Ratu meletakan sebuah buku di atas meja Kamil. "Mil, kerjain PR kita ya."
"Ta... tapi..." ucap Kamil terbata-bata.
"Nggak ada tapi-tapian, sebelum bell masuk harus udah selesai ya. Bye!" paksa Putri dan mereka pun pergi tanpa memberikan kesempatannya untuk bicara, .
"Lo kenapa mau aja di suruh-suruh gitu?" tanya Mitha yang sedari tadi memperhatikan kejadian itu di sampingnya.
"Mereka itu perisak di sekolah ini, banyak anak-anak yang sampai mengundurkan diri dari sekolah karena perlakuan mereka." jawab Kamil dengan suara yang pelan sambil mengerjakan PR tersebut.
"Lalu kenapa anak-anak itu tidak mengadukan mereka ke para Guru?"
"Sudah, tetapi karena kurangnya bukti dan keluarga mereka memiliki peran besar di sekolah ini, jadi mereka selalu bebas dari hukuman."
"Dimana-mana pasti akan selalu ada orang macam mereka ya." ucap Cello dari dalam.
Sepulang sekolah saat Mitha sedang berjalan di lapangan, sebuah motor berhenti di sampingnya. "Hi Tha, pulang bareng yuk!" ajak Fabian.
"Pu... pulang bareng? Emang rumah kita searah ya?" tanyanya bingung.
"Nggak apa-apa kok, gue sekalian mau jalan-jalan aja."
"Naik bego, buruan!" paksa Cello.
Tanpa buang waktu dan karena memang Mitha tertarik dengan cowok itu, ia memilih untuk segera naik.
"Pegangan yang kuat ya!" pintanya.
"Peluk Tha!" ucap Cello.
"Hah?" bertanya dalam hati.
"Itu artinya dia minta di peluk."
"Nggak ah, itu bisa-bisanya lo doang kali yang ke gatelan."
"Yee... di bilangin."
"Rumah kamu masih jauh?" tanya Fabian saat dalam perjalanan.
"Masih, ini baru setengah jalan."
"Loh, kamu bilang deket mangkanya pindah ke sini."
"Aduh... gue lupa. Cell... Cell..." Mitha panik.
"Bilang aja, menurut lo ini deket karena udah terbiasa."