“Untuk angkatan 2016, peraih IPK tertinggi adalah…” orang yang saat ini berdiri di atas panggung sengaja diam sejenak untuk menciptakan suasana tegang, padahal jelas-jelas orang-orang yang berada di depannya tidak terlalu memperdulikan hal itu dan berharap agar acara ini segera selesai. Meskipun aku sedikit deg-deg an untuk menunggu nama yang akan diucapkan oleh orang itu.
“Selamat kepada Carolina Akai,” orang yang membacakan itu kemudian bertepuk tangan sendiri membuat yang lainnya juga ikut-ikutan.
Aku pun kemudian mulai ikut-ikutan juga. Bagaimana pun, orang yang baru saja menyebut namaku adalah dekan kami.
Aku melirik ke samping dan tatapan mataku bertemu dengan Vera, wanita berambut pendek yang duduk di barisan samping yang juga sedang menatapku.
Ketika aku menatapnya, ekspresi wajahnya terlihat kesal.
Ah, aku lupa dia juga mengincar IPK tertinggi. Mungkin itu alasannya yang selalu tidak menyukaiku, tapi bodo amat lah.
“Untuk angkatan di atas tidak akan dibacakan lagi siapa peraih IPK tertinggi. Saya harap kalian cepat-cepat menyelesaikan studi kalian dan mengontrak Tugas Akhir. Setelah ini KHS (Kartu Hasil Studi) kalian bisa diambil di dosen PA (Pembimbing Akademik) kalian masing-masing, ya! Untuk semester depan kegiatan belajar mengajarnya tanggal 11 bulan depan dan kegiatan administrasi kalian sudah bisa dilakukan mulai dari tanggal 4. Jadi waktu liburan kalian cuma dua minggu ya, hahaha. See you next month~” pria paruh baya itu akhirnya menutup kata-katanya dan mengakhiri acara Yudisium yang selalu dilakukan setiap semester ini akhirnya berakhir.
“Eh, Carol, yuk, cabut! Itu Sir David udah keluar ruangan, kayaknya pembagian KHS kita di kelas sebelah deh,” ucap Andrew yang merupakan teman seangkatanku sekaligus teman satu dosen PA yang duduk disampingku..
“Yuk,” balasku kemudian keluar dari ruangan itu dan mengikuti Sir David memasuki kelas.
Setelah masuk di dalam kelas itu, aku memilih untuk duduk di barisan ketiga, tempat yang paling aman menurutku, tidak terlalu di depan, dan juga tidak terlalu di belakang. Andrew yang selalu nempel padaku memilih untuk duduk disampingku.
Perlahan-lahan beberapa mahasiswa mulai masuk di kelas itu dan mengambil tempat mereka masing-masing.
“Ehem, sepertinya hampir semua sudah ada di sini ya. Kalau gitu nama yang saya panggil maju ke sini buat ambil KHS kalian, sekalian kita lakukan konseling untuk rencana semester depan” Sir David mulai memanggil satu persatu anak bimbingan akademiknya dan mulai bertanya rencana mereka ke depan.
“Eh, lo rencana liburannya gimana?” bisik Andrew padaku tiba-tiba.
“Hmm, kayaknya sih di kost aja. Lagi pula, liburnya juga cuma gak lama. Kamu sendiri gimana?” balasku tanpa menatap Andrew karena saat ini aku sedang membaca chapter manga favoritku yang baru saja keluar. Belum sempat Andrew menjawab pertanyaanku, namaku sudah dipanggil oleh Sir David. Duh kesel! Mana lagi seru-serunya juga ini!
“Halo Carolina, apa kabar?” sapa Sir David begitu aku duduk di depannya. Duh, basa basi sekali sih. Ayo cepetan! Aku mau lanjutin baca manganya!
“Baik, Sir,” jawabku singkat sambil tersenyum.
“Mari kita lihat KHS kamu ya, hmm... A.., A.., A.., A.., C. Oh, kamu ternyata ada nilai C juga ya, itu kenapa bisa begitu? Apa kamu rencana mau kontrak lagi? Mungkin memperbaiki nilai C ini” tanya Sir David padaku. Eh anjrit, itu MK susah banget woy, itu aja nilai tertinggi yang didapat sekelas.
“Mungkin karena saya terlalu fokus cari nilai A di MK yang lainnya, Sir. Jadi 1 MK itu cuma bisa dapat nilai C. Soal ngontrak lagi mungkin udah nggak, soalnya semester depan saya rencananya mau kontrak Kerja Praktek, Sir.” balasku sedikit sarkasme, ah, apa itu termasuk sarkasme ya? Bodo amat deh!
“Hmm.. ya kamu sudah bisa buat ambil Kerja Praktek, apa sudah ada rencana mau Kerja Praktek di mana?” tanya Sir David.
“Soal itu, apa saya bisa Kerja Praktek di kampung saya, Sir?” tanyaku.
Aku di sini bisa dikatakan “pendatang” jadi aku kesulitan untuk mencari tempat buat Kerja Praktek karena tidak ada “koneksi”. Jadi, aku rasa di tempat asalku peluangnya lebih besar.
“Bisa, tapi sepertinya kamu nanti bakal kesusahan karena jaga-jaga nanti kalian diperlukan untuk ke kampus selagi Kerja Praktek,” jawab Sir David yang membuatku bingung.
Aku harus bagaimana?
“Kalo kamu kesulitan nyari tempat untuk Kerja Praktek, Sir bisa beri kamu rekomendasi di perusahaan, tapi sebelumnya, kamu bisa ngoding gak?” tanya Sir David. Oh iya, aku lupa memberitahukan kalian bahwa aku adalah mahasiswi Teknik Informatika.
“Dikit-dikit bisa kok, Sir,” jawabku mencoba merendah. Ya kali project-project tugas mata kuliah dahulu kan selalu aku yang kerjain, kalo cuma buat ngoding ya bisa, lah!
“Bagus kalo gitu, nanti kamu coba buat CV kamu, ya! Nanti sore atau malam Sir email ke kamu surat rekomendasinya sama kontak HR dari perusahaan itu, ya!” balas Sir David
“Hm.. kalau boleh tahu di perusahaan mana ya, Sir?” tanyaku penasaran.
“Di NamTech, tau?”
“Oh iya, Sir, tau,” balasku, itu kan perusahaan yang sempat ku “kerjain” belum lama ini. Ternyata di situ toh kenalannya Sir David.
“Apa ada lagi yang ingin dikonsultasikan?” tanya Sir David sambil mencoret-coret kertas di depannya
“Sudah gak ada, Sir”
“Oke, kalau begitu kamu tanda tangan dulu ini kertas konsultasinya terus ini KHS kamu, jangan lupa fotocopy terus bawa di fakultas, ya!”
“Iya, Sir. Saya permisi dulu,” ucapku kemudian menandatangani kertas konsultasi itu dan mengambil KHS ku sebelum akhirnya aku keluar dari kelas.
***
“Eh, Ndrew, sini,” ucap seorang pria gondrong sambil melambai-lambaikan tangannya kepada pria yang baru saja memasuki kantin kampus.
Pria yang dipanggil tersebut menengok dan berjalan mendekat, lalu duduk di kursi kosong yang sepertinya dipersiapkan khusus untuknya.
“Kalian gak pada makan?” tanya Andrew begitu duduk di kursi. Selain dirinya ada 5 orang di meja tersebut namun cuma 1 orang yang sedang makan.