Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. SMA BIMASAKTI kini sudah sepi dan hanya menyisakan Aurora seorang diri yang sedang berdiri tepat di depan pagar sekolahnya.
Gadis itu berdecak kesal karena sedari tadi belum ada Pak Bagus yang menjemputnya. Semua teman temannya juga sudah pulang karena ada urusan masing masing sehingga hanya menyisakan Aurora seorang diri.
Aurora merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel miliknya. Gadis itu kembali berdecak kesal karena ia lupa mencharger ponselnya. Aurora menatap kesal ke arah benda pipih berlogo Apple yang ada di genggamannya itu.
"Aish! Rasanya pengen gue banting dah ini hp!" Gerutu Aurora sembari meremas ponselnya itu. Sekarang, bagaimana caranya agar ia bisa pulang?
Aurora menghela nafasnya panjang. Sepertinya tidak ada cara lain agar ia bisa pulang selain berjalan kaki. Jarak antara rumahnya dan sekolah cukup jauh. Untuk itu, ia juga harus melewati SMA Semesta yang notabenya adalah musuh besar dari Bimasakti. Tapi mungkin kali ini, ia harus memberanikan dirinya untuk melewati SMA Semesta itu agar bisa pulang dengan selamat sampai ke rumahnya.
Aurora mulai berjalan menyusuri jalanan yang sudah terlihat sepi dan hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Gadis itu terus berjalan di atas trotoar sembari bersenandung kecil untuk menghilangkan rasa bosannya.
*****
Aurora menyipitkan kedua matanya sembari menatap SMA Semesta yang kini berada tepat di depannya. Suasana di sekolah itu sudah tampak sepi karena hari yang sudah mulai sore.
Aurora mempercepat langkahnya menyusuri jalanan di depan SMA Semesta. Gadis itu menggigit bibir bawahnya khawatir jika masih ada anak anak Semesta yang belum pulang, terlebih lagi para anggota Genova.
Jaguar dan Genova, adalah dua Geng yang sudah terkenal sebagai musuh bebuyutan. Kedua geng itu sering sekali terlibat konflik hingga akhirnya akan berakhir dengan tawuran.
Maka dari itu, jika ada salah satu siswa dari kedua sekolah itu yang berani masuk ke wilayah musuhnya, mereka tidak akan segan segan untuk menghabisi orang itu.
"Bos, ada anak BMS bos!"
Aurora menghentikan langkahnya ketika mendengar sebuah teriakan yang berasal dari belakangnya. Gadis itu menelan salivanya lalu berusaha memberanikan dirinya untuk menoleh ke belakang.
Aurora tersentak kaget ketika menemukan sepuluh orang cowok yang sedang duduk di atas motor mereka masing masing sembari menatap kearahnya. Gadis itu dengan cepat langsung mengubah wajahnya yang kaget menjadi dingin. Biar bagaimanapun, ia tidak boleh menunjukkan rasa takutnya kepada cowok cowok yang ada di hadapannya saat ini.
Aurora yakin jika mereka semua adalah anggota dari Geng Genova. Gadis itu tahu karena ia melihat adanya tulisan 'Genova' di lengan kanan jaket denim yang dikenakan oleh salah satu orang dari kesepuluh cowok itu.
Orang yang menggunakan jaket itu turun dari motornya lalu menyeringai seram ke arah Aurora. Aurora akui memang lelaki itu memiliki wajah yang lumayan tampan. Namun, gadis itu langsung menepis pikirannya tadi jauh jauh. Ia yakin pasti laki laki ini memiliki niat yang tidak baik terhadapnya.
"Widihhh ada mangsa baru nih bos!" Teriak salah satu cowok dari gerombolan itu. Dia bernama Andre.
"Berani banget ya cewek Bimasakti nginjakin kakinya di Semesta." Ujar cowok itu dengan senyuman miringnya.
"Gue Angkasa, nama lo siapa cantik?"
Ya, cowok itu adalah Angkasa Ravenzo yang merupakan ketua dari Geng Genova sekaligus musuh bebuyutan dari Galaksi.
"Lo nggak perlu tau!" Ketus Aurora membuat lelaki itu terkekeh.
"Anjirrr! Galak juga nih cewek bos, udah gebet aja bos." Ujar salah seorang temannya yang masih berada di atas motor.
"Santai Rey! Gue suka sama cewek berani kayak gini." Jawab Angkasa sembari menyentuh pipi mulus milik Aurora.
"Gila! Cewek cewek BMS ternyata cakep cakep cuy!" Celetuk Devan yang notabenya adalah anak buah Galaksi.
"Cewek mulu isi otak lo Van!" Sahut Aldo sembari menjitak kepala Devan.
"Berisik! lo berdua Pengen mati di tangannya si bos hah?" Sentak Rey yang membuat keduanya langsung terdiam.
Aurora menepis kasar tangan cowok yang telah berani menyentuhnya itu. Nafasnya memburu dengan keringat dingin yang sudah bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.