Gelembung

choiron nikmah
Chapter #4

#4 "GENDERANG PERANG MAYANG "

Hari-hari berjalan seperti biasanya, Mayang memasak, merawat taman dan membersihkan rumah. Namun, ada yang beda di pagi itu. Damar dan Hermawan ikut bangun dan membantu Mayang melakukan pekerjaannya. “Loh! Kak Damar, Kak Mawan? Kalian sudah bangun?” Mayang terkejut melihat kemunculan mereka berdua di dapur.

“Iya, kami ingin membantumu, aku mengamatimu selama ini karena penasaran dengan jam bangun tidurmu dan jam berapa kamu memulai semuanya. Akhirnya sekarang aku tau dan segera membangunkan Hermawan untuk membantu sekalian” Damar menjelaskan kepada Mayang dengan mata setengah tertutup.

“Aku tidak menyangka kamu bangun jam setengah empat pagi” Hermawan mengucek matanya yang masih terlihat merah.

“Kenapa kakak harus repot bangun pagi, biarkan Mayang saja yang mengerjakan semuanya. Lagipula Mayang kan satu-satunya perempuan di rumah ini” Mayang mendorong mereka berdua untuk kembali ke tempat tidur.

“Mayang kamu kan masih kecil, umurmu empat tahun dan lebih muda dari kami berdua. Tentu saja aku tidak bisa membiarkan kamu melakukan semuanya begitu saja” Damar bersikeras ingin membantu Mayang.

Usia Mayang memang masih kecil, tapi ia anak yang spesial. Ia berbeda dengan anak usia empat tahun pada umumnya. Di usia sekecil itu, Mayang sudah mampu baca tulis dengan baik, pemikirannya pun sudah dewasa, ia juga mampu melakukan berbagai hal yang orang dewasa lakukan seperti memasak, membersihkan rumah dan merawat taman.

“Tapi, aku bisa melakukan semuanya kak” Mayang pun bersikeras ingin mengerjakan semua tugas karena tidak ingin membuat mereka berdua repot.

“Sudah! Jika kalian cuma bicara saja maka pekerjaan ini tidak akan kelar sampai pagi nanti” Entah sejak kapan Hermawan sudah memulai menyiapkan semua bahan dapur dan mengomeli Damar dan Mayang yang saling beragumen.

Mayang dan Damar terkejut melihat Hermawan sudah siap bertempur. Akhirnya mereka memasak bertiga. Damar memasak di kompor, Mayang membuat racikan bumbu dan Hermawan eksekusi bahan makanan. Beberapa menit kemudian makanan semua sudah tersaji rapi di meja makan.

“Ide Mayang untuk memasak sekalian bersih-bersih dapur sangat cemerlang, sekarang kita akan membersihkan sisa bagian rumah lainnya yang belum dibersihkan” Hermawan memberi jempol tangan kepada Mayang.

“Kebersihan kamar tanggung jawab masing-masing, jadi tinggal koridor, ruang keluarga, kamar tamu dan ruang tamu” Damar menjelaskan kepada Hermawan dan memberi isyarat untuk membersihkan kamar masing-masing.

Hermawan dan Damar segera pergi membersihkan kamar mereka, sedangkan Mayang membersihkan koridor dan kamar tamu. Ruang keluarga dan ruang tamu dibersihkan bersama-sama. Mayang menyapu, Hermawan membersihkan perabot, Damar mengepel.

“Oke, sekarang tinggal merawat taman. Kami tidak bisa membantu banyak karena kami tidak tau bagaimana caranya” Hermawan mengangkat kedua bahunya.

“Aku akan mengajari kalian” Mayang tersenyum dan segera menuju taman.

“Pertama kita sirami mereka semua” Mayang memandu Damar dan Hermawan dalam merawat taman.

Mereka berdua mengikuti instruksi Mayang dengan baik. Mayang juga mengajari mereka cara memberi pupuk dan mengganti tanaman dari dalam pot ke tanah secara langsung. Merawat pohon tidak harus membiarkan pohon tumbuh lebat dan tak beraturan. Pohon akan mudah patah dan sakit jika pohon dibiarkan tumbuh begitu saja. Adakalanya harus memotong ranting pohon, pucuk atau cabang pohon. Bahkan terkadang membuat luka pada batang pohon sangat diperlukan.

“Ahhh...... akhirnya selesai juga” Hermawan membanting tubuhnya ke rerumputan.

Damar duduk di sebelah Hermawan “Terimakasih Mayang kamu mengajari kita cara merawat taman dengan baik” Damar menepuk rumput di sebelahnya mengisyaratkan kepada Mayang untuk duduk bersamanya.

Mayang segera duduk bersama mereka “Ya sama-sama. Berkat kalian semua tugas selesai tiga puluh menit lebih cepat dari biasanya”.

“Itulah gunanya kerjasama” Celetuk Hermawan yang mencoba untuk duduk seperti Damar dan Mayang.

“Tapi, Mayang darimana kamu bisa melakukan segalanya, padahal kamu masih umur empat tahun?” Damar melontarkan pertanyaan yang membuat Hermawan juga merasa penasaran.

“Aku tidak tau, tiba-tiba saja tubuhku seperti bergerak sendiri dan mengerjakan semua seperti terbiasa melakukannya” Mayang pun tidak memiliki jawaban yang pasti untuk pertanyaan Damar.

“Mungkin, Mayang dari kecil sudah diajarkan melakukan semua itu oleh orang tuanya” Hermawan mencoba menerka.

Damar langsung membantah Hermawan “Mana mungkin, memangnya ada orang tua yang sebegitunya. Dia masih berumur empat tahun sekarang. Aku rasa bagaimanapun juga itu tidak masuk akal”.

Mayang mulai berpikir mengenai dirinya mendengar percakapan Damar dan Hermawan.

“Kak, sebentar lagi ayah bangun. Ayo kita membersihkan diri dan bersiap untuk sarapan. Kakak kan harus sekolah dan ayah juga harus bekerja” Mayang mengingatkan mereka untuk segera bergegas mandi.

“Darimana kamu tau kalau kita mulai masuk sekolah hari ini?” Hermawan bertanya kepada Mayang.

“Aku tau karena kakak menyiapkan seragam sebelum tidur” Jawab Mayang.

Damar dan Hermawan tertawa bersama sembari menggaruk kepala yang tidak gatal.

Mereka pun bergegas untuk mandi dan berkumpul di meja makan.

“Selamat pagi yah” Damar dan Hermawan menyapa Pak Bambang.

“Selamat pagi, oh iya kalian sudah masuk sekolah hari ini. Mayang nanti bagaimana ya? Apa dia baik-baik saja sendirian disini?” Pak Bambang merasa cemas dengan keadaan Mayang saat mereka semua pergi. Pak Bambang tidak tega meninggalkan seorang anak perempuan kecil yang masih berusia 4 tahun di rumah sendirian. Ia ingin meminta bantuan teman-teman wanitanya untuk menjaga Mayang, tapi Pak Bambang tidak ingin ada gosip buruk menimpah Mayang.

“Aku baik-baik saja yah” Celetuk Mayang dari belakang. Mayang meyakinkan semua orang dengan senyuman penuh semangat.

“Ayah dan kakak tidak usah khawatir dengan Mayang, Mayang akan baik-baik saja” Mayang tersenyum dan duduk di kursi.

Lihat selengkapnya