Gelombang°°

Feryan Christ Jonathan
Chapter #4

Acara Ulang Tahun Cindy

Runa tidur di atas kasurnya. Gadis itu tertidur telentang dibawah selimutnya yang lembut dan nyaman. Kondisi hujan deras di luar menyebabkan Runa cepat sekali tertidur dengan pulas malam ini. Sayup-sayup suara hujan, suhu dingin, dan lembut kasurnya seharusnya dapat membuatnya tuntas terlelap. Namun dahinya mengernyit. 

----

Bara sedang buang air kecil di urinoir sekolah bersebelahan dengan John. Pandangannya terus terarah ke atas seolah tak ingin memandangi bagian tubuh di selangkangannya itu. John yang menyadari hal tersebut, berpikir mungkin Bara jijik dengan dirinya sendiri. Ini bukan sekali dua kali. Ini terjadi setiap kali mereka ke toilet. John tentu menjadi curiga dengan kelakuan temannya yang satu ini. 

"Hey, Bara. Why are you always looking at the sky, every time you take a piss?"

"Hei, Bara. Kenapa lu selalu lihat ke langit setiap kali lu buang air kecil?"

"Nothing, bro. Just my regular thing."

"Gak papa, bro. Ini biasa buat gua."

John tahu itu bohong. Kalau di kamar flat mereka, Bara kencing dengan pintu terbuka. John tahu, Bara selalu memandang ke bawah setiap buang air kecil. Hari-hari ini, ada yang aneh. Sekarang di kamar mandi, ia tidak pernah lagi melakukan hal tersebut. Bara jadi penuh privasi. Kadang juga ia dapati Bara bicara sendiri. Bara memang tokoh introvert dalam kehidupan John yang super extrovert. Di mata John, orang-orang introvert ini memang notabenenya aneh dan suka bicara sendiri. Namun Bara ini lain. 

"Bro, you have something you don't tell me, don't you? Is it about your father, who governs Bali?"

"Bro, lu ada sesuatu yang lu gak bilang ke gua? Apakah ini gara-gara bapak lu, yang memerintah Bali?"

John ingat bahwa Bara pernah cerita tentang keluarganya. Sekelebat-sekelebat, ia pernah cerita tentang ayahnya. Dari caranya bercerita, John bisa menyimpulkan: Bara benci ayahnya. Mungkin saja kelakuan anehnya Bara ada sangkut pautnya dengan ayahnya itu. 

"Governs? Memerintah Bali? Ayah kamu orang penting di Bali?" Tanya gadis dalam diri Bara.

Bara memasang wajah kusut, seketika mendengar topik itu keluar dari John. Ia menghela napas panjang.

"What? No, mate. Argh, this doesn't have to do anything with my father."

"Apa? Enggak, cuy. Argh, ini gak ada kaitannya dengan bokap gua," kata Bara, cuek.

"Well, you better fix the relationship mate."

"Ya, lebih baik lu betulin sih hubungan tersebut."

Bersamaan menekan tombol flush. Selesai sudah ritual mereka berdua.

Bara hanya menaikkan pundak, memasang wajah jengkel.

John mendapati bahwa ia menyenggol topik yang salah. Ia, sebagai seorang extrovert sejati pada umumnya, segera mengganti topik pembicaraan ke arah yang lebih berbunga. 

"But if you don't want to fix that relationship, what if you 'make' a relationship with- someone new? You know... Maybe Cindy can be your Daphne. What do you say, Fred?"

"Tapi kalau lu gak mau, gimana kalau lu 'buat' hubungan dengan- orang yang baru? Lu tahu ... mungkin Cindy bisa jadi Daphne lu. Menurut lu gimana, Fred?"

"Stop with the Scooby-doo reference, please."

"Berhenti make referensi dari Scooby-doo, tolong."

"I'm just saying. You should work that out, mate. I heard that out of the 10 most-wanted boys in this school, Cindy ranked you number one. NUMBER ONE!"

"Gua cuma bilang. Lu harus coba dulu, cuy. Gua denger dari 10 cowok paling diinginkan di sekolah ini, Cindy kasih lu ranking 1. RANKING 1!"

"What is that? We have that kind of shitty list here?"

"Apaan itu? Kita punya daftar tahi kayak gitu di sini?

"Yes, we are."

"Ya, betul."

"How did you know that Cindy said so?"

"Dari mana lu tahu Cindy bilang gitu?"

"I am the one.... who made the shitty list. Thank me later!" 

"Gua orang ... yang buat tuh daftar tahi. Simpan terimakasih lu buat nanti!"

John kemudian memperlihatkan smarthphonenya ke arah Bara.

"Wow, cantiknya cewek ini....," Runa mengucap dari tidurnya.

Suaranya kedengaran oleh Bara.

Bara menatap layar tersebut, sambil mengedip-ngedipkan matanya tidak percaya.

"She'll have a lunch party tomorrow. You'll better suit up, mate."

"Dia adain pesta makan siang besok. Lu lebih baik siap-siap, cuy."

"Lunch party? What the heck is that?"

"Pesta makan siang? Apa-apaan itu?"

"I don't know. A party, but lunch. Unlike us the vampire, I think she loves the sun so much,"

"Gua gak tahu. Sebuah pesta, tapi makan siang. Gak kayak kita yang vampir ini, gua pikir dia suka banget sama matahari," John memperlihatkan layarnya sekali lagi.

"Wow, bagus banget tempatnya," Runa ikut berkomentar.

"Heh, I'm uninvited bro. There's no way I'll co-"

"Heh, gua gak diundang bro. Mana mungkin gua bakal da-"

John memperlihatkan layarnya sekali lagi. Sebuah screenshot pesan aplikasi kirim pesan teks ditampilkan.

Cindy:

'Hey John, u know?? I'll be having a lunch party tomorrow. And I want to invite both u and ur roommate to my party. But, I don't know why, I am just too shy to invite him over. Could you please tell him about it? Please, please, please, pwetty please...? (*^o^)'

'Hey John, kamu tahu?? Besok aku akan adain pesta makan siang. Dan aku ingin undang kamu dan teman sekamar kamu supaya datang ke pestaku. Tapi aku nggak tahu kenapa, aku terlalu malu buat undang dia. Tolong dong, bisa nggak kamu kasih tahu ke dia? Ya, ya, ya, Tolong ya....?'

John Mengusap layarnya supaya balasan chatnya terlihat.

'Say no more, dear.'

'Siap, yang.'

"Cindy? Oh cewe cantik tadi ya? Wah....," Runa terkesiap membaca teks tersebut.

"Whoa, okay ... she really said that? But, I don't know man. I don't have a tuxedo, suit, or any fancy stuff like that, John. I can't go there wearing-"

"Whoa, oke ... dia beneran bilang gitu? Tapi, Gua gak tahu cuy. Gua gak punya tuxedo, jas, atau benda-benda orkay kayak gitu, John. Gua gak bisa dateng ke sana pake-," ucap Bara malu-malu, sambil memegang leher belakangnya. Belum selesai ucapannya, John sudah memperlihatkan layarnya kembali.

John menampilkan kembali layar handphonenya. Sebuah website wikipedia.

"How in the entire freaking world, wikipedia can help me buy a tuxedo?"

"Gimana ceritanya, website wikipedia bisa ngebantu gua beli tuxedo?"

"Read it, bird-head."

"Baca, otak-burung."

Bara membaca cepat.

"Heheh, it's funny. On this Wikipedia page, I can see your picture and your biography as The Prince of....,"

"Heheh, ini gokil sih. Di laman wikipedia ini, gua bisa lihat foto lu sama biografi lu sebagai panggeran dari....," Bara menghela napas setengah meledek, sambil menggeleng.

"I don't know who wrote this crap, but-"

"Gua gak tahu siapa yang nulis sampah ini, tapi-"

John tidak memberikan komentar apapun. Ia hanya menatap lurus ke arah Bara, menaikkan satu alisnya tanpa tertawa. Bara sering mendengar celotehan omong kosong dari John. Namun ketika ia memasang tampang seperti sekarang ini, itu berarti yang ia katakan adalah....

"You joking, right?"

"Lu becanda, 'kan?"

"I'm royals, you peasants! Whoo!"

"Gua bangsawan orkay, dasar rakyat kecil! Whoo!" Kata John, sambil membuat simbol ala rapper.

"Hell No."

"Gak mungkin." Bara membatu.

"Ah, I love that reaction. It's been such a long time I want to tell you about it. But I just don't know when is the right time."

"Ah, cinta banget dah gua sama reaksi itu. Udah lama banget gua mau kasih tahu lu. Tapi gua gak tahu kapan saat yang tepat."

"And, why in the world you think this is the right time?"

"Dan gerangan dunia apa yang ngebuat lu mikir ini saat yang tepat?"

"C'mon, let me show you the art of cosplay, time to be Cinderella,"

"Skuy, gua ajarin lu seni cosplay, saatnya jadi Cinderella," John melambaikan tangan seperti banci, pergi keluar kamar mandi.

----

Keesokan harinya, acara pesta di rumah Cindy. Dua orang keluar dari dalam taxi. Bara dan John sudah tampak rapih dengan pakaian pesta mereka. Seperti janji John, Bara terbungkus dengan kain jas blazer biru navy yang gagah dan kalem. 

"I still can't believe that you, from all the people in the world, are a Prince."

"Gua masih gak percaya bahwa elu, dari semua orang di dunia, adalah seorang panggeran."

"Neither do I. Finally, the day we've been waiting for. Excuse me, could you please find a spot for us?"

"Gua juga enggak. Akhirnya, hari yang kita tunggu-tunggu. Permisi, bolehkah anda mencarikan tempat untuk kita berdua?"

John berbicara dengan salah satu pelayan di sana. 

Pelayan mempersilahkan mereka masuk.

"By the way, you know what's the news today?"

"Ngomong-ngomong, lu tahu apa berita hari ini?" Tanya Bara.

"What?"

"Apaan?"

"The ghost doesn't talk to me. It's weird. She was supposed to just pop up and talk to me. Do you think she's mad at me?"

"Setannya gak ngomong lagi ke gua. Ini aneh. Dia seharusnya muncul tiba-tiba dan ngomong sama gua. Menurut lu dia marah sama gua?

"Bro, bro, bro," John memegang kedua bahu Bara. Diam sejenak dan menatap ke arah Bara.

Lihat selengkapnya