Berbeda dengan waktu pertama kalinya Ethan masuk kerja, dia sangat bersemangat ketika membaca dokumen-dokumen penting yang harus dia baca sebagai pemimpin NamTech. Tapi saat ini dia tiba-tiba menjadi malas untuk membaca dokumen-dokumen yang berada di depannya.
Dia melirik jam tangannya, tapi jam tersebut masih menunjukkan pukul 10:05. Masih ada sekitar 1 jam baginya untuk menghadiri pertemuan dengan Qi Inc di hotel A.
“Ngapain ya biar seru,” pikir Ethan, dia lalu mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi Mi Sun, tapi setelah beberapa kali dihubungi, Mi Sun tidak menjawab teleponnya. Dia lalu mulai menscroll nama-nama kontak yang berada di di aplikasi kakao dan line, tapi kontaknya itu hanya berisi nama-nama selebriti yang pernah bekerja sama dengannya, kayaknya tidak pantas untuk menghubungi mereka hanya karena dia sedang bosan.
“Oh iya, aku bisa memanggil anak magang itu kemari,” pikir Ethan tiba-tiba. Wanita itu tidak akan mengabaikannya jika berada di ruangannya, kan?
Tapi baru saja Ethan akan memencet tombol interkom untuk menyuruh Agung, dia langsung menarik kembali tangannya.
“Bagaimana jika dia sedang sibuk dan melemparkan tatapan tajamnya lagi jika aku memanggilnya kemari tanpa alasan yang bagus,” pikir Ethan lagi.
Dia sudah menyuruh Carolina untuk memeriksa perusahaan-perusahaan yang ingin bekerja sama dengan NamTech, dan tidak ada yang salah dari laporan yang diberikan oleh Carolina. Jika dia memanggilnya hanya untuk mengatakan bahwa wanita itu sudah bekerja dengan baik, bukankah wanita itu kesal karena sudah membuang waktunya?
Tadi dia beruntung karena ada satpam yang membuat tatapan Carolina menjadi seperti semula, bagaimana jika selain hacker, wanita itu sebenarnya juga pembunuh bayaran?
“Bagaimana jika wanita itu membunuhnya karena dia kesal aku memanggilnya tanpa alasan yang bagus dan aku terlambat untuk memanggil bantuan? Waktu itu aku tidak mengenal identitasnya dan tatapannya, aku hanya tahu dia wanita yang jago mengumpat,” pikir Ethan lagi yang mulai membayangkan skenario drama dengan genre thriller.
“Tapi aku saat ini sedang tidak mood untuk membaca dokumen-dokumen ini, hmm… oh iya! Aku kan bisa jalan-jalan keliling kantor ini, sekalian menyapa para karyawan,” pikir Ethan yang akhirnya menemukan sebuah ide.
Minggu lalu dia sama sekali hanya menghabiskan waktunya di ruangannya tanpa bertemu dengan karyawan lain, mereka bahkan mengetahui identitasnya dari media. Bukankah seorang pemimpin yang baik harus dikenal dan mengenal karyawannya?
Setelah memutuskan hal tersebut, Ethan langsung bangkit berdiri dari kursi kulitnya dan keluar dari ruangannya, Agung yang melihat Ethan keluar dari ruangannya sedikit terkejut.
“Ada apa, pak Ethan?” tanya Agung yang berdiri dari tempat duduknya.
“Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar keliling kantor ini, aku belum pernah melakukannya ketika telah tiba di sini, biar sekalian aku menyapa para karyawan,” jawab Ethan.
“Apa pak Ethan perlu ditemani?” tanya Agung menawarkan diri.
“Tidak usah, kamu bisa kembali bekerja, oh ya, para karyawan udah tahu kan aku sekarang jadi pemimpin sementara perusahaan atau mereka mempercayai press release yang kamu lakukan sebelumnya?” tanya Ethan yang tiba-tiba penasaran. Jika mereka sudah mengetahuinya, dia bisa menyapa mereka layaknya seorang pimpinan. Jika belum, dia harus memperkenalkan dirinya lagi.
“Mereka sudah mengetahuinya tapi pak Ethan bisa tenang karena aku sudah membuat seluruh karyawan untuk menandatangani NDA (Non Disclosure Agreement) untuk tidak memberitahu bahwa pak Ethan adalah ceo perusahaan ini sampai pihak perusahaan yang mengumumkan hal tersebut terlebih dahulu,” ucap Agung.