Lagu somewhere only we know by Keane, menemani perasaan gundahku di malam ini. Ya, setiap malam selama sepuluh tahun ini lebih tepatnya.
Entah sudah berapa lama aku duduk termenung di meja makan, bahkan nasi dan telur ceplok didepanku belum tersentuh sama sekali. Pikiranku memutar kembali memori beberapa jam yang lalu.
"Nak..." Panggil wanita paruh baya yang ku panggil ibu itu.
"kenapa buk?" Ku tatap ibuku yang terbaring di ranjang rumah sakit.
"Kamu nggak cape begini terus, tiap hari kegiatannya bangun, kerja, makan, rawat ibu, tidur. Mau sampai kapan kamu hidup monoton begini?" Cerocos ibuku.
"Mau gimana lagi buk, yang pentingkan masih bisa napas...." Jawabku dengan pasrah.
"Mau gimana lagi apanya, liburan kek, main sama temanmu dua ekor itu kek, cari calon istri kek, ngelakuin apa kek. Bim, ibu cuma pengen liat kamu nikah sebelum ibu pergi!" Omel ibu sambil mencubit lenganku, lihat sakit saja masih bisa ngomel begini, gimana kalau sembuh.
"Bu, kok ngomongnya begitu sih?" Kataku sambil mengelus-elus lenganku yang dicubitnya.