Motor ninja milik Galaksi berhenti tepat di depan rumah mewah milik Aurora. Sebuah rumah yang terlihat begitu elegan dengan konsep American clasic terpapar jelas di depan mata Galaksi.
Lelaki itu tidak menyangka jika Aurora ternyata juga merupakan anak orang yang berkelas atas seperti dirinya. Pasalnya, gadis ini tidak pernah menyombongkan apapun yang dia punya saat berada di sekolah.
"Gue masuk dulu." Kata Aurora yang hendak berbalik namun tiba tiba lengannya langsung di cekal oleh Galaksi.
"Kenapa?" Tanya Aurora membuat Galaksi menaikkan sebelah alisnya.
"Gue mau ngomong." Ucap Galaksi.
Aurora berdecak sembari menatap kesal kepada lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
"Dari tadi lo ngapain bego? Ngomong atau ngebo?" Tanya Aurora dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Serius Nek Lampir!" Desis Galaksi lalu menjitak kepala Aurora sehingga membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Mau gue tendang lo hah?" Gertak Aurora galak yang dibalas kekehan kecil oleh Galaksi.
"Galak amat neng." Celetuk Galaksi.
"Lo pasti ketularan sama si Leo kan?Jadi makin gila lo sekarang! Udah ah ngomong cepetan, gue mau masuk. Capek!" Gerutu Aurora sebal.
Galaksi menghela nafasnya panjang lalu menatap Aurora dengan tatapan seriusnya. Aurora menautkan kedua alisnya bingung melihat tatapan serius dari Galaksi. Apa yang akan cowok ini bicarakan kepadanya?
"Mulai sekarang lo jadi pacar gue!" Tegas Galaksi membuat Aurora tersentak. Gadis itu tidak menyangka jika Galaksi akan menembaknya lagi. Ini merupakan yang kedua kalinya lelaki itu menembak dirinya. Eh ralat, memaksa dirinya untuk menjadi pacarnya
Aurora menatap dalam kedua bola mata coklat yang ada di hadapannya itu. Gadis itu dapat melihat dengan jelas adanya keseriusan di kedua mata Galaksi saat lelaki itu mengatakan bahwa dia adalah pacarnya.
Sejujurnya Aurora sangat bingung saat ini. Di satu sisi, ia masih sangat mencintai Dio. Tapi di sisi lain, entah mengapa hatinya menyuruh agar dia menerima Galaksi.
"Ra." Panggil Galaksi yang langsung membuyarkan lamunan Aurora. Aurora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sangat sulit baginya untuk menerima Galaksi saat ini. Apalagi di saat dirinya masih mencintai seseorang yang merupakan cinta pertamanya dulu.
"Gal, gue nggak bisa." Lirih Aurora membuat Galaksi menghela nafasnya kecewa.
"Kenapa?"
"Karna gu-"
"Nona Aurora."
Ucapan Aurora terhenti ketika mendengar sebuah suara yang familiar dari belakangnya. Gadis itu menoleh ke belakang dan menemukan lima orang berbadan besar dan berpakaian serba hitam yang merupakan bodyguard pribadinya.
"Ada apa uncle Riyan?" Tanya Aurora kepada pemimpin dari para bodyguardnya itu.
"Nona ini sudah malam. Sebaiknya Nona Aura masuk saja, biar kami yang akan mengurus penyusup satu itu." Ujar Uncle Riyan sembari menatap tajam kearah Galaksi. Aurora terkekeh pelan mendengarnya. Siapa yang mereka bilang penyusup? Galaksi?
Galaksi mendelik tajam ketika mendengar perkataan dari orang berbaju hitam itu. Apa yang barusan dia katakan? Penyusup? Ganteng ganteng gini di bilang penyusup. Wah cari mati ini orang! Dasar ninja kesasar!
"Silahkan Uncle. Aura masuk dulu ya!" Ujar Aurora.
Tapi sebelum masuk, gadis itu sempat membisikkan sesuatu di telinga Galaksi.
"Selamat menikmati kejutan Galaksi Ivander." Bisik Aurora sambil tertawa sinis.
Galaksi tersenyum miring mendengarnya. Apakah gadis ini sedang mempermainkannya? Dengan senang hati Galaksi akan meladeninya. Apakah gadis itu lupa jika orang yang sedang dia tantang adalah ketua dari geng Jaguar yang sudah terkenal akan kemampuan dan juga keberaniannya.
Hanya lima bodyguard ini saja, dengan senang hati Galaksi akan menghabisinya. Lelaki itu menyeringai seram sembari menatap kelima ninja hitam yang ada di hadapannya ini. Lelaki itu merasa senang karena kali ini ia bisa menghabisi orang yang telah merusak moment pentingnya tadi. Jika kelima ninja ini tidak muncul tadi, pasti Galaksi sudah bisa menaklukan Aurora.
Dasar pengganggu! Sama seperti Leo! Batin Galaksi kesal.
"Dengan senang hati Nona Zeandra. Tapi jangan salahin gue kalo besok para bodyguard lo ini nggak bisa lagi liat matahari. Lo lupa gue ini siapa?" Balas Galaksi membuat Aurora bergidik ngeri.
"Tau ah! Males gue ngomong sama batu kek lo." Balas Aurora lalu langsung berbalik dan masuk ke dalam rumahnya.
Galaksi meregangkan otot otot lengannya lalu menatap tajam kelima ninja hitam itu.
"Kata kata terakhir?"
*****
Aurora menuruni tangga rumahnya lalu berjalan menuju kearah dapur. Gadis itu mengernyitkan dahinya heran karena tidak menemukan satu pun asisten rumah tangganya.
"Bi Ina! Bi Dara!" Panggil Aurora namun tidak ada yang menjawab sama sekali.
"Pada kemana sih?" Gumam Aurora heran.
"Adduhhh sakit atuh bi! Pelan pelan."
Aurora kembali mengernyitkan dahinya heran ketika mendengar sebuah suara ringisan yang berasal dari ruang istirahat para pembantu di rumahnya. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju tempat dimana biasanya para pelayan, supir, dan juga bodyguard bodyguardnya itu beristirahat.
Aurora tersentak ketika melihat para bodyguardnya yang sedang terbaring lemah di sofa ruangan tersebut. Wajah mereka semua babak belur dengan lebam di seluruh tubuh.
Gadis itu menahan tawanya saat melihat salah satu bodyguardnya yang berteriak kencang karena lukanya sedang di obati oleh Bi Ina.
"Badan doang gede, tapi nyalinya ciut." Gumam Aurora sambil terkekeh pelan.