Gelombang°°

Feryan Christ Jonathan
Chapter #6

Kencan Bersama Cindy

Sinar mentari bersinar dengan terangnya pagi ini. Kicauan burung terdengar bersahut-sahutan dari luar. Udara tipis pagi itu, perlahan berubah menjadi lebih pekat. Seketika membentuk awan-awan di langit. Awan tersebut memecahkan gerimis halus yang mengguyur permukaan bumi. Dari jutaan air hujan yang jatuh tersebut, sebagian jatuh di atas sebuah rumah besar bergaya Art Deco berwarna putih yang dikelilingi dengan rerumputan. Dari sebuah jendela yang besar di lantai 3 rumah tersebut, terlihat seorang gadis sedang duduk di depan meja riasnya. Cindy, seorang gadis yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan dengan Bara, laki-laki yang menghadiahkannya mobil pada hari ulang tahunnya. Jemari lentik gadis itu meraih tangkai cangkir yang isinya mengeluarkan asap beraroma kopi. 

"Hmmmm... Luwak is the best." 

"Hmmmmm... Luwak yang terbaik."

Cindy kemudian memainkan smartphonenya. Ia berhenti ketika melihat postingan Tiktok siswa-siswa di sekolahnya. Semuanya membicarakan mengenai Bara. Bahkan salah satu shot video ketika Cindy menerima mobil dari Bara, menjadi FYP dimana-mana.

"Haduh, Bara." 

Cindy memeluk smartphonenya sambil tersenyum. Ia tidak dapat menahan gejolak rasa senangnya ketika mengetahui bahwa di sekolah ini ada yang sama dengannya. 

------

Pindah ke jalan menuju sekolah Bara dan John. Kontras dengan kedamaian di rumah Cindy, dua orang itu sedang berlari di jalan raya. Gerimis tipis-tipis turun menghujani mereka. Berlari sambil memegang payung bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Namun mereka melakukan hal tersebut bukanlah tanpa alasan.

Bara berteriak.

"WHAT THE HECK?! WHY THEY ARE FOLLOWING ME?!"

"INI KENAPA ANJIR?! KENAPA MEREKA NGIKUTIN GUA?!"

"YOU'VE BECOME TRENDING TOPIC, FYP, AND PEOPLE START TO FOLLOW YOU ON INSTAGRAM!"

"lU JADI TRENDING TOPIC, FYP, DAN ORANG-ORANG MULAI IKUTIN LU DI INSTAGRAM!"

"I DON'T EVEN HAVE AN INSTAGRAM!"

"GUA BAHKAN GAK PUNYA INSTAGRAM!"

"IT'S A FANCLUB ACCOUNT!"

"ITU AKUN FANCLUB!"

Bara menyeringai jengkel. Entah orang bodoh mana yang berani-beraninya membuat akun instagram atas namanya. 

"I MADE IT!"

"GUA YANG BIKIN!"

John berlari sambil nyengir, mengejek Bara.

"What the?! WHY BRO?!"

"HAH?! KENAPE CUK?!"

"WAH, ada apa ini? Kok kamu lari-lari?"

Runa mendadak muncul mengikuti perbincangan mereka. 

"Lihat aja ke belakang. Banyak orang ngejar-ngejar gua!"

Bara menengok memperlihatkan pemandangan kerumunan orang yang mengejarnya untuk berfoto bersama.

"Loh, kok bisa?!"

"Ceritanya panjang!"

"Who are you talking to?"

"Lu ngomong sama siapa?"

John yang bingung Bara tahu-tahu berubah bahasa, bertanya.

"My inner self!"

"Batin gua!"

Jawab Bara singkat.

------

Pindah tempat ke atap sekolah. Suasana lebih tenang dan sepi. Matahari sudah bersinar cerah kembali. Hujan pagi tadi, hanya gerimis sementara. Memang, seharusnya karena sudah musim panas, akan lebih jarang hujan.

"Heh...heh....I'm done for."

"Heh....heh....Abis gua."

"Hehehehehehe! You've made my life become so colorful! Ah wonderful!"

"Hehehehehehe! Lu ngebuat hidup gua menjadi lebih berwarna! Ah mantap abis!"

John malah tertawa puas.

"Kamu gak masuk sekolah?"

"Enggak. Aku bolos dulu. Aduhhh pusing!"

"Ehehehe! Drink this coffee!"

"Ehehehehe! Minum kopi nih!"

John menyodorkan Bara sebotol kopi dingin.

"Why is this happening?"

"Kenapa ini terjadi?"

Bara menutup matanya dengan lengannya sembari berbaring di atas gedung sekolah tersebut. 

"Well, my man. Cindy is a top-notch student in our school. And you just melted her heart away!"

"Ya, bosku. Cindy itu siswi di jajaran tertinggi di sekolah kita. Dan lu baru aja lelehin hatinya!"

"I didn't know she is famous."

"Gua gak tahu dia terkenal." 

Kata Bara, sembari menerima kopi dari John, yang kemudian menutup matanya kembali. 

"She IS so famous! When will you have a single clue about her?! There are tons of guys who approached her. But she rejected them before shit even started. Only you, the master of the 4 elements who can overcome her."

"Dia SANGAT terkenal! Kapan sih lu punya petunjuk tentang dia?! Ada segaban-gaban cowok yang deketin dia. Tapi dia tolak mereka semua bahkan sebelum mereka mulai ngapa-ngapain. Cuma elu, penguasa ke-4 elemen yang mampu menaklukannya."

"Ohhh, shut up! This is your fault. Just delete the account!"

"Ohhh, diem dah! Ini salah lu. Apus ajalah akunnya!"

"Hehehehe! Who would've thought that a guy from Indo, will be her soulmate? Not only that, you bought her a car!"

"Hehehehe! Siapa yang sangka bahwa seorang cowok dari Indo, bakal jadi belahan jiwanya? Gak cuma itu, lu beliin dia mobil!"

Meneguk kopi dari John.

"You... bought her a car!" 

"Lu....yang beliin dia mobil!"

"Mereka ngomong apa sih? Aku gak ngerti."

"I was just helping. Ehehehehehe!"

"Gua cuma ngebantu. Ehehehehehe!"

TING...TING....

Suara notifikasi terdengar terus-menerus.

Bara mengecek smartphonenya.

"Someone just getting viral."

"Seseorang baru saja jadi viral."

"No man. This IS not viral. This is how to get yourself killed...."

"Enggak cuy. Ini BUKAN viral. Ini gimana caranya lu bikin diri lu terbunuh...."

Ucap Bara kesal.

 "Oh, one chat from Cindy."

"Oh, satu chat dari Cindy."

"Really?"

"Masa?"

John beranjak mendekati Bara.

"Dia ngajak ketemuan ya? Wah ternyata Cindy orang Indonesia?"

Runa membaca pesan dari Cindy. Semuanya dalam Bahasa Indonesia.

"What she said? She chats with you in Indo?"

"Dia ngomong apaan? Apa dia chat lu pake bahasa Indo?"

"Yep, she's asking for a.... date I guess...."

"Yep, dia ngajakin....jalan gua rasa...."

"Whoa, whoa! I get it. I get it!"

"Whoa, whoa! Gua ngerti. Gua ngerti!"

"Temen aneh kamu ini kenapa teriak-teriak mulu sih?"

Tanya Runa.

"Namanya John."

"She likes you because you both are coming from the same place! I think she's in love with her homeland! Ah, that makes sense! I didn't know she loves her country that much."

"Dia suka sama lu, karena lu berdua datang dari tempat yang sama! Menurut gua dia cinta bener sama kampung halamannya! Ah, ini masuk akal! Gua gak tahu dia secinta itu sama negaranya."

"Hmmmm, maybe. I guess."

"Hmmmm, kayaknya sih gitu."

Notifikasi terdengar lagi.

"Dia ngajak makan... Rendang? Hehehe memangnya ada rendang di Inggris?"

Runa berujar ditengah kebingungan.

"She asked me to eat Rendang together...?"

"Dia ngajak buat makan rendang bareng...?"

"Ohhh...! That delicious thing?! You should bring some for me later. Hehehehe! Tell her you'll come!"

"Ohhh...! Itu makanan enak?! Lu harus bawain sebagian buat gua nanti. Hehehehe! Kasih tahu dia kalau lu bakal datang!"

"Ummm... She asked me to wear... Batik...???"

"Ummm.... Dia minta gua buat pake.... Batik...???"

"What is Batik?"

"Apaan tuh Batik?"

"A shirt. A traditional shirt. I don't have that thing. I'd tell her I can't because I don't have it."

"Kemeja. Kemeja tradisional. Gua gak punya tuh barang. Gua bakal chat dia bahwa gua gak bisa karena gak punya batik."

"You should buy one, then."

"Lu harus beli satu, kalau gitu."

"I don't know where to find it in UK."

"Gua gak tahu dimana carinya kalau di UK."

Bara mengetik beberapa kalimat di ponselnya.

"Kamu gak punya batik? Sama sekali?"

"Enggak, aku gak punya." 

Masih ditengah-tengah mengetik pesan.

"Haduh, orang Indonesia macam apa gak punya batik." 

"Yeeuuu... Yaudahlah...."

"Barang dari Bali ke Inggris bisa langsung sampai gak ya?"

John menatap intens ke arah Bara. Ia tidak bisa mengerti apa yang Bara ucapkan saat ini.

"Aku bisa-"

"Dude, why are you talking to yourself so often?"

*"Cuy, lu kenapa ngomong sama diri lu sering banget dah?"

Suara Runa dipotong oleh John sebelum ia melanjutkan kalimatnya.

"John, I'm trying to listen to her."

"John, gua mencoba dengerin dia."

Kata Bara cepet menyergah John.

"Gua gak tahu, tapi kalau lu kirimin gua batik, nanti ongkirnya gua gantiin. Bisa langsung sampai secepatnya gak ya?"

"Gak perlu gantiin ongkirnya lah."

-----

Bara sudah berpakaian rapih dengan batik yang dikirimkan oleh Runa. Ia berdiri di depan cerminnya. Di luar hujan.

"Wow! This is a really cool shirt!"

"Wow! Kemeja ini keren banget!"

Bara memandang ke arah cermin. Ia mencoba berpose sana-sini. Seperti memasukkan tangannya ke kantong, menyilangkan tangan, dan sebagainya. 

"I don't know. I think I'm better in your suit. I don't like wearing this kind of thing. It's so... tacky...?"

"Gua gak tahu. Gua rasa lebih baik gua pakai kemeja dari lu. Gua gak suka pakai baju seperti ini. Ini agak...kampungan....?"

"Tacky itu apa?"

"Relax. You're awesome! Just like an Indo guy should be."

"Santai. Lu keren! Lu kelihatan seperti orang Indo yang seharusnya."

"Urghh, I hate that."

"Urgh, Gua benci itu."

Lihat selengkapnya