Awalnya Ethan memang hanya ingin jalan-jalan keliling NamTech, tapi setelah di lift, dia memutuskan datang ke lantai ini karena wanita itu berada di lantai ini. Dia juga masuk ke setiap pintu yang dia lihat, dan menjulurkan lehernya di setiap bilik untuk melihat apakah wanita itu berada di sana.
“Anjr*t! Si apel merah ini sebenarnya mau apa sih?!” maki Carolina dalam hati dan berusaha keras untuk menjaga ekspresi wajahnya agar tidak kelihatan tanda-tanda marah atau kesal.
Andi, Desi dan karyawan lainnya menatap Ethan lalu menatap Carolina dengan tatapan mencurigakan, Carolina juga sebelumnya pernah dipanggil oleh Agung, sekretaris perusahaan, untuk datang ke ruangannya, dan sekarang, si bos besar, datang kemari untuk mencarinya.
Carolina yang melihat mereka mulai memikirkan yang tidak-tidak segera memutar pikirannya untuk mencari alasan.
“Ah! Pak Ethan mau kasi tau soal sejarah perusahaan ini, ya? Pak Ethan gak perlu repot-repot ke sini buat bilang itu kok! Nanti aku sendiri yang akan tanya lagi ke pak Agung!” ucap Carolina yang tiba-tiba menemukan alasan.
“Minggu lalu pak Agung tanya kalau apa yang aku butuhkan, jadi aku bilang aku butuh sejarah perusahaan ini untuk laporan magang yang kubuat, tapi pak Agung bilang mau konsultasikan dulu ke pak Ethan,” lanjutnya lagi, mencoba membuat yang lain mengingat kembali bahwa minggu lalu Agung, sekretaris perusahaan, memanggilnya.
“Jadi begitu,” tiba-tiba karyawan yang sering menyuruh Carolina untuk membeli rokok berkata sambil mengangguk, alasan tersebut tampak masuk akal baginya, lagipula alasan apa lagi sampai seorang ceo sementara yang baru masuk 2 kali mencari anak magang?
Ethan menampilkan ekspresi bingung, dia tidak ke sini untuk itu kok, tapi tatapan matanya bertemu dengan Carolina dan Carolina menaikan alisnya, seolah memberi tanda untuk mengiyakan alasan yang dia buat.
“Ehem, Iya, dokumen yang kamu minta sudah ada, tapi aku lupa membawanya karena ingin sekalian jalan-jalan sebentar, kamu bisa mengambilnya di ruanganku,” ucap Ethan akhirnya, mengikuti skenario Carolina.
“Aku tak mengira pak Ethan bakal repot-repot sampai kemari. Pak Ethan memang bos yang baik!” ucap Carolina, sengaja menyanjung Ethan biar yang lainnya langsung mengira bahwa Ethan adalah tipikal bos yang baik.
Yang lainnya hanya mengangguk saja ketika mendengarnya, biasanya seorang bos pasti tidak akan repot-repot untuk menyampaikan hal sepele itu secara langsung dan menyampaikannya lewat telepon saja, itupun biasanya anak buahnya yang menyampaikannya.
Sementara Ethan hanya menampilkan senyumnya, dia tahu bahwa wanita itu hanya berpura-pura untuk memujinya, tapi pujian tetap sebuah pujian, bukan?
Kring… Kring… Kring..
Tiba-tiba telepon di meja Andi berdering membuat suasana tersebut menjadi hening kembali.
“Permisi pak Ethan, aku akan mengangkat teleponnya terlebih dahulu,” ucap Andi. Telepon yang berada di meja kerjanya memiliki nomor telepon yang berada di kartu namanya sebagai project manager pengembangan aplikasi web. Jadi jika ada yang meneleponnya di nomor tersebut, itu pasti dari klien.
“Iya, silakan,” ucap Ethan mempersilakan Andi untuk mengangkat teleponnya.
“Halo,” jawab Andi ketika mengangkat teleponnya sementara yang lain masih mengobrol kembali dengan Ethan karena pria itu sepertinya belum ingin pergi dari tempat itu.
“Halo, saya Beti, dari tim public relations, apa benar ini dengan pak Andi dari tim pengembangan aplikasi web?” tanya orang diseberang sana.