaan beras kita, Bu?” sambung Pak Ardi.
“Alhamdulilah masih cukup untuk bulan ini, Pak. Lagi pula masih ada 3 karung padi yang aku simpan di sudut dapur,” jawab Bu Hesti.