Alaya

haniifa_
Chapter #1

Teman Ilusi

Pernahkah kalian, merasakan sendiri di bawah atap tempat tinggal, dengan cuaca diluar yang amat tidak bersahabat? Aku hanya seorang laki-laki remaja dengan umur setara laki-laki kelas 2 Sekolah Menengah Atas. Saat itu aku sedang duduk kelelahan. Pakaianku basah kuyup. Aku menembus hujan petir tadi. Semasa pulang sekolah hujan selebat ini mengguyur deras. Deru nafasku terdengar tak beraturan,aku kelelahan berlari . Sesaat aku melihat cahaya aurora hijau bertaburan bintang yang sangat indah dalam rumahku. Aurora hijau dan jernih bak air, dan itu ada di depan mataku. Hujan terus menderas. Aurora hijau itu menjadi berbutir butir seperti air, mengumpal, dan berputar-putar. Cahaya hijaunya, semakin lama semakin terang. Mataku tertutup sesaat akibat kilatan cahaya terang itu. Aku merasakan cahaya terang itu semakin lama semakin meredup dan hilang, dan saat aku membuka mata. Semua itu menyisakan sepi. Cuacanya menjadi normal kembali sesaat. Hujan petir itu bak terbawa angin. Aku benar-benar terkejut. Seorang gadis tiba-tiba ada di hadapanku. Rambutnya panjang diurai, matanya berwarna coklat kekuningan jernih, kulitnya putih bersih, dan bibirnya merah. Tetesan air terus mengucur dari rambutnya yang hitam. Pakaiannya basah kuyup tangannya mendekap tubuhnya, dan menggigil kedinginan. Aku sepertinya pernah mengenalnya tapi aku ragu,wajah cantiknya pernah aku temui. Gadis spesial tapi aku tidak ingat semua itu.Aku ketakutan, gadis itu tiba-tiba muncul dihadapanku. Kemudian ia duduk lemas tertunduk kedinginan. Aku kembali terkejut dan ketakutan. Apa yang harus aku lakukan? Apa harus diam seperti ini? Atau kabur meminta tolong? Apa yang dikatakan orang - orang nanti? Gadis yang datang bersama aurora hijau? Mereka pikir aku gila nantinya.

Tanpa pikir panjang aku segera mengambil pakainan adik perempuanku karena sepertinya tubuhnya sama seperti adikku, dan mengambil jubah hangat. Dengan ragu aku memakaikannya di punggung gadis itu. Saat aku memakaikannya. Gadis itu menengok melihatku, dengan matanya yang benar-benar indah dan jernih. Ia tersenyum lalu berdiri. Aku terkejut berjalan mundur perlahan. Tapi kemudian dia memelukku. Tubuhku kaku karena sangat takut.

"Apa yang harus aku lakukan agar kau tidak takut seperti ini? " Gadis itu membisikan hal itu kepadaku. Otakku ikut merinding mendengarnya.

Lihat selengkapnya