Aku membuat dua cangkir teh hangat untukku dan Alaya. Kami berdua duduk di sofa ruang tamu. Sekian lama rumahku tidak pernah kedatangan seorangpun tamu yang menduduki sofa ruang tamu ini.
"Ada apa dengan rumah ini? " Tanya Alaya, sambil mengaduk tehnya.
" Terlihat biasa saja. " Jawabku masih menyisakan ragu, berusaha setenang mungkin melihat semua keadaan ini. Gadis itu menatap sekeliling rumahku. Mata jernihnya terus melihat sekelilingnya. Ia kembali tersenyum.
"Berapa usiamu sekarang? '' tanyanya kembali.
" 17 " Ucapku menjawab pertanyaannya. Ia menatapku, bola matanya membulat.
" Apa!? Kukira dulu kau masih sangat kecil, dan sekarang kau sudah sangat besar." Ia terkekeh pelan.
Aku berdiri, menuju ke kamarku. Pemikiranku benar-benar kacau. Ada apa dengan semua ini. Aku percaya ini bukan mimpi. Tapi, apa dia benar-benar Alaya, gadis yang selalu aku harap kehadirannya?
"Tok.. Tok.. " Alaya, pasti ia yang mengetuk pintunya. Aku bangun, membukakan pintu untuknya. Gadis itu tersenyum. Aku membalas senyumnya ragu.
"Sepertinya aku harus membeli beberapa pakaian untukmu. " Ucapku pelan. Ia menatapku, tersenyum dan mengangguk. Kami akhirnya bersiap pergi. Sementara gadis itu harus menggunakan pakaian adikku dulu, walaupun sedikit terlalu kecil.