Sawarna! Ya, ini adalah tempat tujuan para siswa SMA Buana. Mereka akan meunaikan tugas dari pak Bagus disana.
Sawarna, nama Pantai Sawarna yang diambil dari nama kepala desa pertama di tempat itu. Kepala desa itu bernama ‘’Swarna’’ dan merupakan tokoh kampung kala itu. Beberapa orang lokal menyebutkan bahwa "Swarna adalah orang pertama yang menjadi kepala desa disana. Dia tetua disana. Dia hidup tahun 1900-an. Jadi diambilah namanya menjadi nama desa’’.
Menurut warga lokal disana, salah satu alasan desa berpantai indah itu dinamakan Sawarna untuk menandakan bahwa penduduk di lokasi itu satu warna yakni masyarakat Sunda. Lantas mengapa Swarna menjadi Sawarna? Karena satu warna dalam bahasa Sunda adalah Sawarna.
Desa Sawarna masuk dalam Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Letaknya di pesisir selatan Jawa, menghadap Samudera Hindia. Tak heran kalau ombaknya besar dan cocok untuk berselancar. Tapi hanya pantai tertentu yang tidak berbatu karang yang cocok untuk selancar disana, salah satunya Pantai Ciantir. Sedangkan untuk berenang, pantai yang cocok adalah daerah Pantai Legon Pari. karena posisinya di teluk dan sama sekali tidak ada karang, dan pasirnya pun halus. Selain itu, ada suatu tempat yang indah dan menakjubkan untuk menikmati Susana matahari terbenam. Sunset cocoknya di suatu pantai yang bernama Tanjung Layar. Sedangkan sunrise di Karang Beureum, Legon Pari atau Karang Taraje.
Bus yang di tumpangi para siswa pun mulai melaju meninggalkan aspalnya kota Jakarta. Meninggalkan hiruk pikuk keramaian yang menyesakkan dan melelahkan. Di dalam bus Dannia mendapatkan tempat duduk disamping Adrian. Sedangkan Kevin, Dannia lihat ada di depan mereka, hanya terhalang sekitar dua atau tiga kursi.
Dannia mengeluarkan ponselnya. Ia mengetik sesuatu lalu mengirimnya pada seseorang ‘’Be Carefull.. hati yak, jangan sampe muntah, awass! Jangan sampe ketinggalan, hehehe’’ tulis Dannia di ponselnya.
Tidak lama, ponsel Dannia berbunyi, ia buka ponselnya, ternyata ada balasan dari seseorang yang ia kirimi pesan
‘’Lebayy deh kamu..’’ balasnya, lelaki itu pun berdiri dan membalikkan badan, melihat Dannia, tersenyum lalu menggeleng-gelengkan badan
Dannia pun tidak ingin kalah, ia menjulurkan lidah dan menaikkan bola matanya keatas
‘’Blewwhhhh’’ ledek Dannia
Bus pun terus melaju, semakin lama tampaknya Dannia mulai mengantuk. Ia memasangkan earphone nya di daun telinganya, memainkan musik favoritnya. Kini ia tengah memainkan sebuah lagu dari musisi ternama di Indonesia. Melly Goeslow, ia tengah memutar salah satu dari lagunya yang berjudul ’’Promise.’’
Entah sejak kapan ia mulai suka pada lagu ini, sangat suka tepatnya. Tapi yang ia ingat, beberapa waktu kebelakang, tiga atau empat tahun silam, ia menonton sebuah film di bioskop dan soundtrack dari film itu adalah lagu ini. Lagu yang memiliki arti yang sangat dalam. Lagu yang menceritakan sebuah perasaan dan sebuah janji seorang, janji yang terikrar dalam hati yang tak kan pernah ia ingkari.
Sesekali Dannia tersenyum mendengar lagu ini. Pikirnya kapan ia akan mendapatkan seseorang yang datang pada hidupnya dengan berikrar janji seperti itu. Mimpi.. ya, itu hanya akan menjadi mimpi bagi Dannia, memikirkan suatu hal yang tampak mustahil baginya. Bibirnya hanya tersenyum membayangkan imajinasinya berkeliaran kemana-mana..
Semakin lama tampaknya Dannia mulai mengantuk, perlahan kepalanya pun mulai menggelayut di pundak kiri Adrian. Adrian yang sadar dengan kepala Dannia yang mulai membebani pundaknya pun melepaskan ponsel dari genggamannya. Melihat Dannia yang tampaknya sudah tertidur di pangkuannya, ia melepaskan eraphone dari telinga Dannia dan memasangkan tudung jaket Dannia di kepalanya
***
Hari sudah mau gelap, Dannia tersadar saat pak Bagus membangunkan para siswa yang tertidur, mengumumkan bahwa sebentar lagi tempat tujuan mereka akan segera sampai. Saat Dannia terbangun, ia sungguh terkejut. Dilihatnya samping kanan Nampak sebuah hamparan air yang luas bagai karpet biru yang terbentang. Ya, terlihat laut yang sangat biru dan indah. Ditambah suasana matahari yang hampir tenggelam, menambah Susana ini romantis dan sangat indah dinikmati mata.
Dannia yang tak ingin ketinggalan moment ini pun segera mengambil ponselnya dan
CKREKKKK…
Ia berhasil menangkap moment indah itu, Adrian yang melihat Dannia se responsive itu bertanya
‘’Buat apa Dann?’’ Tanya Adrian
‘’Karena hal yang indah saat ini, belum tentu terjadi lagi, satu detik, sepuluh menit, sejam, bahkan satu atau dua hari kedepan. Apalagi untuk jangka satu tahun. Moment langka kayak gini tuh musti diabadikan, karena mubazir tau kalo yang indah-indah itu di abaikan gitu aja.’’ jawab Dannia
‘’Kayak aku ginii’’ Dannia menambahkan
‘’Dihh.. cantik kali lu ya?’’ Adrian brigidik mendengar ucapan Dannia
‘’Ngirii bilang boss! Hahahaa’’
Dannia tak henti-hentinya menatap lautan yang luas dengan polesan surya diujungnya. Matanya tak berhenti menatap melihat keindahan yang kini matanya tangkap. Sungguh! Baginya ini adalah bagian dari kepingan keindahan yang nggak akan pernah ia lupakan setelah kebahagiaan pertamanya pudar. Kebahagiaan mungil yang pernah dulu ia rasakan. Mempunyai keluarga!
Waktu pun berlalu, para siswa dan guru telah sampai di lokasi. Tempat bernama pantai Sawarna. Dalam bahasa Indonesia, sawarna artinya adalah satu warna. Entahlah. Ada makna apa di dalam arti dari nama pantai ini, diluar dari itu semua, tempat ini membuka mata para siswa dan guru yang ada disana, membuka mata mereka dan menyadarkan bahwa ternyata masih ada keindahan dan kemewahan yang ditawarkan selain kenyamanan di hiruk pikuk kota Jakarta.