Bab 5
Ritual bulan purnama 2
"Aku ingin darah bayi segar kali ini, tepat pukul 12 tengah malam nanti." Titah Hekate pada Ningsih.
Mau tidak mau Ningsih harus menyanggupinya, meski jauh dilubuk hatinya ia sudah lelah.
"Baik Ratu."
"Ku dengar kabar bahwa anak yang memiliki tanda lingkaran hitam itu sudah besar usianya kira-kira hampir sama dengan usia cucu kamu. Bila kamu berhasil menemukannya, bunuh dia dan ambil darahnya berikan padaku. Itu bisa menjadi sumber keabadianku dan untukmu, kau bisa menjadi lebih awet muda dan kaya raya tentunya hahahaha."
Hekate pun menghilang, sementara Ningsih mulai berfikir keras bagaimana caranya mendapatkan darah bayi segar. Ia pun mulai menyusun rencana, pergi kerumah sakit dengan menyamar sebagai seorang suster.
Mantra pun ia rapalkan agar ia bisa berubah menjadi wanita muda dan cantik. Kini Ningsih berubah menjadi suster muda dan cantik, ia mulai mengamati situasi dan kondisi, dirasa aman Ningsih mulai menjalankan misinya dengan keruangan labolatorium. Disana banyak terdapat sampel darah. Ia perhatikan satu persatu. Tak berselang lama, datang seorang suster memberikan sebuah sampel darah milik seorang pasien yang kebetulan sampel darah bayi. Tanpa berfikir panjang, Ningsih mengambil suntikan yang sudah ia siapkan di saku bajunya. Darah bayi segar pun berhasil ia peroleh. Setelah semua rencananya berhasil ia segera menyimpan sampel itu ke tempatnya dan melarikan diri agar semuanya tidak terbongkar.
Semuanya berjalan sesuai rencana, tanpa pikir panjang ia pun menghilang dan dengan cepat ia kembali ke kamarnya. Darah bayi segarpun ia pindahkan kedalam sebuah cawan yang sudah ia siapkan berikut lilin dan dupa yang sudah menyala. Lalu ia duduk bersimpuh dihadapan lukisan Hekate. Mantra-mantra pun dirapalkan kembali. Pada saat yang bersamaan tiba-tiba tubuh El kesakitan. El menjerit histeris, tubuhnya memerah dan mengeluarkan asap panas. Mendengar teriakan El yang berasal dari dalam kamarnya, sontak seisi rumah panik kecuali Ningsih. Gunawan, Sari dan Al menghampiri El yang sedang kesakitan. Melihat kakaknya kesakitan Al menjerit ketakutan. Tiba-tiba tangannya yang bertanda lingkaran hitam pun ikut sakit. Tak lama keluar sebuah pedang, pedang itu melayang di udara dan segera menghampiri tuannya. Dengan naluri dan instingnya Al yang sudah membaik membentuk lingkaran disekitar tubuh El. Ia menuliskan sebuah mantra di udara, tujuannya agar Kekuatan Hekate gagal masuk ke tubuh El.