Gemini

Diazwidumawan
Chapter #4

Bab 4 ritual bulan purnama


Suara petir terdengar tak berselang hujan pun turun dengan deras. Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, dengan hati cemas Alea mengetuk pintu kamar Ningsih. Namun sang nenek tak mendengar. Handel pintu Al buka dengan perlahan, ia memperhatikan seisi kamar Ningsih yang semakin lama semakin berubah. Ia melihat isi kamar dipenuhi dupa dengan penerangan sedikit redup. Dari kejauhan ia melihat ada ruangan khusus, di dalam ruangan itu ada beberapa buah lilin dan ada sebuah lukisan besar bergambar wanita cantik yang tubuhnya di lingkari seekor ular ditangannya memegang sebuah obor. Gadis berpiyama biru dongker itu terkejut karena dihadapannya kini ia melihat sang nenek tercinta sedang duduk bersimpuh menghadap lukisan itu. Ia bingung apa yang sebenarnya Ningsih lakukan.


"Ningsih, kau harus pastikan ritual bulan purnama berjalan lancar seperti biasa. Jangan sampai seseorang yang memiliki tanda lingkaran hitam ditangannya itu muncul. Sebab aku mendapat petunjuk orang itu sudah lahir, orang yang akan menghancurkan kekuatannku." Titah Hekate pada Ningsih

" baik ratu." 'Gawat, aku harus waspada dan aku harus cari tau siapa orang itu.' Gumam Ningsih dalam hati.

Sebelum sang nenek sadar akan keberadaannya, ia keluar dari kamar dengan mengendap endap. Al merasa lega setelah sampai dikamar, ia termenung dan berfikir harus mencari tahu kemna dan kepada siapa. Akhirnya ia memilih untuk kembali tidur agar tak ada yang curiga. 

Kicau burung terdengar sayup sayup angin berhembus sinar mentari terasa hangat di kulit. Hari ini Al sengaja bangun agak siang karena libur sekolah. Jam menunjukkan pukul 8 pagi, gadis berambut panjang itu masih betah menngeliat diatas ranjang empuknya hingga ia terperanjat setelah melihat jam dinding. Ia pun bergegas mandi. 

Melihat Sari yang sibuk di dapur bersama Gunawan yang asyik menyeruput kopi hangatnya, Al menghampiri selepas mandi. Suara hangatpun terlontar dari putri bungsu mereka

"Selamat pagi ayah, ibu. Oh ya nenek sama El mana, sepertinya mereka belum bergabung, Bu?"

"Nenek dan El sepertinya masih betah di kamar. Oh ya ini nasi gorengnya dimakan nanti keburu dingin, ga enak loh." Jawab Sari seraya menyodorkan 2 buah piring untuk Al dan Gunawan.

"Loh kok cuma 2 piring?" Tanya Al

"Tadi ibu sudah sarapan, kamu ga usah khawatir gtu sayang. Ibu kamu ini strong women. Yasudah ayo cepat dimakan ibu mau kebelakang dulu banyak cucian sudah teriak-teriak."  Mendengar penuturan sang Bunda Al tersenyum ia tahu ibunya adalah wanita hebat meski bukan wanita karier.


Sari menjauh dari pandangan, dengan memberanikan diri Al mencoba memecah suasana yang sempat hening sesaat, ia mencoba bertanya pada Ayah tercinta berharap ia bisa menemukan jawaban dari kegundahan hatinya sejak semalam.

"Ayah, bolekah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja, apa yang mau kamu tanyakan, tipe cowo atau apa."

Lihat selengkapnya