Kehadiran Wisnu mampu mengubah hidupku. Dia mampu menjadi kakak, kekasih dan sahabat yang baik. Lelaki yang merebut hatiku itu mampu mengambil hati Mamak dan juga Bapak. Sewaktu acara sadranan dia juga dengan cekatan membantu melayani tamu yang datang ke rumahku. Mamak dengan bangga memperkenalkannya sebagai calon anak mantu. Dia juga membantuku untuk menyambung silaturahmi antara Mamak dan Bapak. Dia benar-benar ajaib, aku tak menyangka akan menemukan lelaki seperti dia.
Sekarang aku tak akan khawatir menjalani beratnya hidup ini. Tuhan benar-benar baik. Dia tak akan membiarkan kaumnya terpuruk dan Wisnu adalah bukti kebaikan Tuhan kepadaku. Aku benar-benar bersyukur bisa mengenalnya.
“Nanti aku menginap di rumah Iyon saja. Besok sebelum pulang ke Solo, jalan-jalan dulu ya!” ucapnya sambil meraih kue lapis buatan Mak Sri.
Aku hanya mengangguk karena masih sibuk memakan kue serabi. Dia membersihkan makanan yang menempel di sudut bibirku. Wisnu benar-benar membuatku merasa menjadi wanita paling istimewa di dunia ini. Aku meraih tangannya.
“Ada apa?” tanya Wisnu sedikit menggodaku.
“Jika kecantikanku sudah hilang, apa sikapmu akan berubah?”
Dia tampak tertawa mendengar pertanyaanku.
“Aku ingin menua bersamamu. Kamu tetaplah wanita terindah yang pernah kutemui,” ucapnya sambil berdiri. Mak Sri menyuruhnya mengambilkan air minum untuk para tamu.