General Kyy: Legend of War and Peace

Rizky Yahya
Chapter #4

Sang Jenderal Kyy - Episode 4: Pertempuran di Gerbang Utara

Pagi itu, langit berwarna merah keemasan saat matahari terbit di atas perbukitan. Setelah pertempuran semalam, kamp pasukan Kyy sibuk dengan persiapan untuk langkah berikutnya. Pasukan merapikan barisan, memperbaiki peralatan, dan merawat prajurit yang terluka. Namun, di balik semua itu, ada ketenangan yang menghantui. Mereka tahu pertempuran ini baru saja dimulai.

Di dalam tenda strateginya, Kyy berdiri di hadapan peta besar. Wajahnya penuh konsentrasi, matanya bergerak cepat di antara garis-garis medan yang ada di peta. Tepat di sebelah utara, di ujung peta, terdapat sebuah benteng besar yang dikenal dengan nama Gerbang Utara. Benteng ini sangat penting karena ia adalah benteng terakhir yang menghalangi jalan menuju jantung wilayah Nara.

“Kita harus bergerak cepat,” kata Kyy, suaranya datar namun penuh ketegasan. Di depannya, Letnan Rana dan para komandan pasukan mendengarkan dengan serius. “Nara mungkin terpaksa mundur tadi malam, tetapi dia tidak akan berhenti sampai Gerbang Utara menjadi miliknya. Jika benteng itu jatuh, seluruh wilayah ini akan terancam.”

Rana mengangguk. “Gerbang Utara adalah benteng paling kuat di wilayah ini. Nara pasti akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk merebutnya. Tapi, pasukan kita masih kelelahan dari pertempuran sebelumnya. Apakah mereka siap menghadapi serangan besar?”

Kyy menatap Rana sejenak sebelum menjawab. “Pasukan kita lelah, itu benar. Tapi Nara tidak akan memberi kita waktu untuk beristirahat. Dan jika kita kehilangan Gerbang Utara, kita akan terpaksa mundur ke selatan, memberikan Nara keuntungan strategis yang tak akan mudah kita pulihkan.”

Semua yang ada di ruangan terdiam. Mereka mengerti beratnya keputusan yang diambil Kyy, tapi mereka juga tahu bahwa sang jenderal selalu berpikir sepuluh langkah di depan. Setiap pertempuran yang ia pimpin selalu menghasilkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar kemenangan fisik—Kyy adalah pemimpin yang memenangi perang dengan strategi, bukan hanya kekuatan.

“Kita akan menuju Gerbang Utara,” lanjut Kyy. “Aku akan memimpin pasukan utama. Rana, kau akan memimpin pasukan cadangan untuk berjaga-jaga jika Nara mencoba melakukan serangan dari sisi lain. Kita harus memperkuat pertahanan benteng sebelum Nara tiba.”

Rana mengangguk, menerima perintah dengan penuh keyakinan.

**

Di sisi lain, jauh di utara, Nara berdiri di puncak bukit yang menghadap ke arah Gerbang Utara. Dari kejauhan, benteng itu tampak megah dan tak tertembus. Gerbang besar yang menjulang tinggi, dinding batu tebal, dan menara penjaga yang dipenuhi para pemanah membuatnya tampak seperti benteng yang mustahil untuk ditaklukkan.

Tapi Nara tersenyum tipis. Baginya, tidak ada benteng yang tidak bisa direbut. Dia telah menghancurkan lebih banyak benteng daripada yang bisa diingatnya, dan Gerbang Utara ini tidak akan berbeda. Ia tahu bahwa kunci untuk menang adalah bukan sekadar kekuatan frontal, melainkan kelemahan yang tersembunyi.

“Kirim pasukan pengintai,” perintah Nara kepada salah satu perwiranya. “Aku ingin tahu setiap celah, setiap jalur rahasia yang bisa kita manfaatkan. Benteng itu mungkin kuat di luar, tapi di dalamnya pasti ada titik lemah.”

Lihat selengkapnya