Setelah pertempuran di provinsi utara, Kyy berdiri di tengah medan yang sepi, di mana suara pertempuran telah sirna. Di sekelilingnya, para prajurit yang selamat merayakan kemenangan mereka, namun Kyy merasakan beban di hatinya. Dia telah kehilangan sahabat dan musuhnya sekaligus, Gaius. Kenangan akan masa-masa baik mereka berdua terus menghantuinya.
Dalam beberapa hari setelah pertempuran, Kyy berusaha untuk membawa ketenangan kembali ke provinsi. Dia mengadakan pertemuan dengan pemimpin setiap provinsi untuk membahas langkah-langkah ke depan. “Kita telah menghadapi banyak tantangan,” katanya dalam pertemuan tersebut, “tetapi sekarang adalah saat untuk membangun kembali. Kita tidak boleh membiarkan rasa sakit memecah belah kita.”
Para pemimpin, terinspirasi oleh keberanian Kyy, mulai berbicara tentang harapan dan kebangkitan. Mereka sepakat bahwa rakyat harus bersatu untuk membangun pemerintahan yang lebih baik. “Kita perlu mendengar suara rakyat,” kata Rana, yang berdiri di samping Kyy. “Setiap orang harus merasa memiliki peran dalam menciptakan masa depan.”
**
Dengan semangat baru, Kyy dan para pemimpin bekerja sama untuk merancang sebuah sistem pemerintahan yang inklusif. Mereka mengusulkan pembentukan dewan rakyat, di mana setiap provinsi dapat mengirim wakil untuk berdiskusi dan mengambil keputusan bersama. “Ini adalah langkah menuju demokrasi yang sejati,” kata Kyy, merasa bangga atas apa yang mereka capai.
Selama beberapa bulan berikutnya, Kyy mengunjungi setiap provinsi, mendengarkan aspirasi rakyat dan membangun hubungan yang lebih kuat. Dia mengadakan forum terbuka, di mana setiap orang dapat berbicara tentang kekhawatiran mereka. “Kita adalah satu bangsa, dan kita akan membangun masa depan bersama-sama,” ujarnya di setiap pertemuan.
**
Namun, meski perdamaian tampak semakin dekat, bayang-bayang masa lalu tetap mengintai. Beberapa loyalis sisa Kekaisaran Silvanus masih menginginkan kekuasaan dan berusaha mengacaukan proses perdamaian. Kyy dan para pemimpin lainnya sadar bahwa mereka harus tetap waspada.
Dalam satu malam yang tenang, Kyy menerima kabar bahwa sekelompok pemberontak berencana untuk menyerang markas pemerintahan. “Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi,” katanya kepada Rana. “Kita harus menindaklanjuti dengan cepat.”
**
Bersama pasukannya, Kyy bergerak menuju lokasi yang dilaporkan. Dalam perjalanan, dia mengingatkan diri sendiri tentang semua yang telah mereka perjuangkan. “Kita tidak bisa membiarkan kekacauan ini merusak apa yang telah kita bangun,” ujarnya kepada pasukannya.
Setibanya di tempat kejadian, mereka menemukan sekelompok pemberontak bersiap untuk menyerang. Kyy memerintahkan pasukannya untuk bersembunyi dan mempersiapkan serangan balik. “Kita harus menangkap mereka hidup-hidup agar kita bisa mengetahui siapa yang mendalangi ini,” katanya.