Rabu, 11 Desember 2024.
Senyuman semanis madu terukir di wajah rupawan seorang pria, seolah menyapa pagi yang berselimut mendung ini. Hawa dingin, dan aroma tanah basah yang tertinggal setelah hujan semalam, bahkan tak cukup kuat untuk melunturkan semangat dari seorang pria yang ingin menyambut hari kedua tokonya.
Tangan yang berbalut perban, bergerak membuka kunci pintu kaca yang sedikit berembun itu. Bunyi gembok terbuka terdengar pelan. Udara pagi menyelinap masuk mengikuti pria itu, memenuhi toko yang masih bertuliskan 'Close' di pintunya tersebut.
Suara sepatu mengetuk lantai, mengaung memenuhi toko yang masih sunyi. Lampu toko itupun menyala. Tangan kirinya yang tak terlukapun mulai membersihkan setiap meja, mengenyahkan butiran debu halus yang menempel.
Pada pukul 06.35, pintu kaca itu kembali dibuka, menampilkan seorang pria gagah yang mengenakan setelan olahraga, serta ransel dipunggung nya.
"PAGI, BOS!" suaranya yang menggelegar, berhasil mengagetkan Abimono.
Abimono langsung menoleh kearahnya. "Pagi juga, Sat," balas Abimono pada Satria.
"Loh, tangannya kenapa, Bos?" Pria gagah itu menatap tangan dan wajah Abimono dengan bingung.
"Oh ini cuma—"
Belum sempat Abimono menyelesaikan ucapannya, pintu kaca itu kembali dibuka ketiga kalinya pada pagi ini, diiringi suara ceria dari seorang gadis dengan mata kucingnya.
"Pagi semuanya," sapanya suara riang.
"Pagi juga, Mel," balas kedua pria itu secara bersamaan.
Meilin berjalan kearah kedua pria itu dengan wajah berubah terkejut dan khawatir, setelah melihat tangan kanan Abimono yang dibalut perban.
"OMG! Tangannya kenapa, Pak Bos??" tanya begitu samapi di depan Abimono.
"Ini gapapa kok, tadi cum—"
Ucapannya pun kembali dipotong, saat pintu kaca itu dibuka keempat kalinya oleh seorang pria mudah. Ia berjalan masuk dengan senyumnya.
"Pagi, Bang, Bos, Mel," sapanya lengkap, kepada tiga orang yang ada di toko itu.