Alaya terus memapahku berjalan. Sebenarnya, rasanya hanya sedikit nyeri dan ngilu. Gadis itu membawaku ke suatu tempat. Kami duduk berdua disana. Hari ini hampir menuju senja. Cakrawalanya sudah mulai menjadi cahaya megan merah.
"Tadi kenapa kau mau saja diajak om-om itu sih? " Tanyaku sedikit kesal pada Alaya. Gadis itu menengok, lagi-lagi ia tersenyum.
"Aku cuma ingin diajak main bianglala." Ucapnya polos, sambil menunjuk roda besar dengan lampu kelap kelip ditengah festival pameran. Aku menghembuskan nafas pelan, menatap gadis itu lagi. Mata beningnya terus menatap bianglala raksasa itu. Aku sengaja memaksa untuk berdiri, sehingga membuat Alaya menengok menatapku kaget dan segera menuntunku.
"Atala mau kemana? " Tanyanya heran.
"Aku mau naik bianglala sama kamu. "
Sekejap gadis itu terdiam, matanya sedikit bersinar. Mahluk apa sebenarnya ini? Ia terus menatapku heran. Kami akhirnya benar-benar memutuskan untuk naik bianglala saat - saat sunset yang indah ini. Gadis itu terus menatapku. Detik itu, Aku dan Alaya ada dalam satu sangkar yang sama.
"Ada apa? " Tanyaku sedikit risih dengan tatapanya. Ia kemudian berkedip sesaat dan kembali tersenyum.