Perempuan yang masih mengenakan pakaian daster serta rambut yang diikat asal-asalan terlihat berjalan mondar-mandir demi menenangkan buah hati yang kini berada di gendongan. Bibir tipisnya sesekali bersenandung agar sang putra dapat kembali terlelap seperti sedia kala.
"Adiknya nangis, kok, abangnya diam aja, sih?"
Lela membuka suara untuk pertama kali saat menyadari jika anak yang berada di gendongannya sudah terlelap kembali.
"Adiknya minta susu, Bu."
Sahutan dari remaja yang berada di ruang tengah membuat Lela menggelengkan kepalanya sembari menatap anak tersebut.
"Abang, kan, bisa tolong buatkan. Biasanya juga bisa buat sendiri."
"Susunya habis."
Lela menghela napas kasar. Ingatan Lela langsung berputar pada obrolan dengan sang suami kembali berdatangan. Semalam, Japa memang mengatakan tidak akan pulang ke rumah sebelum dapat membelikan susu untuk putra kecil mereka. Lela yang mendengar itu semua hanya dapat tertawa. Mengingat jika Japa termasuk manusia yang senang sekali bercanda.
Namun, tepat pagi menjelang, hingga matahari telah meninggi seperti sekarang, nyatanya belum ada tanda-tanda jika Japa akan kembali ke rumah.
"Kebiasaan. Pasti Ayah kamu enggak beli."
"Semalam aku udah bilang ke Ayah kalau susu Adik habis. Tapi Ayah cuma diam aja," ujar Andra sembari membereskan alat tulis yang berserakan.
"Tadi pagi kamu ketemu Ayah gak? Ayah gak nitip apa pun sama kamu, Bang?"
Andra hanya menggelengkan kepalanya. "Aku belum liat Ayah, Bu. Waktu pulang sekolah juga enggak ketemu."