Bandung
07:08 AM
-Ahmada Reynand Faeyza-
Malaikat kecil
Empat tahun lebih setelah kelahiran Naja Langgit Faeyza, malaikat pertama kami yang lahir dari rahim Ayyara. Kehidupan kami benar-benar sempurna, Naja tumbuh dengan baik dan penuh dengan kasih sayang Ayyara dan aku. Semua benar-benar terasa sempurna.
"Papa, Aja mau main." Ucap Naja yang memanggil namanya dengan panggilan 'Aja'.
"Mau main apa sayang? Hmm?" Aku mencium pipinya yang putih.
"Aja mau main bola."
"Yaudah sini." Aku meraih bola dari dalam keranjang mainan Naja lalu mulai memainkannya.
Ayyara datang dari arah dapur lalu tersenyum ketika melihat Naja yang tertawa ketika bermain bola.
"Mas, handphone nya bunyi." Ucap Ayyara sambil membawa handphone ku.
"Ah iya, bentar ya nak. Papa angkat telpon dulu."
"Aja main sama mama sini." Ayyara kini yang bermain dengan Naja, lalu pergi bersama ke dapur untuk ikut membantu Ayyara memasak.
Telpon dari kantor membuat ku harus segera berangkat ke kantor, ada beberapa pekerja yang harus ku selesaikan di hari Sabtu ini. Dan dengan berat hati aku harus bergegas dan meninggalkan Maka juga Ayyara.
"Papa ke kantor dulu ya. Mama nya jagain." Aku mengecup pipi Maka kembali.
"Harus banget mas pergi ngantor?" Tanya Ayyara.
Aku mengangguk lalu mencium keningnya. "Siang nanti aku usahain pulang."
Setelah sampai kantor, dengan cepat aku membereskan semua pekerjaan yang menumpuk agar cepat bisa pulang dan bermain dengan Naja. Ya, kini magnet ku ada dua, Ayyara dan Naja. Mereka adalah fokus ku saat ini.
Setelah membereskan semua pekerjaan dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang mungkin saja akan mengganggu hari esok. Dengan cepat aku menuju ke parkiran. Mengemudikan mobil dengan kecepatan normal.
Sesampainya di rumah, aku lihat Naja yang tengah tertidur pulas di kamarnya, dengan Ayyara yang ikut terpejam di sampingnya. Aku tersenyum melihat mereka, lalu dengan perlahan aku mengusap rambut Naja yang lembut, mengecupnya lalu menatap wajah Naja yang terlihat mirip dengan Ayyara. Mata Naja yang bulat, hidungnya yang mancung, juga kulitnya putih agak kemerahan, sama seperti Ayyara. Namun satu yang aku turunkan kepada Naja, matanya hitam gelap dan senyumannya, tidak seperti pupil mata Ayyara yang cenderung coklat terang.
"Udah pulang mas?" Tanya Ayyara dengan suara yang sedikit serak.
"Sttttt, nanti Aja bangun."
Aku dan Ayyara bangkit menuju ke ruang keluarga, duduk diatasnya kursi abu yang menghadap ke kolam renang. Ayyara menyandarkan tubuhnya di dadaku, sambil memainkan jemariku yang ada di atas perutnya.
"Aja udah besar ya." Ucapku.
"Hmmm, aku berusaha besarkan dia tanpa luka mas. Dan makasih telah dampingi aku selama ini." Ayyara mendongakkan wajahnya.
"Itu semua karena kamu siap menjalankan peran ini, sayang."