Matahari terbit di atas cakrawala, melukiskan langit dengan nuansa oranye dan merah. Di markas Kyy, suasana tegang namun penuh semangat. Setelah berbulan-bulan mempersiapkan rencana, kini saatnya untuk bergerak. Kyy dan pasukannya bersiap-siap melancarkan serangan ke wilayah perbatasan timur Roma.
“Pasukan kita sudah siap, Jenderal,” kata Rana, sambil mengamati pasukan yang berbaris rapi di depan mereka. “Kami telah mengumpulkan semua persediaan yang dibutuhkan.”
Kyy menatap sekeliling, melihat para prajurit yang tampak bersemangat dan siap berjuang. “Kita akan menyerang dengan kecepatan dan ketepatan. Fokus utama kita adalah merebut benteng di Provinsi Aurelian. Jika kita bisa menguasai benteng itu, kita akan membuka jalan ke pusat kekuasaan Roma di timur.”
Rana mengangguk. “Kami akan menyerang pada malam hari agar tidak terdeteksi oleh musuh.”
Kyy menambahkan, “Ingat, kita bukan hanya berperang untuk merebut wilayah ini. Kita juga berperang untuk mengguncang kepercayaan Roma. Kita harus membuat mereka percaya bahwa kekuatan mereka mulai goyah.”
**
Ketika malam tiba, Kyy dan pasukannya bergerak menyusuri jalan setapak di hutan yang mengarah ke Provinsi Aurelian. Cahaya bulan yang samar menyinari jalan mereka, memberi sedikit penerangan di tengah kegelapan. Suara gemerisik daun dan langkah kaki prajurit menjadi satu kesatuan dalam simfoni malam yang mencekam.
Setelah berjam-jam berjalan, pasukan Kyy akhirnya tiba di dekat benteng Aurelian. Benteng itu berdiri kokoh, dengan dinding batu tinggi dan penjaga yang siaga di sekitar. Namun, Kyy telah mempersiapkan rencana untuk menembus pertahanan itu.
“Tim pengalihan, siapkan sinyal,” perintah Kyy. “Saat kami menyerang dari depan, kalian harus membuat kebisingan di sisi barat untuk menarik perhatian para penjaga.”
Rana memimpin tim pengalihan, sedangkan Kyy memimpin serangan utama. Dalam hitungan menit, sinyal diberikan, dan tim pengalihan mulai membuat keributan yang cukup besar. Suara teriakan dan ledakan kecil dari sisi barat menarik perhatian penjaga benteng.
“Serang!” Kyy berteriak, memimpin pasukannya untuk menyerang benteng dengan kekuatan penuh.
**
Bentrokan itu terjadi dengan sangat cepat. Para prajurit Kyy meluncur maju dengan semangat membara. Mereka menggunakan pelindung dan perisai untuk menahan serangan panah yang diluncurkan dari atas benteng. Dengan teriakan perang yang menggema, Kyy memimpin prajuritnya memanjat dinding benteng.