Gelombang°°

Feryan Christ Jonathan
Chapter #12

Hari Cerah

Rumah Runa - 06.03 WITA

Lina membuka pintu dengan tatapan kosong melihat dua orang yang berdiri di depan rumahnya.

"Hi Lina, is your sister home?"

"Hi Lina, apa kakakmu di rumah?"

"Ye-yeah... but she still asleep...."

"Iy-iya... tapi dia masih tidur...."

"We come too early. Who the hell will come at 6 o'clock in the morning?!"

"Kita dateng kepagian. Siapa anjir yang bertamu jam 6 pagi?!" Bara berbisik.

"So we can have our breakfast here, that's my plan."

"Jadi kita bisa sarapan di sini, itu rencana gua." John balas berbisik.

"Ummm ... come on in...."

"Ummm ... ayo masuk...."

Lina menguncir rambutnya.

John memandang ke arah Lina. Lina menggigit karet kunciran rambut dan menguncir rambutnya setelahnya. Hanya itu yang dilakukannya. Namun sejenak, semesta John terhenti. Ia terkagum memandang ke arah gadis itu. Gadis yang baru saja Ia temui.

"Whoa...."

John mengunci pandangan ke arah Lina.

Bara dan John masuk ke dalam rumah. Perabotan dan benda-benda seni terlihat memenuhi rumah. Bara berjalan mengamati rumah tersebut. John tidak begitu, ia hanya menatap ke arah Lina.

"Please, have a seat here."

"Silahkan duduk di sini."

Bara dan John duduk di kursi tersebut.

"Kak ... bangun!! Hei!" Lina menggedor pintu kamar kakaknya.

"She got energy, huh?"

"Dia punya banyak energi, ya?"

"She's my type,"

"Dia tipe gua," John masih memandang ke arah Lina.

"Wha-? Who?"

"Ap-? Siapa?"

Bara mencari-cari arah pandangan John.

"I can imagine myself in the future. She'll wake me up like that every mornin'."

"Gua bisa bayangin diri gua di masa depan. Dia bangunin gua kayak gitu setiap pagi."

"Are you high?"

"Lu lagi mabok ya?" Bara memandang bingung.

Bara ikut memandang ke arah tempat John menatap.

"You mean, her little sister?"

"Maksud lu, adeknya?"

Runa keluar dari kamar dengan rambut berantakan.

"Haduh ... apaan sih pagi-pagi?"

Runa mengucek matanya, masih mengumpulkan nyawa. Serentak, seluruh nyawanya terkumpul ketika ia melihat Bara.

"Ada Kak John tuh, nyariin."

John dan Bara kompak melambaikan tangan.

"Hi ... I'm coming here with a friend. Say something, Bara."

"Hi ... gua datang bareng teman. Ngomong sesuatu, Bara."

Bara menatap Runa. Tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Runa yang terkejut, berbalik badan. Ia baru ingat janjinya dengan John. Dia kemudian melengos pergi dari sana sesegera mungkin.

"Wah! Ada tamu ... hello Mr. John. How are you?"

"Halo Mr. John. Apa kabar?"

"Hi, sir. I'm very well. How about you?"

"Hi, pak. Saya sangat baik. Bapak sendiri gimana?"

"Ummm ... ehhhhh ... Lina! Ke sini dulu dong kamu ...."

Lina beranjak menghampiri tempat mereka bercengkrama.

"Bantu Ajik, translate. Heheh ...."

"Oke, jik."

"How are you, sir?"

"Bagaimana kabarnya pak?"

Lina berbisik ke arah ajik.

"Oh ... I'm good ... good ...."

"Oh ... Saya baik ... baik ..."

Ajik mengacungkan jempol.

"Glad to hear it. Heheh ... oh, let me introduce you to my friend. This is Bara."

"Senang mendengarnya. Heheh ... oh, persilahkan saya untuk memperkenalkan teman saya. Ini Bara."

Lina berbisik kembali.

"Oh yayaya! Hi Bara!"

"Halo, om ... perkenalkan saya Bara."

"Oh! Bisa ngomong Bahasa Indonesia ya? Kamu kenal John dimana?"

"Di Inggris, om. Kami teman sekamar di ... ummmm kosan...."

"Ohhh ... yayayaya ... mau main kemana hari ini?"

Lina menerjemahkan.

"Where do you guys want to hangout?"

"Mau main kemana?"

"Ummm ... we haven't decided yet. Maybe, you have suggestion?"

"Ummm ... kita belum tentukan sih. Mungkin, ada saran?"

"Ummm ... have you guys went to ... Tamblingan?"

"Ummm ... kalian apa pernah pergi ke ... Tamblingan?"

"Oh Tamblingan? It's a very very good place! Heheh ...."

"Oh Tamblingan? Itu tempat yang sangat bagus! Heheh ...."

"Ih, Ajik mau dibantuin interpret atau enggak sih?"

Lina memasang wajah bete.

"Oh iya ya... maaf Lina, heheheh...."

"Come with us. Your name is ... Lina, right?"

"Ikut kita yuk. Nama kamu ... Lina, 'kan?"

"Huh? No, I don't think I should go ...."

"Huh? Enggak, kayaknya aku gak seharusnya pergi ...."

"Eh, eh, dia ngomong apa?"

"Mereka ngajak Lina main bareng juga, jik."

"Oh, ikut aja Lina. 'Gih, hehehee kan kamu lebih nggak kudet dari kakakmu. Ajak mereka jalan-jalan."

Hening sejenak.

Lina Menggeleng pelan, menyimbolkan enggan ikutan.

Ajik menatap ke arah Lina.

"Gih, ikutan."

John tersenyum sumringah, mengharapkan Lina bisa ikut. Bara justru menatap ke arah pintu kamar Runa.

Di dalam, Runa menatap ke arah cermin di kamarnya.

Ia menunjuk ke arah cerminnya sendiri.

"Malu-maluin, malu-maluin, malu-maluin...."

----

John, Bara, Lina, dan Runa sedang mengendarai motor di Bali. Sudah lengkap dengan perlengkapan gunung. John membonceng Runa, sedangkan Bara membonceng Lina.

"Jadi ... kakak temannya John?"

"Iya ... panggil Bara aja. Gua Bara."

"Oke ...."

"Kamu Lina 'kan? Salam kenal ya."

"Salam kenal juga, kak."

Pindah ke motor John. Ia mencoba membuka percakapan dengan orang yang diboncengnya.

"So ... what is your favorite place ... in Bali?"

"Jadi ...Apa tempat favorit lu ... di Bali?"

"Ummm ... yes?"

Lihat selengkapnya