Gelembung

choiron nikmah
Chapter #2

#2 Persiapan Pesta Penyambutan

“Damar, bangun...kita sudah sampai” Pak Bambang mebangunkan Damar sambil menggendong Mayang yang sedang tertidur pulas.

Damar segera bangun dan membangunkan adiknya. Mereka sampai di rumah pukul 23:00 WIB. Damar dan adiknya segera memasukan barang bawaan mereka ke dalam rumah. Sementara Pak Bambang meletakan Mayang di ranjang kamarnya.

“Terimakasih nak, mandi lalu tidurlah. Besok kita akan sibuk mengadakan pesta” Pak Bambang memeluk kedua anak laki-lakinya dan mencium kening mereka.

Kehidupan Pak Bambang sangat sulit karena harus membesarkan kedua anak laki-lakinya seorang diri. Mendiang istri Pak Bambang telah meninggalkan mereka selamanya dikarenakan sakit keras yang tak kunjung sembuh. Sejak kepergian istrinya Pak Bambang berusaha untuk menjadi ayah yang baik sekaligus ibu yang sempurna bagi anak-anaknya.

Pak Bambang meniru mendiang istrinya dan ibu dari Pak Bambang saat mendidik anak-anaknya. Selain itu, Pak Bambang mempunyai banyak kenalan wanita yang mengajari dan memberi ia nasehat dengan sukarela. Meskipun demikian, bagi Pak Bambang usahanya itu bukanlah apa-apa, karena sampai kapanpun ia tak kan pernah bisa menggantikan posisi istrinya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya.

Malam itu, Pak Bambang mengemasi barang-barang yang telah ia beli tadi pagi. Setelah itu, Pak Bambang mencoba melepaskan penat dan beban dengan mandi air hangat. Pak Bambang mengenakan bath robe sambil bersantai memandangi foto mendiang istrinya di sofa goyang kesayangan istrinya. Ia sangat merindukan kehadiran istri tercintanya malam itu. Ia ingin menceritakan mengenai kehadiran Mayang di keluarga kecinya.

Kopi susu hangat kesukaan Pak Bambang di meja kecil yang di letakan di sebelah kiri sofa goyang kesayangan mendiang istri Pak Bambang, tak lagi hangat. Malam semakin larut, tanpa sadar Pak Bambang tertidur pulas di sofa tersebut sambil memeluk foto mendiang istrinya. Ia bahkan lupa bahwa ia tidak berpakaian yang selayaknya. Dinginnya malam tak lagi terasa bagi Pak Bambang karena tertidur pulas bersama foto mendiang istrinya.

Pukul empat pagi Mayang terbangun dari tidurnya, ia terkejut karena saat terbangun ia berada di ranjang. Mayang mencoba melihat keadaan seisi rumah. Keadaan rumah sangat sepi senyap. Mereka sudah terlelap hanyut dalam mimpi. Setiap langkahnya, Mayang berdoa agar Sandyman menemani tidur mereka dan semoga boogieman bersembunyi di bawah kasur dan tak mengganggu tidur mereka.

Mayang mengunjungi kamar Damar dan memberi kecupan di kepala Damar “Selamat malam Kak Damar, semoga mimpimu indah”.

Mayang juga memberi kecupan kepada Hermawan.

“Ibu, jangan pergi. Aku rindu ibu” Hermawan mengigau sambil memegang erat tangan Mayang yang hendak keluar kamar. Mayang mencoba melepaskan tangannya namun genggaman Hermawan sangat kuat. Akhirnya Mayang menyerah dan membenarkan selimut Hermawan. Ia mencoba menenangkan Hermawan dengan lagu tidur agar.

“Aahh... ah... hahhah... ha.... hmmm... hmhmhmmm.... na.... nana... nanana.....nana... nana....nanana.... nana... na....na....” Mayang menyenandungkan lagu tidur begitu saja tanpa ia sadari.

Hermawan pun kembali tidur dengan tenang. Akhirnya Mayang bisa melepaskan tangannya dan keluar dari kamar Hermawan. Ia terkejut dengan tingkahnya sendiri, ia tidak tau lagu apa yang ia nyanyikan, tapi tiba-tiba saja ia bisa bersenandung. Ia mencoba mengingat lagi memori bagaimana dan darimana ia belajar lagu tersebut. Ia mengingat beberapa gelembung di sebuah air terjun yang berasal dari seorang gadis dalam siluet. Bayangan masalalunya masih tidak jelas dan membuat kepalanya terasa sakit saat ia berusaha keras mengingatnya.

Saat sakit kepalanya redah, ia berjalan menuju ke kamar Pak Bambang namun Pak Bambang tidak berada di kamar. Mayang mencari Pak Bambang di semua sudut rumah. Akhirnya ia menemukan Pak Bambang di ruang kerja Pak Bambang. Mayang segera berlari ke kamar Pak Bambang dan mengambil selimut. Ia kembali menemui Pak Bambang dan menyelimutinya.

Lihat selengkapnya