Gendut no problem

deru senja
Chapter #2

Chapter 1

"DITAAAAAA!!!!" Mama teriak udah kayak orang kecopetan terus neriakin maling.

"Punya anak satu ya, selalu aja susah dibangunin pagi, liat tuh si Yuni pagi pagi udah bantuin mamanya, lah kamu jam segini masih molor."

Emang yaa, kebiasaan emak-emak suka bandingin anak anaknya sama anak tetangga sebelah, lupa Kali ya anaknya yang mana.

"Apaan sih ma, sebenernya anaknya mama siapa sih? Dita apa Yuni?." Jawabku dengan muka bangun tidur alias muka bantal.

"Liat tuh jam udah kesiangan ini ga mau kesekolah?" Kemudian aku ke kamar mandi dengan memalas.

"Jangan malas malasan kapan kurusnya kalo kayak gini tiap hari? Sadar badan tu udah kayak badak, dasar gendut."

Aku hampir setiap hari dengerin kata kata mutiara itu tiap bangun pagi, serasa udah kebal. Yaa begitulah fenomena dirumahku tiap hari catet TIAP HARI.

Yaa aku sih jalanin aja namanya juga hidup yaa harus dijalanin, kalo gamau jalanin mendingan mati aja.

Selesai mandi Dita pake seragam sekolah yang udah lusuh, banyak robekan, itu semua disebabkan badan Dita yang makin hari semakin mengembang.

"Nih sarapan dulu." ucap ibu memberikan sarapan kepada Dita dan ia mengambilnya dan langsung melahap sarapan itu, ia keliahatan seperti sebulan tidak makan.

"Ma, bentar lagi kan mau lebaran idul adha, Dita ada baju baru ga?" Tanya dita,

Jujur tiap lebaran mau itu lebaran idul Fitri ataupun idul Adha Dita pasti ada drama yang hanya dirasakan oleh orang yang memiliki berat badan berlebihan yaitu susah milih baju lebaran, misalnya nih bajunya udah cocok sama Dita tapi gamuat dibadan Dita, bajunya udah muat eh tapi Dita nya ga suka. ya jelaslah Dita ga suka, model baju emak-emak XL size.

Belum lagi di hari lebaran dimana keluarga besar Dita pada ngumpul dirumahnya yang Dita ga suka adalah tiap kali Dita muncul dihadapan mereka, mereka selalu bilang "eh makin gendut ya, kapan kurus? Dietlah" pertanyaan itu bertubi tubi terlontarkan dari mulut yang tidak merasa bersalah itu dan Dita hanya bisa senyum cengingisan kayak mau nangis.

"Nanti kita beli, kamu harus ikut" ajak mama.

"Iya ma"

Setelah itu, Dita pun tancap gas ke sekolah

'ya ampun jam 07.30' batinnya.

Ketika sampai diparkiran sekolah Dita melihat ditengah lapangan sana sudah berjejer rapi barisan yang telat, setelah itu Dita dengan pasrah dan sukarela ikut serta dalam barisan tersebut.

"Kalian tahukan peraturan sekolah ini?" Bentak guru yang dikenal killer disekolah ini nama beliau pak Agus.

"Jam 07.00 harus sudah ada di lingkungan sekolah, ini kalian udah telat 30 menit. Kalian sekolah disini harus taat sama peraturan sekolah." lanjutnya.

"Hey kamu gendut!!" Panggilnya.

Dita yang merasa tidak ada yang gendut selain dirinya disini pun menoleh.

"S-saya pak?" Jawab Dita ketakutan.

"Iya kamu, emang ada orang gendut lain selain kamu disini?" Serentak semua orang ketawa, jujur aku malu bercampur marah.

"Apa apaan sih pak pakek nyebutin saya gendut segala, bapak ada masalah sama saya? Kalo ada selesain baik baik pak ga gini caranya." Bela-ku.

"Memang betol kan cuma kamu yang paling gendut disni jelek lagi" ejeknya.

"Pak, saya tau gendut dan jelek saya tau kan itu semua ciptaan Allah SWT. Kalo aja saya yang nyiptain diri saya sendiri, ga mungkin saya buat kek gini saya pasti buat yang cantik, langsing, putih. Lagian nih ya saya gendut juga ada hikmahnya saya ga harus nambah populasi orang cantik didunia ini, karna semua wanita penginnya langsing & cantik, berarti nanti populasi orang jelek menurun dong, kan kasian." jawabku tidak terima ejekannya.

Pak Agus terdiam seribu bahasa dia sudah tidak tau harus bagaimana lagi menasihati siswinya yang satu ini.

"Baiklah semuanya kalian lari keliling lapangan 10 kali".

"Dan khusus kamu" tunjuk dia kearahku.

"Harus keliling lapangan 50 kali, tidak ada penolakan." tambahnya.

"Hufft kurus deh aku." keluh Dita.

Memang bisa dikatakan sekolah Dita kejam yaa gimana lagi, emang sekolah ini yang mampu dijangkau oleh ekonomi keluarga Dita.

Diputaran ke-25 Dita merasa lelah.

"pak, saya capek istirahat dulu ya pak!" Pinta Dita ke bapak Agus agar diberi keringanan.

"Capek apanya? Kamu baru lari 25 kali".

"Lah, bapak ngitung?".

"Iyalah kalo ga kamu bisa lolos gitu aja."

"Tapi pak."

Lihat selengkapnya