GEMSTONERS

Ratna Aleefa
Chapter #1

Anak Pikiran

Seorang wanita bernama Aquamarine kembali tersungkur di atas pasir yang kemilau. Dia kembali rebah tanpa daya, berusaha untuk bangkit. Sudah tidak terhitung upayanya jatuh dan bangkit. Rambut panjang sepinggang itu berkibar dipermainkan East Moonsun. Dia harus bergerak walau kakinya berat menapak ke depan. Napasnya semakin tersengal. Udara di pesisir terlalu kering, sehingga dia merasa sesak napas. Lebih menyedihkan lagi, setiap kali menarik napas, dadanya seperti kena ribuan paku yang menancap pada setiap rusuk.

Aquamarine harus menahan diri untuk tidak menghirup udara kalau tidak mau dadanya nyeri. Setiap bernapas, dia bakal jatuh kesakitan dan itu buang-buang waktu.

Mata biru serupa laut sedang mengamati desir ombak. Di antara barisan ombak liar, tepat di depan matanya terdapat boleran yang tenang. Area itu berupa kotak tenang, tetapi sangat menghanyutkan. Banyak yang terjebak dan terombang-ambing pada arus menyesatkan itu.

Keindahan samudera di depannya, tidak mampu mengurangi sensasi mengerikan di sekujur tubuh Aquamarine.

Air matanya luruh, tidak tahan pada siksaan itu. Berkat racun yang mengalir perlahan di seluruh tubuhnya, akibat terperdaya makanan manis, Aquamarine memilih kabur. Dia jatuh di lorong yang salah, tepat saat pesisir selatan sedang menggila.

Aquamarine menengadah ke atas, memohon pada cekungan kubah troposfer yang menampung jutaan udara padat bermasa air. Dia berharap barisan awan kumulonimbus segera menaungi dirinya. Dengan adanya awan-awan kegelapan itu, cahaya matahari tidak akan menerobos masuk dan memantulkan cahaya asli wanita itu. Pendar biru lemah itu harus segera menghilang dari setiap epidermis Aquamarine. Dia tidak boleh terlacak siapapun saat ini, tepat pada saat titik terlemahnya. Dia membenci fisiknya yang sukar berklamufase di antara biru sang Bumi. Sebab, dari ruang hampa di atas sana, tubuhnya berkilau seumpama emas di antara tanah hitam. Terlalu mencolok berkat kuasanya sebagai ratu.

Ratu itu memiliki penampilan yang sangat unik. Bibirnya biru sedikit keunguan akibat polesan gincu merah. Seluruh tubuhnya bak boneka porselen yang hidup. Seperti keramik yang dilukis indah, tetapi jauh lebih menarik karena cahayanya.

Tetapi sayangnya, Aquamarine menjadi sasaran ribuan tombak dan panah. Jantungnya sedang diburu. Kepalanya siap dipenggal dan diarak keliling orbit antar planet, diantar oleh Oort Cloud.

Wanita itu tidak mau mati hina oleh sang musuh. Karena itu, rencananya sangat tidak terduga.

Aquamarine merapalkan mantra kuno. Bahasanya tidak dikenal oleh manusia. Demikian pula sihir mulai bekerja. Dedaunan berguguran diterpa angin laut, menjauh dalam kesedihan purba.

Kekuatannya terkuras habis selagi awan-awan dari Pulau Jawa datang, bertumpuk di atas wanita itu. Suasana makin mencekam, disertai kegelapan seperti malam. Udara dingin menggigit mencapai minus derajat Celcius. Suasana yang sangat tidak wajar di atas pulau berbentuk anak ayam itu.

Lengkungan senyum penuh lega tercetak sempurna di bibir Aquamarine. Dia puas membangun tempat persembunyian teraman demi penundaan waktu kematian.

Aquamarine merintih kelelahan. Tangannya menggali butiran pasir keemasan dengan cepat. Pasir-pasir lembut itu mengotori gaun kerajaan yang basah. Mantra kuno terus berdengung. Lalu guyuran hujan menyejukkan kepala Aquamarine. Namun, guyuran itu terlalu liar. Hujan turun dengan kekuatan super dahsyat. Angin mendesau penuh keributan. Ombak saling bertubrukan menjadi gelombang pecah. Laut dan bumi melebur jadi satu dalam kabut hitam yang berputar.

Tangan kurus Aquamarine gemetar kedinginan. Retakan di tubuhnya semakin luas. Aquamarine melolong pedih bersama luka fisiknya. Tetapi tekadnya tidak berubah. Dia menggali lubang dengan tangan kosong.

Dia jelas ketakutan akibat cuaca buruk yang disihir oleh mulutnya sendiri. Berada di tanah yang bukan kekuasaannya sangatlah meresahkan. Harus ada yang meredam kegilaan alam. Aquamarine merasa salah tempat. Tetapi, Bumi juga bukan tempat buruk untuk bersembunyi.

Kilat petir menyambar pohon tidak jauh dari Aquamarine. Pohon itu terbelah menjadi dua. Kilat kembali lagi menyerang pohon yang sama. Percik api hadir dengan cepat menjadi kobaran besar. Kilat telah membakar pohon sampai hangus. Ajaibnya, pohon itu tidak mati sepenuhnya berkat guyuran deras hujan.

Aquamarine terus menggali sampai kukunya ada yang lepas. Bahunya menempel di permukaan tanah, tanda galiannya cukup dalam. Seharusnya Aquamarine memanfaatkan kekuatannya dalam meledakkan tanah, tetapi energinya tidak banyak.

Jeritan menggema kala volume diagframa berkontraksi menjadi besar, bersamaan dengan udara yang melesat masuk lewat hidung. Air mata menyatu bersama jutaan air hujan. Dalam keadaan panik luar biasa, Aquamarine terus memungut ranting pohon yang tersambar petir. Dia merobek gaun satin dengan tangannya sendiri. Akibatnya, kedua kakinya biru terang terekspos.

Bukannya menyembuhkan luka-luka di seluruh kaki, Aquamarine sibuk membuat replika manusia mini, serupa boneka voodo. Aroma asap mengular dari boneka-boneka itu.

Air mata Aquamarine lebur bersama derasnya hujan. Ketegaran dan keberaniannya semakin membuat dia kukuh berjuang. Dia tahu, seperti inilah sakitnya melahirkan.

Ya, waanita itu menciptakan kehidupan baru, lewat sihir kuno, lewat kemauannya meneruskan eksistensi kerajaan sebagai ratu yang sah. Perlawanan tidak akan berakhir kendati wanita itu mati di luar tanah kelahirannya.

Semenjak datang di tepi pantai, Aquamarine tahu tugasnya. Dia tidak menyesal telah mengorbankan diri.

Dendamnya akan terbalas suatu hari nanti. Dia akan berjuang demi rakyatnya. Demi permintaan sang ayah yang baru meninggal untuk menjaga apa yang harus dijaga.

Kehidupan.

Wanita dari Venus itu memegang peranan penting, lewat sebuah liontin kemerahan yang tersembunyi di balik gaunnya.

Tangan Aquamarine semakin melemah. Dalam upayanya menciptakan tujuh replika manusia, Aquamarine melucuti hiasan permata gaun yang berbentuk wajik. Tujuh wajik beraneka warna itu dikumpulkan jadi satu ke dalam gulungan kain. Lantas Aquamarine mengalungkan liontin dengan bandul lingkaran merah ke salah satu boneka replika yang paling kecil dan jelek. Dia membenamkan wajik terakhir warna putih ke boneka terakhir yang sudah dililitkan liontin magisnya. Denyutan kecil nan magis muncul di persimpangan antara tangan dan kepala boneka itu.

Benda itu hidup. Suara detak jantungnya sangat lemah seperti janin di rahim manusia.

Lihat selengkapnya