Langkah kaki terdengar di malam yang sunyi ini. Hawa dingin dan rintik hujan ringan, mengiringi langkahnya yang terkesan terburu-buru. Berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Dia membungkuk untuk menopang tubuhnya yang letih. Menengakkan tubuh untuk menyeka keringat yang mengalir deras. Hawa dingin yang membuat bulu kuduknya berdiri. Dia menoleh dengan tegang di sebelah kanannya. Rumah bernomor tiga belas itu sepi. Lampunya selalu padam, bahkan banyak rumor yang beredar di sekitar sini, tentang rumah angker ini. Menelan ludahnya kasar, dia memutuskan untuk berlari. Walaupun terasa berat, dia putuskan untuk tetap berlari. Ini benar-benar menakutkan.
"Ibu, assalamualaikum," teriaknya ketika memasuki teras rumah.
Ibunya yang sedang menulis sesuatu terhenti. Dia memandang anak perempuannya berlari tergesa-gesa untuk masuk ke rumah.
"Kamu kenapa sih?" Ibunya menghadang anak perempuannya yang baru saja menaruh sepatunya.
"Takut Bu, tadi aku berhenti di rumah gelap itu." Ibunya berdecak sebal. Anaknya memang pemberani, jika berhadapan dengan hal-hal yang mistis, dia akan berlari sekuat tenaga.
"Prima, kok ada bau nggak enak?" Ibunya mengendus sekeliling, membuat Prima mengikuti gerakan ibunya.
"Ibu jangan nakut-nakutin dong, ah!"
Mereka berhenti mengendus di rak sepatu. Ibunya menatap nyalang ke anak gadisnya itu. "Sepatu kamu bau tai kucing!" teriak ibunya.
Prima meringis malu, dia segera menyambar sepatunya dan melemparkannya asal ke teras. Dia segera berlari masuk ke kamarnya, sebelum sirine tanda bahaya berbunyi nyaring memenuhi seisi rumah.
***
Gedoran di pintunya berkali-kali membuat gadis yang meringkuk nyaman di dalam selimut harus terbangun. Dia menguap sejenak dan berdiri untuk membuka pintu kamarnya. Wajah garang ibunya tersaji manis di depannya yang masih asyik mengucek mata.
"Tangi! Anak perawan kok males. Kuliah sana!"
Kesadarannya segera tertarik dengan teriakan ibunya yang tepat di telinga. Dia berlari ke kamar untuk menyambar handuk dan segera berlari ke kamar mandi. Bisa telat dirinya untuk kuliah.
"Lima menit nggak selesai, ibu mandiin kamu pakai pasir." Matanya membola, ini tidak bisa dibiarkan. Tayamum dong dirinya nanti.