Tidak terasa semester 3 menjadi semester baru yang mereka tempuh dalam kegiatan belajar mengajar. Sampul-sampul buku di ganti angka kelas sebelas dengan wali kelas dan kelas yang baru. Peringkat pertama masih Anet tetapkan di semester 1 dan 2. Menyoal peringkat perolehan lomba Anet telah mengumpulkan empat medali emas, dua medali perak, dan satu perunggu dengan total 7 perlombaan. Sementara Firham memperoleh tiga medali emas dan empat perak. Disusul Helena dengan tiga emas dan satu perak, dan Jane yang masih meraih tiga medali emas. Para kandidat masih antusias untuk mendapat beasiswa ini, sampai-sampai absensi mereka penuh oleh dispensasi.
Tidak asing jika upacara hari Senin selalu lumrah dengan pengumuman juara perlombaan. Orang-orang sudah kelewat hafal pada mereka sebagai siswa yang selalu tercantum di papan sekolah peraih prestasi.
Jam selalu memajukan jarumnya hingga bunyi-bunyi detik mengisi kekosongan malam. Anet masih berurusan dengan buku-bukunya sampai malam yang kelewat larut tidak ia sadari. Matanya menatap jam dinding setelah tangannya yang lentik menutup buku-bukunya bahwa ia telah usai berurusan dengan bukunya.
“Jam setengah tiga.”
Lima sore Anet baru keluar dari sekolah dan langsung melanjutkan les sampai jam sembilan malam. Anak-anak lain mungkin akan langsung merebahkan dirinya pada kasur-kasur lembut yang manjakan lelah mereka. Tetapi Anet masih harus berurusan dengan catatan pelajaran-pelajaran yang terbengkalai ulah dispensasi ya karena lomba. Bahkan hari libur pun, Anet isi dengan kegiatan belajar dan les. Bayangkan betapa lelahnya ia menjalani rutinitas yang menjebak tidurnya ke malam-malam yang larut tiap pekan. Anet memang gila belajar.
**
Perbincangan anak-anak di kelas mengantarkan mereka pada desas-desus yang tengah hangat saat ini, pasalnya guru-guru sering kehilangan flashdisk pasalnya benda kotak itu berisi soal yang akan di ujiankan nanti.
“Eh Hel, Lo tahu gak? Akhir-akhir ini beberapa guru banyak yang kehilangan flashdisk, padahal itu flashdisk bakal di ujiankan buat nantinya,” ujar seseorang hendak daratkan pinggulnya di kursi berwarna cokelat tua sambil menyimpan tentengan box transparan berisi kue-kue kecil berwarna hijau itu di meja.
“Tapi setahu gue. Guru-guru yang kehilangan flashdisk-nya juga malah nemu flashdisk-nya pada keselip di meja-meja guru, ada juga ternyata yang ketumpuk sama map-map. Menurut gue ini bukan ilang juga sih, cuman bisa lebih disebut mereka ceroboh nyimpen barang.”
“Wah, Lo bawa makanan lagi Hel? Itu apa putu ayu?” ucap salah satu temannya yang melihat kue yang melihat ke arah box yang dibawa Helena.
“Iya nih, gue bawa kue lagi. Kalian ambil aja, gue beli ini buat kalian makan juga kok.”
“Dari ibu-ibu yang sama lagi Hel?” tanya temannya mengambil salah satu kue itu.
“Iya. Kalian tahu sendiri kan gue orangnya gak tegaan. Jadi gue borong aja deh dagangannya sekalian gue kasih tip, kasihan gue liat dia capek banget. Itung-itung rezeki juga kan, lagian rasanya juga enak kan?” tutur Helena.