"Aaaaaaaaaaaaaa!!!!" Runa berteriak, sembari ia dibonceng naik jetski oleh Bara.
"Pelan-pelan! Pelan-pelan! Baraaaaaaaa!!!" Runa menjerit-jerit layaknya sedang kerasukan.
Bara tidak menghiraukan. Dia justru menambah kecepatan jetski miliknya.
"Whooooooo!!!! Hahahahahaha!" Bara berteriak puas.
Saat ini, mereka semua sedang berada di Tanjung Benoa, Bali. Mereka sudah mencoba berbagai olahraga air. Tapi nyaris di setiap saat, Bara dan Runa bersepakat untuk mencobanya bersama-sama.
Contohnya seperti jetski ini. Bara menantang Runa untuk naik ke jetski yang akan ia kemudikan. Begitupun sebaliknya. Runa yang akan membonceng Bara. Bara mempersilahkan Runa untuk menyetir duluan. Ketika Runa yang menyetir, Bara tidak berteriak seperti yang dilakukan Runa sekarang.
"Bara! Udah berhenti! Berhenti! Udah stop! Stop!" Runa menepuk-nepuk pundak Bara dari belakang.
"Segini aja? Masa segini doang? Tadi kayaknya ada yang sok-sokan deh?!"
Dari kejauhan, Lina dan John memandang mereka berdua. John terkekeh melihat mereka. Sebaliknya, Lina mengernyit. Mereka berdua terlihat sangat menikmati waktu-waktu liburan ini.
"Do you want to try-"
"Apa kamu mau coba-" John belum sempat melanjutkan kalimatnya, Lina sudah berjalan menjauh.
"Let's just sit down here, while we're waiting for them,"
"Ayo kita duduk aja di sini, sambil nungguin mereka," Lina sudah duduk di atas tikar yang terbesar di pinggir pantai.
"Baraaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"
Runa berteriak melengking lebih kencang sekarang.
"Buahahahahahahahahahahaa!"
Bara betul-betul di luar kendali.
"I've never seen him being so wild before. Heheh, is this the Bara I knew?"
"Gua gak pernah ngeliat dia seliar ini sebelumnya. Heheh, apakah ini Bara yang gua kenal?"
John menggumam dan menggelengkan kepalanya sendiri.
"Same with my sister. She becomes so ... loud...."
"Sama seperti kakakku juga. Dia jadi sangat ... berisik...."
Lina ikut berkomentar.
"Wahahahahahaha!!!!"
"Aaaaaaaaaaaaaaa!!"
Suara Runa terdengar dari tepi pantai. Sampai-sampai orang-orang kebingungan melihat mereka.
----
Setelah lelah seharian bermain, mereka pergi mencari makan malam.
Hari sudah menunjukkan pukul 18.30 waktu setempat. Kendati sudah lewat Magrib, matahari di sini masih terang benderang menyinari Bali. Mereka berempat menjelajahi pinggiran Kuta. Atas permintaan Runa, kali ini Runa dan Lina berada di satu motor. Runa yang menyetir motor tersebut. Sedangkan Bara bersama dengan John.
"Hey hey! Check this out!"
"Hei hei! Coba lihat ini!"
Bara berdiri dan merentangkan tangannya di tengah jalanan lengang.
"Whoa! Hey! Be careful!"
"Whoa! Hei! Hati-hati!" John menyeringai sekilas melihat tingkah konyol Bara.
Namun tidak sampai sepuluh detik, Bara telah terduduk kembali.
Di lain sisi, di motor Lina dan Runa.
"Kak, kakak yakin bisa nyetirnya? Aku aja kalau kakak gak bisa." Lina mengkhawatirkan kakaknya, walau sebenarnya lebih ke keselamatan dirinya sendiri.
"Bisa kok! Kakak kan dulu pernah diajarin Ajik cara nyetir! Cuma emang jarang aja keluar naik motor gini. Hehehe."
"Hmmmmm ... kak! Kak! Awas kak!"
Seekor anjing liar melintas di depan Runa. Runa langsung mengerem dengan sigap.
"Hell no!"
"Anjir!" Di belakang, John ikut mengerem.
Anjing tersebut berjalan menyebrangi jalan. Beruntung, Runa tepat waktu untuk memberhentikan motornya.
"Tuh kan! Udahlah, Lina aja yang bawa sini!"
"Eh enggak usah udah! Kakak bisa kok! Bisa!"
Bara turun dari motor.
"You guys okay?"
"Kalian baik-baik saja?" Bara menghampiri mereka.
Namun wajah Bara refleks melihat ke arah Runa saja.
"Iya, aman kok. Aman!" Runa mengacungkan jempolnya.
"Hati-hati weh. Yakin gak luka? Gua bawa P3K kalau butuh."
Bara mendekati Runa. Mengamat-amati jika ada bagian tubuhnya yang terluka.
Runa jadi salah tingkah sendiri.
"Nggak, gak apa kok. Aku baik-baik aja. Lina kamu gimana?"
Lina masih memperhatikan percakapan Bara dan kakaknya itu, tidak menjawab pertanyaan.
"Whaaa!" Suara John di belakang memecah keheningan.
"THE DOG IS TAKING A PISS ON ME!"
"ANJINGNYA KENCINGIN GUA!" John menggoyangkan kakinya, geli.
Serentak mereka bertiga melihat ke belakang. Situasi yang awalnya mengagetkan, jadi lucu.
Bara, Runa, dan Lina tertawa terbahak-bahak.
"Buahahahahahahahaha!"
"Hahahahahahaha!"
"Hey stop laughing! Shoo ... Shooo! Oh shoot! What should I do?! Does it think that my face looks like a loo or something?!"
"Hei berhenti ketawa! Shooo ... Shooo! Anjirlah! Gua harus ngapain?! Dia pikir muka gua kayak jamban apa gimana dah?!"
John mencoba mengusir anjing itu dari hadapannya.
Mereka tertawa semakin keras.
----
Selepasnya dari kegiatan seharian, Bara dan John telah berada di hotel mereka, sedang tidur-tiduran. Bara sedang asik dengan ponselnya. Kadang ia tersenyum sendiri. John yang penasaran melongok untuk melihat layar ponsel Bara. Ia menyeringai menyebalkan.
"Hei, hei, hei ... someone is having a new crush,"
"Hei, hei, hei ... seseorang baru dapet gebetan baru," kata John dengan nada meninggi menjengkelkan.
Bara sontak menyembunyikan ponselnya, menutupinya dari pandangan John.
"Wha-? No no no no, this is not crush or anything. We just ... chat,"
"Ap? Gak gak gak gak, ini bukan gebetan atau semacamnya. Kita cuma ... chattingan," ucap Bara seolah sedang dirundung.
"Why don't you use the heart-to-heart method again? C'mon! I want to see how you do it!"
"Kenapa lu gak pakai metode hati ke hati lagi? Ayo dong! Gua mau liat lu lakuin itu!" John duduk memantul-mantul di atas ranjang, bak anak kecil.
"I've told you. One of us must be sleeping while the other is awake."
"Gua udah bilang ke lu. Salah satu dari kita harus tidur, sementara yang lain bangun."
----
Di sisi lain, kediaman Runa dan Lina.
Runa asik bermain dengan ponselnya. Lina sedang berada di kamar kakaknya saat ini. Suara keypad Runa yang kencang dan berisik mengganggunya dari tadi.
"Kak, kakak lagi chattingan sama siapa sih? Kok berisik banget?" Lina bertanya menyelidik.
"Hah? Enggak sama siapa-siapa," Runa sontak menyembunyikan ponselnya.
"Hmmmmm...."
Matanya memicing, mencoba menerawang.
Runa memilih untuk tidak memberitahukannya pada Lina.
----
Hari selanjutnya tiba. Bara, John, Runa, dan Lina menyaksikan pertunjukan Tari Kecak di Uluwatu. Suasana senja sore itu, begitu memukau. Matahari seolah tak kunjung terbenam di langit Bali. Awan yang menghiasi indahnya langit petang itu.
Mereka sedang melingkari sekumpulan orang yang juga sedang melingkari suatu obor besar. Mereka duduk di tengah-tengah lantai batu.
"What's the name of the dance again?"
"Apa nama tariannya lagi?" John bertanya ke Lina yang duduk di sampingnya.
"It's called Tari Kecak. Tari in Bahasa Indonesia means Dance,"
"Namanya Tari Kecak. Tari dalam Bahasa Indonesia artinya tarian," Lina menonton sambil sesekali meminum susu UHT yang ada di genggamannya.
Segerombolan orang yang duduk di tengah itu semuanya adalah laki-laki, bertelanjang dada.
Mereka mulai menyanyikan irama lagu Tari Kecak.
"Cak cak cak cak cak cak cak cak," tangan mereka terangkat dan melambai ke depan dan belakang.
"Runa, apa arti tarian ini?" Bara yang duduk di paling ujung, bertanya pada Runa.
Sekali lagi, Lina menyadarinya. Mendengar pertanyaan itu, Ia menaikkan satu alisnya.
"Ini tentang kisah Ramayana. Kamu tahu nggak? Ah mana mungkin kamu-"
"Ohh, tahu kok. Tentang Rama dan Shinta 'kan?"
Bara menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.
"Lah ... aku kira kamu gak tahu apa-apa tentang budaya Indonesia."
"Ramayana cerita yang cukup terkenal soalnya. Gak cuma di Indonesia, tapi seluruh dunia."
Mendengar itu, Runa sedikit termangu.
Seseorang mengenakan pakaian putih-putih keluar. Ia nampak seperti kera putih dengan banyak pernak-pernik emas di sekujur tubuhnya. Kera itu sekarang duduk persis di sebelah John.
"What? What? Did I do something wrong?"
"Apa? Apa? Apa gua bikin sesuatu yang salah?" John tercekat. Matanya mengerjap-ngerjap.
Ia memberanikan diri untuk melirik penari kera itu di sebelahnya. Matanya membelalak, melotot.
Penari itu mengangguk ke arahnya. John dengan gugup, balas mengangguk juga.
Lina tersenyum sendiri melihat tingkah bule di sampingnya.
"Ah dia mirip Hanuman ya?" Bara memperhatikan pakaian orang itu.
Mendengar itu, Runa menyadari bahwa ada yang berubah dari Bara.
Ia tersenyum sendiri, kemudian menjawab.
"Iya, betul. Itu adalah Hanuman. Tarian ini menceritakan tentang Hanuman dan pasukannya yang membantu Rama dalam melawan Rahwana."
"Ohhhh begitu,"
Seseorang di belakang menyentuh pundak Runa. Ia terlihat seperti orang Arab.
"Excuse me. Do you know where is the location of the lavatory?"
"Permisi. Apakah anda tahu dimana letak kamar kecilnya?" Tanya orang tersebut.
Baru saja Bara hendak menjawabnya, Runa sudah menyela.
"The lavatory is right over there, sir. You may go outside and turn to the left. You will then see the sign very soon after that, not far from there,"
"Kamar kecilnya ada di sebelah sana, pak. Anda tinggal pergi keluar, kemudian belok kiri. Nanti anda akan melihat papan tandanya, tidak jauh dari sana," Runa menunjukkan arahnya dengan detil.
Bara menyeringai kecil.
"Ah, I see. Thanks a lot, young lady,"
"Ah, begitu. Terimakasih banyak, gadis muda," ucap orang Arab tersebut.
"Happy to help you, sir,"
"Senang dapat membantu, pak," Runa tersenyum.
Orang Arab itu pergi mengikuti petunjuk Runa.
Lina tidak percaya apa yang kakaknya baru saja lakukan. Sejak kapan Ia bisa setenang itu berbicara dengan orang asing? Mata Lina melotot, hendak mengomentari.
"Runa! Your English is very good! I don't even know what the hell is lavatory! Who the heck uses that nowadays?"
"Runa! Bahasa Inggris lu bagus banget! Gua bahkan gak tahu apaan tuh kamar kecil! Siapa yang gunain kosakata itu hari gini?" John yang menyadari, berkomentar memuji Runa.
"Thanks, John!"
"Terimakasih, John!"
Runa membalas pujiannya.
----
Sudah 5 hari mereka berkeliling Bali bersama. Liburan kali ini begitu menyenangkan. Walau bagi Lina, ada perasaan yang mengganjal setiap Ia melihat kakaknya. Ia sadar, kakaknya berubah. Ia juga sadar, ada rahasia yang terselubung di antara mereka bertiga. Sesuatu yang Ia belum ketahui.
Saat ini, mereka sedang berada di hutan monyet, Ubud.
"Bara, bagi minum dong. Aku haus ... panas," Runa memelas.
"Nih. Makanya, udah gua bilang pakai topi. Lu malah gak mau."
"Ihhhh, aku kan gak tahu bakal sepanas ini. Lagian di hutan monyet, topiku bisa dicuri tahu."
"Hah? Dicuri sama siapa?"
"Sama monyet-nya, heheheh," Runa mengucapkan monyet sambil melotot ke wajah Bara.