"Siapa tuh?" tanya seseorang berbisik kepada temannya ketika gue lewat di hadapan mereka
"Kamu gak tahu? Itu cucu satu-satunya Jenderal Bagas." balas orang yang satunya tapi gue masih bisa mendengar mereka.
"Wah sayang sekali kayaknya masih kecil, coba udah gede dikit, mungkin bakal gue deketin."
"Dasar lo. Udah ayo kita kembali ke asrama, capek gue habis latihan berat."
Gue adalah Andrew Bagas, cucu satu-satunya dari Jenderal TNI Angkatan Darat. Gue kadang mampir ke markas TNI untuk sekedar main atau menemui kakek tua itu yang memegang posisi tinggi di sana.
Menjadi cucu satu-satunya tentu saja gue selalu dimanjakan oleh keluarga, mulai dari SD, SMP dan SMA hidup gue selalu lebih dari cukup, belum lagi bokap gue yang merupakan Inspektur Jenderal Polisi membuat keluarga kami yang "berseragam" ini sering dipandang terhormat oleh keluarga yang lain.
Selain uang, tentu saja gue dikelilingi oleh banyak wanita, bahkan pengalaman pertama gue itu di kelas 2 SMP.
Tentu saja wanita-wanita itu yang datang mendekati gue untuk menawarkan berbagi tempat tidur dan sebagai anak 17 tahun yang sedang menggebu gebu, gue langsung mengiyakan ajakan mereka.
Mulai dari model, aktris baru, penyanyi baru bahkan pramugari pernah terlibat berbagi tempat tidur dengan gue. Gue hanya perlu menemani mereka belanja atau membeli barang bermerk sebagai balasannya, kalau ada yang bagus, kadang kami sering bertemu beberapa kali sehingga banyak yang berasumsi bahwa kami terlibat dalam sebuah hubungan.
Padahal, gue tak pernah menganggap bahwa kami itu berpacaran, tapi gue tak pernah membantah hal tersebut karena itu terlalu merepotkan.
Jangankan pacaran, bahkan cinta aja gue gak percaya itu benar-benar ada. Gue berani bertaruh kalau mendiang nenek yang nikah sama kakek, dan nyokap yang nikah sama bokap, itu karena mereka berdua sudah berseragam.
Jadi pada dasarnya, cinta sejati itu tidak benar-benar ada!
"Setelah lulus dari SMA, kamu akan masuk ke Akademi Militer!" ucap kakek tua itu pada suatu hari yang tiba-tiba meminta rapat keluarga di meja makan. Ah iya, keluarga kami masih memegang tradisi makan bersama di meja makan.
"Gak, gue gak mau!" ucapku yang langsung membantah dengan keras.
Sejak kecil sampai SD gue yang selalu bermain di tempat kakek tua itu tentunya tau bagaimana kerasnya latihan yang dilakukan oleh anggota TNI. Gue memang akhir-akhir ini sering ngegym, tapi bukan berarti gue suka untuk mengikuti latihan keras seperti itu!
"Andrew! Yang sopan sama kakek," tegur nyokap memperingatkan. Gue hanya mendengus.
"Terus kamu cuma mau senang-senang seperti ini, hah?!" bentak kakek tua itu melemparkan beberapa foto. Setelah melihatnya ternyata itu adalah foto-foto gue yang lagi bersama wanita di sebuah klub. Mana wanitanya beda-beda lagi!
"Andrew!" kini giliran bokap yang membentak gue ketika melihat foto-foto itu.
"Kamu ngurus anaknya gimana, sih?!" ucap bokap ke nyokap.
"Dia sudah besar mas! Kenapa nyalahin aku?! Aku juga kerja dan sering nemenin kamu hadir di pesta-pesta yang tidak pernah aku suka!" balas nyokap tak mau disalahkan. Ah, gue lupa bilang kalo nyokap adalah dokter kandungan di salah satu rumah sakit ternama.
"Cukup! Kenapa malah kalian yang berantem!" bentak kakek tua itu.
"Pokoknya setelah lulus ini kamu harus masuk Akademi Militer!" ucap kakek tua itu layaknya hakim yang telah memutuskan keputusan terakhirnya.