Gelembung

choiron nikmah
Chapter #11

#11 Gerimis dan Tangis

Keajaiban hadir kepada mereka yang berhati mulia. Keajaiban bukanlah sesuatu yang dapat dirasionalkan atau dianalisiskan. Hanya mereka yang berhati luas seluas hamparan langit, yang percaya bahwa keajaiban itu ada dan nyata. Bukan dongeng, bukan mitos bukan pula khayalan.

Mayang adalah keajaiban yang hadir untuk keluarga Pak Bambang. Ia tercipta tanpa kesengajaan dan hidup karena tidak ingin tiada. Kehidupannya dipenuhi dengan kehangatan cinta dan ketulusan kasih sayang keluarga. Kehidupan yang indah untuk hidup yang sementara. Ia seharusnya lenyap dalam hitungan detik, tapi kini hidup beberapa tahun. Menjalani kehidupan, mewarnai dan memberi warna, menciptakan keajaiban dan tiada demi cinta.

Kekuatan Mayang bukanlah kekuatan yang tak terbatas. Setiap kali ia menggunakan kekuatan, waktu hidupnya akan terus berkurang. Saat ini waktu hidupnya tinggal 6 bulan saja. Tubuhnya yang rapuh tak mampu menahan kekuatan yang bersinergi di dalam tubuhnya. Oleh karena itu, ia pingsan setelah menyembuhkan Pak Bambang. Tapi, sekarang nyawa Hermawan berada di ujung kematian.

Ambisi Paman Doni membutakan mata hatinya sehingga ia mampu berbuat keji kepada saudara dan keponakannya. Harta dan kedudukan membangkitkan monster yang selama ini bersemayam di hati Paman Doni. Ia rela melakukan apa saja demi memenuhi hasrat dan tujuannya. Sungguh mengerikan saat kegelapan hati mulai mengambil kendali diri.

Selama penculikan Mayang, ketiga anak Paman Doni dan Damar terus mencari tempat Mayang di sekap. Mereka bekerjasama untuk menemukan keberadaan Mayang. Bisma mencari ke utara dengan kudanya. Bram dan Rio mencari ke barat dengan kereta kuda. Sedangkan Damar berlari mencari ke timur.

Disisi lain Mayang mulai siuman. Ia terkejut karena tangan dan kakinya terikat. Ia ingin berteriak tapi mulutnya ditutup dengan lakban. Ia ingin menggunakan kekuatannya lagi tapi kondisi tubuhnya tidak memungkinkan. Akhirnya ia mencari cara, ia berusaha agar tangannya yang terikat ke belakang bisa diarahkan ke depan. Saat ia berhasil, ia segera membuka lakban agar ia bisa membuka ikatan tangannya dengan mulutnya.

Beberapa menit kemudian Mayang berhasil lolos dari tempat penyekapan. Ia berlari tanpa tau arah. Untunglah dalam pelarian itu, ia menemukan Bisma. Bisma segera mengangkat Mayang ke kudanya.

“Lepaskan aku! Aku ingin pulang” Mayang merontah mengira bahwa Bisma bersekongkol dengan para penculik tersebut.

“Diamlah, aku akan mengantarmu pulang. Hermawan sedang sekarat” Mayang berhenti merontah mendengar ucapan Bisma. Bisma menghubungi Bram, Rio dan Damar bahwa ia sudah mendapatkan Mayang dan akan segera menuju ke Hermawan. Ia memacuh kudanya dengan cepat sambil memeluk Mayang yang sedang menangis.

Sesampainya di rumah sakit, Mayang berlari dengan cepat untuk menemui Hermawan dan Pak Bambang.

“Ayah... Bagaimana Kak Mawan?” Air mata Mayang mengalir deras.

“Mayang, kamu baik-baik saja nak?” Pak Bambang segera memeluk Mayang karena bahagia. Ia bersyukur karena Mayang telah kembali.

“Bisma! Bagaimana keadaan Mayang?” Damar, Bram dan Rio datang bersama dan sangat mengkhawatirkan kondisi Mayang.

“Dia disana” Bisma menunjuk ke ruangan Hermawan.

Mereka bertiga segera berlari melihat Mayang, “Mayang, bagaimana kondisimu? Apa penculik itu berbuat jahat kepadamu?” Damar memeluk Mayang dengan perasaan lega karena ia telah kembali.

“Kak, ini bukan saatnya untuk mengkhawatirkan Mayang. Kak Mawan bagaimana kak?” Mayang melepaskan pelukan Damar.

“Mayang, sebaiknya kamu tenang dan istirahat dulu. Nanti Kak Damar dan Paman akan memberitahu kronologinya” Rio mencoba untuk membuat Mayang tenang.

“Bagaimana aku bisa tenang, jika aku tidak tau mengenai kondisi Kak Mawan” Mayang sangat marah karena khawatir.

Lihat selengkapnya