"Makasih," ucap Carolina kepada pelayan yang membawa makanan mereka sebelum pelayan itu pergi. Dia kemudian mulai mencomot kentang goreng yang dia pesan.
"Tadi kamu mau bilang apa, ndrew?" tanya Carolina ketika mengingat bahwa Andrew tadi ingin mengatakan sesuatu.
Andrew terdiam sebentar, mengaduk-aduk minuman yang dia pesan.
"Sekarang atau tidak sama sekali," pikir Andrew.
"Itu… Sebenarnya… setiap kali aku lihat kamu, kamu menginspirasi aku untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. Kamu dan aku selama 3 tahun terakhir ini selalu ke mana-mana bareng, dan ngobrol banyak hal," Andrew terdiam sejenak, berusaha melihat ekspresi wajah Carolina. Tapi Carolina masih memandang ke arah laut.
"Duh, dari samping aja kamu cantik banget," pikir Andrew yang benar-benar sudah jatuh hati.
"Dan hmm, semakin banyak waktu yang aku habiskan bersama kamu, semakin spesial waktu itu terasa bagiku."
"Maksudku… hmm… aku menyukaimu, bukan hanya sebagai seorang teman saja, tapi aku menyukaimu sebagai wanita."
"Maukah kamu menjadi pacarku?" tanya Andrew sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal, dan tersenyum malu, wajahnya sedikit memerah tapi tersamarkan akan cahaya matahari yang sebentar lagi tenggelam.
Carolina menatap Andrew yang masih menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. Dia bisa melihat ketulusan Andrew di sana, tapi… ini sama sekali bukan waktu baginya untuk terlibat dalam hubungan yang romantis.
Dia harus mencari dan menemukan papanya!
Awalnya dia mengira bahwa papanya yang menghilang 11 tahun yang lalu sudah meninggal atau memang sengaja meninggalkan mama dan adiknya demi wanita lain. Papanya menghilang sejak dia berumur 6 tahun, dan samar-samar ingatannya tentang papanya mulai memudar.
Tapi suatu hari, ketika dia pulang kuliah di hari pertamanya, dia mendapatkan sebuah pesan aneh di handphonenya.
[hro eygrr, wplnsee shjes mnyyv kr artvrxwttny gprqgw, aacg flntme aaqgqf, brxlltv neeiygl. aacg wlyntk vaza]
Awalnya Carolina mengabaikan pesan itu, toh nomor pengirimnya juga tidak ada. Tapi ketika dia hendak memasukkan sandi di laptopnya. Dia tiba-tiba mengingat sesuatu.
Sandi!
Tiga bulan sebelum papanya menghilang, papanya pernah mengajarkan cara membuat pesan yang membutuhkan sandi khusus agar bisa membacanya!
Carolina bahkan mengingat bagaimana papanya dan dia bermain seolah-olah mereka adalah mata-mata dan mamanya adalah penjahatnya yang tidak boleh membaca pesan itu.
Dia kemudian mencari di internet hal serupa dan mengetahui bahwa itu dinamakan enkripsi.
Setelah mempelajari teori dasarnya, dia mencoba untuk memecahkan pesan itu.
Pertama dia mencoba untuk menerapkan teknik menggeserkan setiap huruf sesuai angka. Dia kemudian memulainya dari tanggal lahirnya, tapi pesan itu masih belum terbaca. Selanjutnya dia mencoba bulan lahirnya, tapi hasilnya masih sama. Begitu pun dengan digit terakhir tahun kelahirannya.
Dia kemudian mencoba semua angka yang berarti bagi keluarga mereka. Mulai dari ulang tahun, papanya, mamanya, adiknya, pernikahan papa dan mamanya. Tapi pesannya masih tidak jelas.
Carolina kemudian mencoba menerapkan teknik lain yang bisa menggunakan huruf sebagai sandi khususnya. Dia mencoba menggunakan namanya, adiknya, papanya, mamanya, dan semua kata yang bisa dia pikirkan untuk menjadi sandi khususnya. Tapi hasilnya masih sama, pesannya masih tidak jelas.