Genius Insane

Ilma Ilhami
Chapter #2

Izin dan dukungan

Desau angin terpa wajah-wajah yang di dekap lamunan. Jaraknya terlalu dekat hingga angin itu menyapu helai-helai rambut yang nakal ikuti gerak gelombang angin—yang tarik surai-surai hitam kecokelatan dan panjangnya sebahu ke belakang bahu. Kontemplasi ajak Anet berpikir mendalam, menyelami pikiran-pikirannya yang mengarang di masa depan hingga sekitar ia abaikan. Segala rencananya menyoal beasiswa itu ia susun dengan rapi di kepalanya supaya tujuannya tercapai.

“Anet,” sapa seseorang yang memecah hening dan lamunannya, suaranya tak asing di telinga Anet yang secara impulsif kepalanya pun ikut melirik ke arah sumber suara. Anet yang kala itu melihat Iqbal—kekasihnya yang memanggil namanya, hanya membalas dengan dehaman.

“Kamu ngelamunin apa sih An? Aku bawain roti sama bakso kesukaanmu nih,” ujar Iqbal sembari mendaratkan roti dan bakso itu di meja—meja yang halangi kaki Anet dari pandangan Iqbal.

Roti yang berisi cokelat dengan taburan gula halus di atasnya, dan semangkok bakso yang berisi bakso kecil dan banyak sayuran. Itu cukup mengenyangkan perut Anet untuk mengganjal perutnya di istirahat siang ini.

“Minumnya?” tanya Anet yang tak melihat Iqbal bawakan pereda untuk basahi kerongkongannya.

“Ya ampun aku lupa,” di ucapnya dengan jidat yang tertepuk oleh telapak tangan. “Nanti aku bawain deh, kamu makan dulu aja dari pada gak makan gara-gara gak ada minum.”

“Ya udah deh,” balas Anet dengan memotong baksonya dan menyuapkannya ke dalam mulut.

“Oh iya, tadi kamu di panggil sama kepala sekolah kan? Bahas apaan?”

“Iya bal. Aku, Helena, Jane, sama Firham bakal sibuk selama 5 semester ini. Kalo di semester 6 kita masih bisa raih kesempatan itu, ada juga kemungkinan buat sibuk juga selain ujian.”

“Wih orang-orang genius semua nih yang dipanggil. Yang genius kerjaannya sibuk aja ya,” timpal Iqbal sambil cubit pelan hidung Anet yang bangir.

“Ngomong-ngomong raih kesempatan apa nih?”

Lihat selengkapnya