Gelato of Love

Panca Jav
Chapter #1

Prolog

"If someone you love, having an affair behind you, slap his face. Seriously slap his face and go get some gelato."

Gustav masih menatap Kania lembut setelah apa yang baru diucapkan Kania. Tak ada yang bisa dilakukan sekarang. Hanya menunggu, entah sampai kapan? Ia berusaha untuk selalu ada di setiap keadaan terburuk Kania. Mata Kania masih mengkristal. Sepertinya saat ini yang terburuk? Sudah hampir setengah jam ia masih belum memulai ceritanya. Hanya kalimat emosional tadi saja, padahal biasanya ia cukup ceriwis ketika sedang sangat kesal akan sesuatu. Sesekali bibir lembutnya menikmati Chocolate Chip gelato yang ada di hadapannya. Setiap kali pula keadaan bukannya membaik, air matanya justru keluar lagi. Bahunya berguncang tak sanggup menahan semuanya. 

"Lalu?" kata itu keluar begitu saja. 

Gustav mulai tak sabar ingin mendengar ada kalimat yang keluar dari bibir Kania. Wanita yang sedari tadi masih sibuk memagut gelatonya sambil terus terisak. 

Kania pun tersadar ia sudah mendiamkan Gustav cukup lama. Ia menatap Gustav, tatapannya sayu seolah tidak ada harapan hidup lagi. Sedetik kemudian Kania mencoba menghapus percikan kristal bening penyesalan yang sedari tadi terus turun dari ujung matanya. 

"Sudah selesai." Kania dengan suara agak gemetar dan matanya kembali berkaca-kaca "Ia bilang ini sudah berakhir." Seketika itu meledaklah air matanya. 

Gustav paham betul dengan keadaan ini, ia mulai berpindah tempat duduk di sebelah Kania. Kania langsung merengkuh lengan Gustav dan menyandarkan kepalanya di pundak pria yang sudah hampir seharian menemaninya. Dalam keadaan seperti ini, Gustav sadar, ia Tak perlu lagi menanti semua cerita Kania. Keadaan sudah cukup buruk untuk melanjutkan. Walau sebenarnya ia masih merasa semuanya berubah terlalu cepat. Bukannya baru sebulan yang lalu Kania terlihat sangat bahagia dengan pria yang ia tangisi saat ini? Ia masih ingat bagaimana kebahagiaan itu tersirat. 

*Sebulan Lalu................ 

"Bagaimana?" bisik Kania. 

Gustav tahu Kania sedang memberi sebuah kode. Ini bukan pertama kalinya ia meminta pendapatnya untuk menilai sesuatu. Ia pasti ingin mendengar pendapat mengenai seorang pria bersetelan kemeja putih bergaris yang datang bersamanya. 

"Lumayan," Gustav berusaha se-objektif mungkin. 

Lihat selengkapnya