“Apa kamu dengar kata-kata noona?” tanya Mi Sun setelah mengakhiri ceramahnya.
“Iya noona, makasih sudah mengkhawatirkanku. Noona memang yang terbaik!” ucap Ethan sambil tersenyum.
“Kalau gitu aku masuk ke dalam dulu, ya. Handphoneku aku taruh di dashboard mobil,” lanjutnya.
“Iya iya, sana pergi temui sutradara,” jawab Mi Sun, Ethan mengangguk dan akhirnya masuk ke dalam, sementara Mi Sun menuju ke arah parkiran mobil.
(*kemarin aku typo gaes, maksudnya sutradara/director, tapi aku nulis direktur u,u)
Setelah sampai di mobil yang dia parkirkan sebelumnya dan menemukan handphone Ethan, Mi Sun melihat bahwa lampu led notifikasi handphone tersebut menyala.
Penasaran, Mi Sun menekan tombol power dan melihat ada notifikasi panggilan tidak terjawab dan chat dari aplikasi Line.
“Agung NamTech? Bukankah ini nama perusahaan paman?” batin Mi Sun. Dia kemudian menekan notifikasi itu dan chatnya langsung terbuka.
“Dasar anak ini! Dia bahkan tidak memberikan kata sandi di handphonenya, bagaimana jika handphone ini hilang atau jatuh terus ada sesuatu yang rahasia di sini,” batin Mi Sun menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak itu benar-benar terlalu naif!
Setelah mengunci kembali pintu mobilnya, Mi Sun kemudian kembali ke lokasi syuting untuk memberitahukan ada pesan dari Agung, karena pesan itu dalam bahasa Indonesia, jadi Mi Sun tidak mengerti apa artinya.
***
Carolina sedang duduk di depan laptopnya yang telah dimilikinya sejak masuk ke kuliah. Dia memang memiliki dua buah laptop, satu untuk “pekerjaan”nya yang mahal dan memiliki spek terbaru, dan satu yang dia gunakan untuk kuliah, yang tidak terlalu mahal dan cukup untuk dipakai buat kuliah.
Jari-jarinya menari di atas keyboard laptopnya sementara di depannya terlihat tampilan untuk aplikasi Microsoft Word.
“Manfaat kerja praktek, hmm… kayaknya gak ada manfaatnya deh buat gue,” gumam Carolina setelah sampai di bagian untuk menuliskan Manfaat kerja praktek.
Karena Yui masih menelusuri pekerjaan yang Carolina suruh dan saat ini Carolina sedang tidak mood untuk menonton anime, dia memutuskan untuk membuat proposal kerja praktek yang akan dikumpulkan minggu depan.
Dia sudah selesai menuliskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan batasan masalah tentang hal yang akan dia perbuat nantinya, tapi ketika sampai di manfaat kerja praktek, dia kebingungan.
Dia sama sekali tidak tahu manfaat apa yang akan dia dapatkan.
Ilmu? Dia lebih pintar dari mereka.
Pengalaman kerja? Yah, pekerjaan sampingannya bisa dikatakan pengalaman kerja, bukan?
“Tulis aja itu deh, daripada gak ada sama sekali,” pikir Carolina akhirnya. Saat jari-jari Carolina baru saja akan mengetikkan sesuatu, suara Yui terdengar.