Gelanggang Di Bulan Mei

Lady Mia Hasneni
Chapter #7

Tujuh

Bayu melemparkan pandangannya bebas dari balik jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Dia menatap langit yang rasanya tidak sama dengan kemarin. Orang – orang yang berlalu lalang di jalanan juga berbeda.

Bayu paham rasa lapar membuat orang sering berbuat tak bernalar. Namun dia percaya manusia ibu kota tidak mudah terpancing hanya karena kurang makan. Bulu kuduknya berdiri mengetahui konflik yang terjadi di Kalimantan melalui cerita Zey. Semalaman Bayu berdoa semoga paranoid yang Zey sampaikan tidak pernah terjadi

Namun tiba – tiba perutnya lah yang bunyi. Bayu menyentuh perutnya yang terasa lapar pagi itu. Buyar sudah pikirannya. Satu hal yang muncul di kepala, hanya MAKAN. Bayu membalikkan tubuhnya membelakangi jendela. Kakinya yang ingin melangkah terhenti.

“Ternyata perut lapar mengerakkan segalanya.” Celetuk Bayu pada dirinya sendiri.

Niatnya dari awal yang ingin menikmati pemandangan pagi sambil menuliskan surat untuk ibunya di kampung tertunda. Bayu hanya bisa melihat selembar kertas yang sudah dia siapkan di atas meja bersama sebuah pen hitam bermerk pilot. Pulpen itu bahkan belum dia sentuh sekali pun. Sudah siap sejak semalam. Mulai dari mata mengantuk hingga kini perut lapar. Bayu mengelelngkan kepalanya. Pria itu akhirnya menyadari betapa manusia lebih mementingkan diri sendiri.

Bayu akhirnya melewatkan saja niatnya. Mengisi energi tubuhnya dengan makan tentu hal yang lebih penting. Dia bergerak menuju pintu. Ponsel yang tergeletak di tempat tidur segera dia raih sebelum akhirnya meninggalkan kamar. Dia harus memastikan saat Ko Alex menghubunginya baik itu melalui pesan singkat atau pun telepon dapat segera dia respon.

Dapur yang juga berada di lantai dua tepatnya di balik pintu kamar Bayu terlihat rapi. Saking rapinya tidak ada satu pun benda yang ada di meja makan sana. Bayu bergegas menuju lemari pendingin. Iya, fasilitas di club memang cukup lengkap telah dipersiapkan oleh Ko Alex. Sebelum menarik pintu kulkas Bayu melirik sekilas kearah jam dinding yang menunjukkan jarum panjang ke angka sembilan sedangkan jarum yang lebih pendek menunjukkan ke angka tujuh.

Dalam hitungan detik pintu kulkas telah terbuka. Bayu yang sudah hafal dimana letak barang miliknya segera mengeluarkan beberapa kontainer  berbahan plastik dengan ukuran sedang dari sana. Kontainer – kontainer tersebut masih tertutup rapi sejak diberikan oleh Hana semalam. Setelah makan bersama, Hana membungkuskan makanan untuk dibawa pulang. Pagi itu Bayu berencana untuk memanaskannya. Setidaknya dia tak perlu memikirkan makanan hari ini.

Sebuah kompor sumbu dengan minyak tanah sebagai bahan bakar dihampiri oleh Bayu. Dia memutarkan sumbu supaya naik. Kemudian dia mengambil sebuah kayu kecil yang terletak di samping kompor. Ada sebuah tutup yang terdapat pada bak minyak kompor. Bayu membukanya dann memasukkan batang kayu kecil itu ke situ untuk membasahinya dengan minyak tanah. Setelah selasai dia kembali menutupnya. Batang kayu dengan minyak tanah diletakkan padaagainan atas kompor yang berwarna hijau. Tak lupa Bayu mengeluarkan satu batang kecil korek api dari kotaknya bergambar bunga rafflesia. Dia menyalakan api dan mendekatkannya pada kayu panjang dengan minyak tanah di bagian ujungnya. Dengan cepat Bayu mengerakkan batang kayu yang lebih panjang masuk menghidupkan sumbu – sumbu kompor. Kini kompor siap digunakan.

Bayu memutar sedikit tombol yang mengatur sumbu kompor. Dia memastikan apinya tidak terlau besar. Bayu berjalan mendekat lemari kayu dan mengambil kuali bersih dari dalam sana. Kuali itu langsung diletakkan di atas kompor. Bayu meraih salah satu kontainer yang berisi sambel udang. Dia memasukkannya semua isi wadah itu ke dalam kuali yang menimbulkan bunyi yang disebabkan oleh panas. Bayu mengisi air ke dalam wadah memastikan sisa – sisa bumbu sambel bersih dari wadah dan kemudian kembali dia masukkan ke dalam kuali.

Saat aktivitas memanaskan makanan baru saja dia mulai, suara ponselnya terdengar nyaring. Bayu mengecilkan kembali api kompor. Dia bergegas menghampiri telepon gengam yang tertulis pada layarnya nama ‘Bang Zey’. Ya, kemarin saat di rumah Hana Zey meminta nomer telepon Bayu.

Lihat selengkapnya