Genius Insane

Ilma Ilhami
Chapter #3

Dispensasi

Hening pun disulih menjadi hiruk pikuk semenjak bel nyalakan bunyinya—pertanda istirahat, menimbulkan suara bising dan teriakan dari para persona saat lewati pintu yang batasi kelas dengan luar. Terlihat bahwa anak-anak senang dengan bunyi bel tersebut, yang mengantarkan tubuh mereka ke kantin atau bisa berkelakar dengan kawan lain sampai gelak tawanya menimbulkan sentuhan dengan sensasi pukul. Mereka bisa tertawa dan berbicara informal di jam-jam sekarang tanpa ada teguran dari orang dewasa.

Seorang wanita paruh baya yang telah menuntaskan pekerjaannya seusai bel berdentang, meminta kepada salah satu murid genius yang terkenal di kalangan para guru.

“Firham, tolong bantu ibu bawakan buku catatan kalian ke ruang guru, ya,” perintah ibu guru yang tangannya sibuk mengambil beberapa berkas yang tertinggal di meja, dan menyusun berkas-berkas itu hingga sampai ke pelukannya.

“Baik Bu,” ia balas dengan senyuman dan tebarkan senyumnya.

**

“Firham!” terdengar seseorang memanggil Firham yang jaraknya tidak terlalu jauh—suara perempuan. Lalu Firhan pun menolehkan dirinya ke asal suara dan ia iringi dengan pertanyaan.

“Ada apa?”

“Mau gue bantu bawain bukunya gak? Sekalian gue mau ke ruang guru juga,” ia hampiri Firham dengan menanyakan sebuah bantuan.

Firham pun menganggukkan kepala bahwa ia setuju menerima tawaran yang diberikan oleh perempuan itu.

“Eh ham, di Minggu sekarang Lo udah tahu mau ikut lomba apaan?” tanyanya dengan melihat raut wajah Firham.

“Apa An? Lo mau ngikutin lomba yang sama biar saingan sama gue?” jawab Firham dengan pandangan mata yang tetap lurus.

“Bukan gitu, gue cuman mau nanya aja sih. Minggu sekarang gue rencananya mau ikut olimpiade biologi yang di selenggarakan di salah satu perguruan tinggi. Lo sendiri gimana?” ucap Anet dengan penjelasan panjang lebar.

“Ya baguslah kalo Lo udah punya planning ikut lomba. Gue masih mikir-mikir dulu mau ikut lomba apaan.”

“Lo kan jago hitungan tuh terus kemampuan Lo sama komputer juga gak di raguin lagi. Kenapa Lo gak ikut lomba itu aja? Katanya perguruan tinggi yang ngadain olimpiade biologi itu juga banyak ngadain olimpiade-olimpiade yang lain, gue baca komputer juga ada.”

“Gak tau juga sih gue, gak ada gairah.”

Anet hanya mengerucutkan bibirnya mendapat jawaban yang ketus dari Firham dan antusias yang tidak sebesar dirinya mengenai olimpiade atau lomba yang lain, sebab Anet ambisius mengejar targetnya yang bisa mengantarkan dirinya berkuliah di negeri orang.

“Eh by the way. Lo udah di dapet izin dari orang tua soal beasiswa ini?” tanya Anet lagi.

Lihat selengkapnya