Gelato for My Lame Life

DWI CAHAYA LESTARI
Chapter #9

9. ANDAI..

Abimono dan Adit mendengar cerita Joko tanpa berniat menyela, membiarkannya menyuarankan hal yang telah ia pendam.

Joko tersenyum miris setelah selesai menyuaran isi hatinya.

Abimono menatap Joko dengan pandangan yang sulit diartikan. Sedangkan Adit, yang sedari tadi bersandar, akhirnya menghela napas.

"Lo nyesel?" Tanya Adit dengan tenang.

Joko terdiam sejenak, menatap Adit, sebelum akhirnya bicara,

"Banget malah, tapi gue lega." Joko tersenyum tipis.

Adit mengangkat alisnya, menatap Joko dengan raut bingung. "Lega?"

"Iya lega, akhirnya Rani nggak nunggu-nunggu gue lagi. lihat Rani bahagia udah cukup buat gue, tapi munafik banget kalo gue bilang udah nggak cinta lagi sama dia." Jelas Joko dengan kepala tertunduk.

Adit menyandar kepalanya ke kursi. "Berat ya, sembilan tahun bukan waktu yang sebentar."

Joko menegakkan kepalanya kembali, "berat sih, cuma ada hal-hal yang bisa kita pertahankan dan harus kita lepasin, termasuk cinta." Joko mengeluarkan undangan yang sedikit basah dari balik jaketnya.

Undangan putih bertuliskan RANI & ANDIKA, ia letakkan di meja. Abimono memandang undangan tersebut tanpa ekspresi, dan Adit langsung menatap Joko dengan miris.

Abimono yang sedari tadi diam, membuka suara. "Lo bakal dateng?" Tanya Abimono pada Joko.

Joko mengangguk pelan, memandang undangan seolah benda paling menyakitkan didunia. "Gue harus dateng, mungkin dengan ini gue bisa lepasin bayang-bayang dia."

Abimono dan Adit mengangguk, memahami apa yang Joko rasakan. Hening, tak ada yang berbicara selama beberapa saat.

Lihat selengkapnya